Gambar 4.8 Diagram hasil uji kerapuhan tablet
Keterangan: F1 ODT dengan campuran gelatin 5 : manitol = 200 mg : 0 mg
F2 ODT dengan campuran gelatin 5 : manitol = 150 mg : 50 mg F3 ODT dengan campuran gelatin 5 : manitol = 100 mg : 100 mg
F4 ODT dengan campuran gelatin 5 : manitol = 50 mg : 150 mg
4.3.4 Hasil uji waktu hancur
Hasil ketiga jenis uji waktu hancur yang dilakukan yaitu waktu hancur in vitro, dengan alat termodifikasi, dan in vivo dapat dilihat pada Gambar 4.9.
Berbeda dengan persyaratan uji waktu hancur in vitro tablet konvensional yang menggunakan medium asam atau buffer, medium yang
dipakai pada uji waktu hancur ODT adalah air. Hal ini dikarenakan ODT dirancang untuk hancur di rongga mulut dan larut dalam air ludah yang
sebagian besar komposisinya adalah air Fu, et.al., 2004.
0,89 0,70
0,66 0,55
0,00 0,20
0,40 0,60
0,80 1,00
F1 F2
F3 F4
F ri
a b
il ita
s
Formula
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.9 Diagram hasil berbagai uji waktu hancur
Keterangan: F1 ODT dengan campuran gelatin 5 : manitol = 200 mg : 0 mg
F2 ODT dengan campuran gelatin 5 : manitol = 150 mg : 50 mg F3 ODT dengan campuran gelatin 5 : manitol = 100 mg : 100 mg
F4 ODT dengan campuran gelatin 5 : manitol = 50 mg : 150 mg
Pada Gambar 4.9 terlihat bahwa waktu hancur in vitro dari semua formula ODT lebih cepat dibandingkan waktu hancur dengan alat termodifikasi
dikarenakan matriks-matriks yang digunakan larut dalam air sehingga memiliki absorbsi air yang cepat ketika ODT terendam seluruhnya di dalam medium
serta adanya efek laju pengadukan dari disintegration tester yang tinggi. Selain itu, hal ini dapat terjadi karena pada uji waktu hancur dengan alat
termodifikasi, medium yang digunakan relatif lebih sedikit dan tanpa pengadukan. Sedangkan waktu hancur yang diperoleh dari uji in vivo di dalam
mulut untuk semua formula ODT merupakan waktu hancur paling cepat dibandingkan kedua jenis waktu hancur lainnya. Hal ini diduga karena adanya
gerakan lidah, walaupun gerakan tersebut tidak lebih cepat daripada pengadukan disintegration tester dan cairan di dalam mulut pun lebih sedikit
daripada medium yang digunakan pada uji waktu hancur lainnya. Namun, uji
19 29,17
36 57,5
82,1 90,97
94,1 111,1
7,1 12,5
15,3 21,2
20 40
60 80
100 120
F1 F2
F3 F4
W a
k tu
d eti
k
Formula
In vitro Termodifikasi
In vivo
Universitas Sumatera Utara
di dalam mulut dipengaruhi oleh pH saliva yang bersifat basa dan adanya enzim ptialin dapat membantu mempercepat waktu hancur tablet di mulut, di
mana pada kedua uji waktu hancur lainnya dilakukan menggunakan medium air yang bersifat netral.
Selain itu, pada proses formulasi secara liofilisasi terjadi penghilangan air melalui sublimasi yang menginduksi pembentukan struktur berpori pada
tablet. Semakin banyak jumlah gelatin 5, semakin banyak air yang dihilangkan dan semakin banyak pula struktur berpori yang terbentuk.
Sehingga semakin cepat pula waktu hancur tablet tersebut. Hasil uji ANOVA dan Duncan waktu hancur in vitro formula ODT
dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.2 Hasil uji ANOVA waktu hancur in vitro formula ODT
Tabel 4.3 Hasil uji Duncan waktu hancur in vitro formula ODT
Dari uji ANOVA di atas diperoleh p = 0,00 dapat diartikan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara formula F1, F2, F3, dan F4 karena p 0,05.
Perbedaan yang signifikanbermakna itu dapat dilihat pada tabel Duncan
Universitas Sumatera Utara
dimana menunjukkan antara formula satu dengan yang lainnya mempunyai waktu hancur in vitro yang berbeda secara signifikanbermakna.
Hal yang sama juga terjadi pada waktu hancur termodifikasi. Hasil uji ANOVA dan Duncan dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Tabel 4.5.
Tabel 4.4
Hasil uji ANOVA waktu hancur dengan alat termodifikasi formula ODT
Tabel 4.5 Hasil uji Duncan waktu hancur dengan alat termodifikasi formula
ODT
Perbedaan antara formula ODT yang satu dengan yang lainnya diduga karena penggunaan jumlah gelatin 5 yang berbeda untuk tiap formula ODT.
Formula yang menggunakan jumlah gelatin 5 lebih banyak memiliki waktu hancur yang cepat.
4.3.5 Hasil uji waktu pembasahan