Uji keseragaman sediaan keragaman bobot Analisa pola difraksi sinar -X Uji disolusi tablet profil pelepasan bahan obat

3.3.5.6 Uji absorbsi air

Kertas saring yang berbentuk lingkaran diletakkan ke dalam cawan petri berdiameter 9 cm yang telah berisi 9 ml larutan warna metilen blue 0,1 bv dalam air suling. Satu tablet diletakkan perlahan-lahan di bagian tengah cawan petri tersebut, kemudian dicatat waktu pembasahan sempurna dari tablet, kemudian ditimbang berat tablet sebelum dan sesudah terbasahi. Rasio absorbsi air dihitung dengan rumus R = wa - wb wb x 100 dimana wb adalah berat tablet sebelum menyerap air dan wa adalah berat tablet setelah menyerap air Singh dan Singh, 2009.

3.3.5.7 Uji keseragaman sediaan keragaman bobot

Tablet yang dibuat mengandung ibuprofen 200 mg, berarti 50 jumlah zat berkhasiat lebih besar dari 50 mg, karena itu penetapan keseragaman sediaan dilakukan dengan menetapkan keragaman bobot yang dilakukan sebagai berikut: Ditimbang seksama 10 tablet satu per satu dan dihitung bobot rata-rata, kemudian ditentukan secara spektrofotometri UV. Dari hasil penetapan kadar dihitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen. Cara penetapan kadar: Ditimbang seksama 10 tablet satu per satu dan hitung bobot rata-rata. Penetapan kadar dilakukan dengan cara dari 10 tablet yang ditimbang dicatat beratnya, kemudian digerus, ditimbang sejumlah zat yang setara 50 mg ibuprofen, dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, kemudian Universitas Sumatera Utara dilarutkan dengan NaOH 0,1 N dan dicukupkan sampai garis tanda. Kemudian larutan disaring, beberapa tetes filtrat pertama dibuang dan filtrat selanjutnya ditampung. Dari larutan tersebut dipipet 11,5 ml dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml dan ditambahkan dengan NaOH 0,1 N sampai garis tanda. Selanjutnya diukur serapannya secara spektofotometri UV pada panjang gelombang maksimum. Persyaratan: Keragaman bobot terletak antara 85,0 sampai 115 dari yang tertera pada etiket dan simpangan baku kurang dari atau sama dengan 6.

3.3.5.8 Analisa pola difraksi sinar -X

Pola difraksi sinar -X serbuk ibuprofen dan ODT hasil proses liofilisasi direkam pada sistem difraksi sinar -X menggunakan sumber pancaran radiasi Cu, tegangan 40 KV dan arus 30 mA. Pengamatan dilakukan pad a 2θ dan kecepatan skanning 0,020º per detik.

3.3.5.9 Uji disolusi tablet profil pelepasan bahan obat

Untuk menguji laju disolusi tablet dilakukan dengan menggunakan alat Dissolution Tester. Medium: 900 ml dapar fosfat pH 7,2 Alat: tipe 2 metode dayung Kecepatan putaran: 50 rpm Waktu: 60 menit Cara kerja: Satu tablet dimasukkan ke dalam wadah disolusi yang telah berisi 900 ml medium disolusi, suhu 37º + 0,5ºC. Kemudian dayung diputar dengan Universitas Sumatera Utara kecepatan 50 rpm. Dalam interval waktu 1, 3, 5, 7, 10, 15, 20, 30, 45, 60 menit diambil cuplikan sebanyak 1 ml. Pengambilan cuplikan dilakukan pada posisi yang sama yaitu pertengahan antara permukaan medium disolusi dan bagian atas dari dayung tidak kurang 1 cm dari dinding wadah Ditjen POM, 1995 dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml. Lalu diiencerkan dengan dapar fosfat pH 7,2 sampai garis tanda. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum terhadap medium dapar fosfat pH 7,2 sebagai blanko. Volume medium diusahakan tetap dengan menambahkan medium dapar fosfat pH 7,2 sebanyak 1 ml setelah pemipetan. Pengujian dilakukan terhadap 6 tablet. Persyaratan: Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 70 Q C 13 H 18 O 2 dari jumlah yang tertera pada etiket Ditjen POM, 1995. Interpretasi: Persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dari sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Apabila tidak memenuhi persyaratan maka pengujian dilanjutkan sampai tiga tahap, kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. Tabel 3.2 Kriteria penerimaan uji disolusi Tahap Jumlah yang diuji Kriteria Penerimaan S1 6 Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 15 S2 6 Rata–rata dari 12 unit S1 + S2 adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak 1 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15 S3 12 Rata–rata dari 24 unit S1 + S2 + S3 adalah sama dengan atau lebih besar dari Q, tidak lebih dari 2 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 15 dan tidak 1 unit sediaan yang lebih kecil dari Q – 25 Ditjen POM, 1995 Universitas Sumatera Utara

3.4 Analisis Data Secara Statistik

Menurut Gandjar dan Rohman 2007, kadar zat aktif sebenarnya yang terkandung dalam sampel dapat diketahui menggunakan uji distribusi t. Data diterima atau ditolak dihitung dengan menggunakan metode standar deviasi dengan rumus: �� = � ∑|� � −��| 2 �−1 Keterangan: Xi = nilai dari masing-masing pengukuran X � = rata-rata dari pengukuran Untuk mencari t hitung digunakan rumus: t hitung = ��−� �� √� � Menurut Wibisono 2005, sebagai dasar penolakan data hasil uji analisis adalah t hitung ≥ t tabel atau t hitung ≤ - t tabel . Untuk menentukan kadar zat aktif dalam sampel dengan taraf kepercayaan 99, α = 0,01, dk = n - 1, dapat digunakan rumus: Kadar sebenarnya: μ = ± t α2,dk x SD √� Keterangan: X = Interval kepercayaan kadar sampel �� = Kadar rata-rata sampel SD = Standar Deviasi dk = derajat kebebasan dk = n - 1 α = taraf kepercayaan dan n = jumlah perlakuan

3.4.1 Uji statistik terhadap evaluasi waktu hancur

Evaluasi dari ODT dan sediaan tablet ibuprofen dibandingkan secara in vitro. Data dibandingkan menggunakan uji anova dengan signifikansi p 0,05. Analisis statistik dilakukan menggunakan program SPSS 15.0. Universitas Sumatera Utara