BAB I PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG MASALAH
Government Auditing Standards edisi revisi tahun 2011 yang disusun oleh US Govarnment  Accountability  Office  menjelaskan  konsep  akuntabilitas  atas
penggunaan sumber daya publik dan otoritas pemerintah merupakan kunci untuk proses pengelolaan suatu bangsa. Manajemen dan pejabat yang memiliki otoritas
terhadap  sumber  daya  publik  bertanggung  jawab  untuk  melaksanakan  fungsi pelayanan  publik  dan  memberikan  layanan  kepada  masyarakat  secara  efektif,
efisien, ekonomis, beretika, dan adil. Kebutuhan akuntabilitas telah menyebabkan permintaan untuk informasi lebih lanjut tentang program-program pemerintah dan
jasa. Pejabat publik, legislator, dan warga ingin dan perlu mengetahui apakah dana pemerintah    ditangani  dengan  benar  dan  sesuai  dengan  hukum  dan  peraturan.
Mereka juga ingin dan perlu mengetahui apakah organisasi pemerintah, program, dan  jasa  mencapai  tujuan  mereka  dan  apakah  organisasi,  program,  dan  layanan
beroperasi secara ekonomis dan efisien. Menurut  Mardiasmo  2003  agar  tidak  terjadi  penyimpangan  dan
penyelewengan,  pemberian  wewenang  dan  keleluasaan  harus  diikuti  dengan pengawasan  dan  pengendalian  yang  kuat,  serta  pemeriksaan  yang  efektif.
Pengawasan  dilakukan  oleh  pihak  luar  eksekutif  dalam  hal  ini  DPRD  dan masyarakat;  pengendalian,  yang  berupa  pengendalian  internal  dan  pengendalian
1 perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
manajemen, berada di bawah kendali eksekutif pemerintah daerah dan dilakukan untuk  memastikan  strategi  dijalankan  dengan  baik  sehingga  tujuan  tercapai;
sedangkan  pemeriksaan  audit  dilakukan  oleh  badan  yang  memiliki  kompetensi dan independensi  untuk  mengukur apakah kinerja eksekutif sudah sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan. Sebuah  tugas  telah  dianggap  kompeten  ketika  telah  dilakukan  di  tingkat
kompetensi  tertentu  sesuai  dengan  syarat-syarat  yang  mengikutinya.  Menurut Institute  of  Chartered  Accountants  in  Australia  dalam  Auditing  Competency
Standard  for  Registered  Company  Auditors  2004,  standar  kompetensi menunjukkan tugas-tugas khusus yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu  secara  kompeten  dengan  mempertimbangkan  kinerja,  faktor  lingkungan dan keahlian individu yang ditunjukkan dengan  performa tugas.
Hal ini juga diamanatkan dengan adanya Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan  Dan  Pembangunan  Nomor  :  PER-211KJF2010  Tentang  Standar
Kompetensi  Auditor.  Audit  internal  membantu  suatu  organisasi  dalam  mencapai tujuannya  melalui  pendekatan  sistematis  dan  disiplin  untuk  mengevaluasi  dan
memperbaiki  efektivitas  proses  tata  kelola  organisasi,  pengendalian,  dan manajemen risiko the effectiveness of risk management, control, and governance
processes.  Auditor    selain    bertanggung    jawab  kepada  pimpinan  instansi pengawasan    yang    bersangkutan  sesuai  dengan  peraturan  perundang-undangan,
juga  memiliki  tanggung  jawab  profesi  dan  kewajiban  moral  kepada  masyarakat pemakai jasa sesuai standar yang berlaku umum.
commit to user
Di  Pemerintah  Kabupaten  Boyolali,  auditor  internal  telah  diatur  dalam Peraturan Daerah Kabupaten Boyolali No 16 Tahun 2011 tentang Organisasi dan
Tata  Kerja  Perangkat  Daerah  Kabupaten  Boyolali.  Sebagai  auditor  internal, inspektorat mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan
urusan  pemerintahan  daerah,  pelaksanaan  pembinaan  atas  penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan desa. Pengawasan yang
dilakukan oleh Inspektorat adalah pengawasan intern sebagai audit internal untuk memastikan  tercapainya  tujuan  organisasi  dari  Pemerintah  Kabupaten  Boyolali
secara keseluruhan. Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang diterbitkan IAPI 2008, menuliskan
bahwa setiap praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai hasil  dari  hubungan  profesional  dan  hubungan  bisnisnya,  serta  tidak  boleh
mengungkapkan  informasi  tersebut  kepada  pihak  ketiga  tanpa  persetujuan  dari klien  atau  pemberi  kerja,  kecuali  jika  terdapat  kewajiban  untuk  mengungkapkan
sesuai  dengan  ketentuan  hukum  atau    peraturan  lainnya  yang  berlaku.  Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan profesional dan hubungan bisnis tidak boleh
digunakan  oleh  Praktisi  untuk  keuntungan  pribadinya  atau  pihak  ketiga.  Adapun contoh  hal-hal  yang  harus  dipertimbangkan  dalam  menentukan  sejauh  mana
informasi rahasia dapat diungkapkan yaitu apabila pengungkapan dijinkan dengan persetujuan penerima jasa, pengungkapan diharuskan oleh hukum, dan ketika ada
kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkannya. Institute of Internal Auditor 1999 yang dikutip oleh Goodwin dan Yeo 2001
menyatakan bahwa audit internal merupakan jasa  assurance dan konsultasi  yang perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
obyektif  dan  independen,  yang  dirancang  untuk  memberi  nilai  tambah  dan meningkatkan  operasi  organisasi  untuk  membantu  pencapaian  tujuan  organisasi
dengan mengevaluasi efektivitas manajemen risiko, pengendalian serta proses tata kelola.
Hal tersebut
juga ditegaskan
didalam Lampiran
Permenpan
No:PER05M.PAN032008  tentang  Standar  Audit  Aparat  Pengawas  Intern
Pemerintah menyatakan  bahwa Pengawasan intern pemerintah merupakan fungsi manajemen  yang  penting  dalam  penyelenggaraan  pemerintahan.  Melalui
pengawasan  intern  dapat  diketahui  apakah  suatu  instansi  pemerintah  telah melaksanakan  kegiatan  sesuai  dengan  tugas  dan  fungsinya  secara  efektif  dan
efisien,  serta  sesuai  dengan  rencana,  kebijakan  yang  telah  ditetapkan,  dan ketentuan.    Pengawasan  intern  atas  penyelenggaraan  pemerintahan  diperlukan
untuk  mendorong  terwujudnya  good  governance  dan  clean  government  dan mendukung  penyelenggaraan  pemerintahan  yang  efektif,  efisien,  transparan,
akuntabel serta bersih dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Menurut Mardiasmo
1
, aparat pengawas internal pemerintah merupakan garda depan  bagi  pencegahan  dan  pemberantasan  korupsi.  Hal  tersebut  dimungkinkan
dapat  dicapai  dengan  adanya  kualitas  hasil  audit  dalam  pelaksanaan  audit pengawasan  keuangan  daerah,  sehingga  APIP  dapat  lebih  berperan  dalam
pencegahan  dan  pemberantasan  korupsi  dan  menciptakan  good  governance. Dengan  adanya  audit  yang  berkualitas  yang  dilakukan  oleh  APIP,  diharapkan
semakin baiknya pencegahan korupsi keuangan daerah.
1
Lihat http:www.suarapembaruan.com
commit to user
Beberapa kasus yang berkaitan dengan praktik korupsi keuangan daerah terjadi di  beberapa  pemerintah  daerah.  Namun  yang  menjadi  perhatian  penulis  adalah
kasus korupsi yang terjadi di Boyolali, yaitu antara lain pemanfaatan dana bantuan sosial yang melibatkan ratusan sekolah dan LSM tahun 2010 dan 2011
2
, Bendung Penggung  Kecamatan  Wonosegoro
3
,  kasus  korupsi  pengadaan  bibit  lele
4
. Perkembangan  yang  terbaru  di  Boyolali  berkaitan  dengan  Bendung  Penggung
Kecamatan Wonosegoro adalah seorang kepala dinas aktif dan 3 orang PNS yang dinyatakan  sebagai  terdakwa  oleh  Kejaksaan  Negeri  Boyolali
5
.  Bahkan  Asosiasi Auditor  Internal  Pemerintah  Indonesia  AAIPI  menyatakan  bahwa  sebanyak  94
persen Aparat Pengawas Internal Pemerintah APIP di pusat dan daerah tak bisa mendeteksi terjadinya korupsi
6
. Permenpan  No:PER04M.PAN032008  merupakan  sebuah  peraturan  yang
mengatur adanya kode etik bagi Aparat Pengawasan Internal Pemerintah, dengan maksud menciptakan adanya pengawasan oleh APIP yang berkualitas dan auditor
yang  profesional  dengan  budaya  etis  dalam  profesi  APIP.  Untuk  itu  disyaratkan diberlakukan dan dipatuhinya aturan perilaku yang menuntut disiplin dari auditor
APIP  yang  melebihi  tuntutan  peraturan  perundang-undangan  berupa  Kode  Etik yang mengatur nilai-nilai dasar dan pedoman perilaku, yang dalam pelaksanaannya
memerlukan  pertimbangan  yang  seksama  dari  masing-masing  auditor,  sehingga diharapkan supaya hasil audit dari APIP dapat bermanfaat bagi pimpinan dan unit
2
Lihat http:m.suaramerdeka.com
3
Lihat http:jateng.tribunnews.com
4
Lihat http:www.timlo.net
; http:www.suaramerdeka.com
5
Lihat http:www.solopos.com
, http:www.timlo.net
, http:www.suaramerdeka.com
, http:jateng.tribunnews.com
, https:id.berita.yahoo.com
,
6
Lihat http:www.suarapembaruan.com
commit to user
kerja serta pengguna lainnya untuk dapat meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.
Permenpan  tersebut  menyebutkan  adanya  4  prinsip-prinsip  perilaku  bagi auditorAPIP yaitu Integritas, Obyektifitas, Kerahasiaan dan Kompetensi.  Tujuan
dari kode etik tersebut adalah mendorong sebuah budaya etis dalam profesi APIP, memastikan  bahwa  seorang  profesional  akan  bertingkah  laku  pada  tingkat  yang
lebih tinggi dibandingkan dengan PNS lainnya serta mencegah terjadinya tingkah laku  yang  tidak  etis,  agar  terpenuhi  prinsip-prinsip  kerja  yang  akuntabel  dan
terlaksananya  pengendalian  audit  sehingga  dapat  terwujud  auditor  yang  kredibel dengan  kinerja  yang  optimal  dalam  pelaksanaan  audit  sehingga  hasil  audit  APIP
yang  diperoleh  juga  dapat  maksimal.  Maka  APIP  harus  dapat  memahami  dan menjadikannya  sebagai  pedoman  prinsip-prinsip  perilaku  auditor  dalam
pelaksanaan  audit  yang  dilakukan  sehingga  diharapkan  kasus-kasus  yang  dimuat dalam surat kabar seharusnya tidak perlu terjadi.
Pada sektor
publik, sesuai
dengan amanat
Permenpan No:PER05M.PAN032008,  proses audit  yang dilakukan oleh Aparat  Pengawas
Internal  Pemerintah  harus  berpedoman  pada  standar  audit  dalam  Permenpan tersebut. Standar tersebut merupakan sebuah pedoman minimal yang wajib menjadi
pedoman  bagi  APIP  dalam  melaksanakan  audit,  yang  mampu  menjamin terlaksananya pengawasan internal yang efektif, efisien dan tentunya berkualitas.
Kualitas audit menurut Francis 2011 digambarkan dengan 6 buah level unit analisis yang ada dalam penelitian-penelitian dalam bidang Audit, yaitu audit input
input level, audit process next level, accounting firms, audit industry dan audit perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
market,  institution,  serta  economic  consequences  of  audit  outcomes.  Beliau mengatakan bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh masing-masing level tersebut.
Audit  memiliki  kualitas  pada  input  level  apabila  auditor  yang  menerapkannya kompeten  dan  independen,  serta  pengujian  prosedur  yang  dilakukan  dapat
menghasilkan  bukti  yang  relevan  dan  andal.  Kualitas  dari  audit  input  mengalir menuju  proses  audit,  dimana  audit  memiliki  kualitas  apabila  personil  audit  yang
terlibat dalam audit dapat mengambil keputusan mengenai pengujian tertentu yang akan dipergunakan dan secara tepat mengevaluasi bukti yang didapatkan dari tahap
sebelumnya  untuk  selanjutnya  dihasilkan  laporan  hasil  audit.  Kualitas  audit dipengaruhi oleh institusiKAP dimana auditor bekerja. Hal tersebut dapat nampak
apabila  pada  institusi  tersebut  mengembangkan  prosedur  pengujian  yang  akan dipergunakan dalam pelaksanaan audit serta dapat memotivasi auditor. Kemudian,
dorongan  dari  KAP  dan  auditornya  untuk  dapat  menghasilkan  audit  yang berkualitas  dipengaruhi  oleh  institusi  yang  mengatur  audit  dan  memberikan
hukuman bagi auditor dan KAP apabila menghasilkan audit  yang tidak berkualitas dan disalahgunakan. Disimpulkan oleh beliau bahwa untuk mencapai kualitas audit
dapat  dilakukan  dengan  keterbukaan  dari  praktisi  dan  pembuat  regulasi,  serta bekerja sama dengan  akademisi  untuk  mencapai  apa  yang disebut dengan tujuan
bersama, yaitu pemahaman yang lebih baik dari beragamnya pemicu kualitas audit yang mampu membuat audit menjadi lebih baik, serta membantu perumusan aturan
oleh  regulator  yang  mengatur  bidang  auditing  untuk  menyusun  kebijakan  yang cost-effective untuk meningkatkan kualitas hasil audit.
commit to user
Ada 2 hal yang memotivasi auditor untuk menghasilkan audit yang berkualitas menurut  Skinner  dan  Srinivasan  2012,  yaitu  1  dorongan  litigationinsurance;
dan  2  dorongan  insentif.  Dalam  kondisi  1,  apabila  auditor  secara  hukum bertanggung jawab terhadap kegagalan dari audit yang dilaksanakan, maka auditor
akan  termotivasi  untuk  menghasilkan  audit  yang  berkualitas,  demi  menghindari biaya  yang  timbul  atas  permasalahan  hukum.  Peran  sebagi  insurance  muncul
karena investor lebih menyukai KAP yang besar, karena KAP tersebut lebih dapat memenuhi kepentingan hukum dari investor, serta menyediakan jaminan keuangan
terhadap adanya audit yang tidak berkualitas. Dalam kondisi 2, auditor memiliki insentif untuk mendapatkan nama baik untuk menghindari kegagalan audit, karena
kualitas  audit  merupakan  hal  yang  sangat  penting  bagi  klien  dan  pasar  sangat menghargai  jasa  audit.  Ketika  reputasi  KAP  menurun  karena  tidak  mampu
menghasilkan  audit  yang  berkualitas,  maka  klien  akan  cenderung  menggantinya dengan auditorKAP lain.
Knechel, Krishnan, Pevzner, Shefchik dan Velury 2012 mengatakan bahwa kualitas audit sering diperdebatkan namun sedikit  dipahami. Sudah lebih  dari 20
tahun  sejak  dilakukannya  penelitian  tentang  kualitas  audit  namun  tidak  banyak kesepakatan  yang  dicapai  tentang  bagaimana  mendefinisikan  kualitas,  namun
memberikan masing-masing pihak pemahaman tentang kualitas audit. Disimpulkan bahwa audit yang “baik” adalah audit yang dilaksanakan berdasarkan perencanaan
proses audit yang baik oleh auditor yang termotivasi dan terlatih, yang memahami ketidakpastian pada proses audit dan dapat memahami kondisi unik yang ada pada
auditee. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Deis dan Giroux 1992 mengungkapkan pendapatnya mengenai kualitas audit. Menurut  mereka,  kualitas  audit  masih  menjadi  permasalahan  dalam  profesi
akuntan.  Sebuah  celah  kredibilitas  dalam  laporan  keuangan  pemerintah  muncul ketika  ditemukan  bahwa  praktek  akuntansi  yang  buruk  menimbulkan  krisis
keuangan  di  New  York  dan  kota-kota  lain  pada  tahun  1970.  Sebagai  tanggapan, pemerintah mengeluarkan peraturan baru yang bertujuan meningkatkan perbaikan
terhadap  praktik  pelaporan  keuangan,  meningkatkan  pertanggungjawaban pelaporan auditor serta mengadakan program untuk memonitor kualitas audit. Sama
halnya  dengan  kegagalan  audit  pada  sektor  bisnis,  kurangya  kualitas  audit  pada sektor  publik  mengakibatkan  ketidak  percayaan  masyarakat  terhadap  profesi
akuntan.  Penelitian  Rubin  1988  yang  disajikan  oleh  Deis  dan  Giroux  1992 menyatakan  bahwa  kualitas  audit  sektor  bisnis  dapat  digeneralisasikan  kepada
sektor publik. Hasil penelitian Deis dan Giroux 1992 yaitu semakin panjang tenure maka
kualitas  audit  akan  semakin  menurun  Carey  dan  Simnet  2006;  Chen,  Elder  dan Liu,  2005  dan  semakin  banyak  jumlah  klien  maka  kualitas  audit  semakin  baik
Giroux  Jones, 2011. Carey dan Simnet 2006; Chen, et al, 2005 beranggapan bahwa  semakin  lama  tenure  dari  partner  audit,  maka  relasi  yang  terjalin  akan
berdampak pada independensi, serta mampu mengurangi kemampuan partner audit untuk  melakukan  critical  appraisal.  Penelitian  Carey  dan  Simnet  2006  juga
mengungkapkan didalam Code of Ethic yang dikeluarkan IFAC tahun 2001 telah diatur  bahwa  perpanjangan  tenure  partner  dalam  sebuah  audit  mampu
menimbulkan “familiarity threat” Firth, Rui dan Wu, 2012. Normalnya, partner perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
audit dirotasi setelah beberapa periode yang ditentukan sebelumnya, paling lama 7 tahun. Dengan kewajiban adanya rotasi partner audit tersebut diharapkan kualitas
audit akan dapat dipertahankan pada level yang sama. Namun penelitian Ghosh dan Moon 2005 tentang Audit Tenure and Perceptions of Audit Quality memberikan
hasil yang berbeda. Dengan menggunakan investor, independence rating agencies dan financial analysts sebagai subyek penelitian, hasil penelitiannya adalah tenure
yang semakin lama akan meningkatkan kualitas audit. Komite audit yang efektif juga dapat menentukan kualitas audit Abbot, Parker,
Peters  dan  Gary,  2007;  Al-Ajmi,  2009,  yaitu  komite  audit  yang  independen, melakukan  pertemuan  secara  rutin  serta  memiliki  keanggotan  seorang  ahli
keuangan,  dimana  komite  audit  merupakan  key  stakeholder  dalam  pengauditan. Komite  audit  tersebut  tidak  akan  memberikan  tugas-tugas  audit  yang  dilakukan
oleh  auditor  internal  untuk  dilakukan  outsourcing  kepada  auditor  eksternal.  Hal tersebut  dilakukan  untuk  menjaga  independensi  auditor,  karena  tugas-tugas  yang
rutin  tersebut  memiliki  karakteristik  yang  berulang,  dan  dapat  mengakibatkan ketergantungan  ekonomi.  Abbot,  et  al.  2007  juga  berpendapat  bahwa  aktivitas
audit  internal  yang  berhubungan  dengan  kerahasiaan  klien  sebaiknya  tidak dilakukan  outsoucing  kepada  pihak  eksternal.  Al-Ajmi  2009  juga  menyatakan
bahwa kualitas audit adalah sebuah hasil dari berfungsinya sebuah tim audit, dan mungkin  dapat  memberikan  hasil  yang  terbaik  berdasarkan  ketersediaan  dari
sumber daya yang cukup DeAngelo,1981b; Frantz, 1999 yang diacu oleh Al-Ajmi 2009, serta adanya sistem pengendalian yang berkualitas.
commit to user
Terkait dalam hal rotasi partner audit, dalam penelitian eksperimental dengan subyek  loan  officer  pada  bank  di  Amerika  oleh  Daniels  dan  Booker  2011
memberikan  hasil  bahwa  kebijakan  rotasi  dari  firma  audit  akan  meningkatkan persepsi  para
loan  officers  terhadap  independensi  auditor,  namun  tidak meningkatkan  persepsi  terhadap  kualitas  audit.  Hasil  penelitian  yang  sama  juga
diberikan oleh Firth, et al 2012. Mengambil lokasi penelitian di Tiongkok, dengan menggunakan  kecenderungan  auditor  untuk  mengeluarkan  opini  audit
termodifikasi MAO sebagai proksi untuk kualitas audit, ditemukan bahwa KAP yang  mewajibkan  rotasi  parter  audit,  lebih  banyak  berhubungan  dengan  adanya
MAO, dibanding KAP  yang tidak menggunakan rotasi partner audit pada daerah yang kurang berkembang. Artinya adalah pada KAP yang menerapkan kebijakan
rotasi  partner  audit  akan  lebih  sering  mengeluarkan  perubahan  atas  opini  audit dimana  hal  tersebut  ditunjukkan  oleh  Modified  Audit  Opinion  yang  diberikan
kepada klien. Dalam  menentukan  kualitas  audit,  Chen,  Elder  dan  Liu  2005  berpendapat
bahwa  penolakan  terhadap  tekanan  dari  pihak  manajemen  klien  ketika  pihak manajemen  menginginkan  adanya  negosiasi  terhadap  permasalahan-permasalah
dalam  pelaporan  keuangan  dapat  menggambarkan  kualitas  audit.  Mereka menggunakan  dua  proksi  untuk  menguji  hal  tersebut,  yaitu  keahlian  auditor  dan
besarnya  KAP.  Semakin  auditor  memiliki  keahlian  tertentu  dan  semakin  besar firma  audit,  maka  negosiasi  yang  dikehendaki  manajemen  klien  tersebut  akan
mendapatkan  penolakan  dari  auditor,  sehingga  kualitas  audit  akan  meningkat. Ketika  pihak  auditor  dan  klien  melakukan  negosiasi  terhadap  permasalahan-
commit to user
permasalahan yang ditemukan terkait dengan pelaporan keuangan klien, menjaga integritas dari audit merupakan kewajiban bagi auditor dan hal itu dipersyaratkan
dalam  standar  profesi  akuntansi.  Hasil  penelitian  hanya  mendukung  keahlian tertentu  dari  auditor  yang  memiliki  hubungan  dengan  kualitas  audit,  sedangkan
ukuran  KAP  tidak  berhubungan  dengan  kualitas  audit.  Hal  ini  sesuai  dengan penelitian Lowensohn, Johnson, Elder dan Davies 2007 yang mengambil lokasi
penelitian pada Pemerintah Daerah di Florida. Integritas,  oleh  Netherland  Court  of  Audit  NCA  dalam  The  Concept  of
Integrity, digambarkan sebagai suatu keadaan yang utama virtue, tidak merusak incorruptibility, serta tidak adanya pelemahan being unimpaired. Integritas juga
lebih dari sekedar hanya mematuhi hukum dan peraturan. Integritas menurut The Auditing  Practices  Board  APB  Ethical  Standard  2011  merupakan  sebuah
prasyarat bagi semua bidang pekerjaan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak.  Dalam  profesi  audit,  integritas  mewajibkan  bagi  auditor  untuk  tidak
terpengaruhi  oleh  konflik  kepentingan.  BPKP  2008  juga  menyebutkan  bahwa sikap  jujur,  berani,  bijaksana  dan  bertanggungjawab  diperlukan  dalam
meningkatkan integritas. Kompetensi  adalah  kemampuan,  kecakapan  yang  dimiliki  oleh  seseorang
dalam  menjalankan  suatu  pekerjaantugas  tertentu.  Mengacu  kepada  Institute  of Chartered Accountants in Australia dengan standarnya yaitu Auditing Competency
Standard  for  Registered  Company  Auditors  2004,  kompetensi  berhubungan dengan pengetahuan dan keahlian dalam melakukan berbagai tugas dalam konteks
pekerjaan  tertentu.  Untuk  mengevaluasi  kompetensi  dapat  dilakukan  dengan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
penilaian terhadap input memiliki pengetahuan dan keahlian untuk melaksanakan suatu  tugas  serta  penilaian  terhadap  output  secara  kompeten  mampu
menyelesaikan  suatu  tugas  tertentu.  Dengan  adanya  kompetensi  terhadap  suatu bidangkeahlian,  maka  didalam  menjalankan  suatu  pekerjaantugas  tertentu,
diharapkan penyelesaian tugas tersebut dapat lebih efektif dan efisien. Prinsip kerahasiaan menurut IFAC 2006 Seksi 140 menimbulkan kewajiban
untuk tidak mengungkapkan informasi yang didapatkan dari sebuah aktivitastugas tertentu, atau relasi dengan klien, tanpa adanya otorisasi yang khusus, ataupun ada
sebuah  kewajiban  hukum  untuk  mengungkapkannya;  serta  memanfaatkan informasi  penting  dan  rahasia,  yang  dihasilkan  dari  sebuah  aktivitas,  tugas  atau
relasi  dengan  klien,  untuk  kepentingan  pribadi  ataupun  kepentingan  pihak  lain. Sebuah  profesi  juga  wajib  menjaga  kerahasiaan  sebuah  informasi  perusahaan
ataupun  organisasi,  kecuali  adanya  kewajiban  hukum  untuk  mengungkapkan informasi  tersebut.  Dengan  prinsip  kerahasiaan,  maka  profesi  tidak  memberikan
informasi  yang  sifatnya  rahasia,  yang  didapatkan  dari  pelaksanaan  tugasnya  dan berhubungan dengan klien
Obyektifitas dalam APB 2011 dinyatakan sebagai suatu keadaan pikiran yang tidak memiliki bias, prasangka, dan kompromi, sehingga keadaan tersebut mampu
memberikan  pertimbangan  yang  wajar  dan  tidak  berat  sebelah,  terhadap  semua permasalahan yang timbul dari tugas-tugas yang dijalankan. Sama halnya dengan
integritas, obyektivitas merupakan prinsip etika yang fundamental, dan mewajibkan auditor dalam memberikan pertimbangan terkait dengan permasalahan yang timbul
tersebut tidak terpengaruh dengan konflik kepentingan yang dialami. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Beberapa peneliti telah menguji pengaruh prinsip-prinsip perilaku kompetensi, obyektifitas,  integritas,  kerahasiaan,  seperti  yang  diamanatkan  dalam  Permenpan
No:PER04M.PAN032008,  terhadap  kualitas  audit.  Namun  tidak  semua  dari prinsip-prinsip perilaku tersebut telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Tjun Tjun,
Marpaung  dan  Setiawan  2012;  Effendy  2010;  Sukriah,  Akram  dan  Inapty 2009; Badjuri 2012, dan semuanya mendapatkan kesimpulan yang sama bahwa
kompetensi berpengaruh terhadap hasil audit, sementara penelitian Sujana 2013 serta  Kisnawati  2012  ternyata  menghasilkan  kesimpulan  yang  berbeda  yaitu
bahwa  kompetensi  tidak  berpengaruh  terhadap  hasil  audit.  Hal  tersebut  masih menimbulkan  pertanyaan  apakah  benar  kompetensi  tidak  berpengaruh  terhadap
hasil  audit.  Untuk  prinsip  perilaku  Obyektivitas  dan  Integritas  telah  diteliti  oleh Sukriah,  et  al.  2009,  Mabruri  dan  Winarna  2010,  serta  Badjuri  2012.
Kesimpulan terkait dengan obyektivitas masih terdapat perbedaan, yaitu Sukriah, et  al. 2009, serta Mabruri dan Winarna 2010 menyatakan bahwa obyektivitas
berpengaruh  terhadap  hasil  audit,  sedangkan  Badjuri  2012  menyatakan sebaliknya. Untuk kesimpulan terkait dengan Integritas masih terdapat perbedaan
hasil, yaitu Sukriah, et al. 2009 menyatakan integritas tidak berpengaruh terhadap hasil  audit,  sedangkan  Mabruri  dan  Winarna  2010  serta  Badjuri  2012
menyatakan sebaliknya. Berdasarkan  hasil-hasil  penelitian  yang  masih  inkonsisten,  menurut  penulis
seharusnya  sesuai  dengan  konsideran  Permenpan  No:PER04M.PAN032008 bahwa  dalam  rangka  mewujudkan  kepemerintahan  yang  baik,  berdaya  guna,
berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab diperlukan adanya pengawasan oleh perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
APIP yang berkualitas dan auditor yang profesional dimana untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan suatu budaya etis dalam profesi APIP seperti yang tercantum
dalam  prinsip-prinsip  perilaku  yaitu  Integritas,  Obyektivitas,  Kerahasiaan  dan Kompetensi,  sehingga  terpenuhi  prinsip-prinsip  kerja  yang  akuntabel  dan
terlaksananya  pengendalian  audit  sehingga  dapat  terwujud  auditor  yang  kredibel dengan kinerja yang optimal dalam pelaksanaan audit. Sesuai dengan informasi dari
APIP  Inspektorat  Jendral  Kementrian,  Kelautan  dan  Perikanan
7
,  di  dalam pelaksanaan tugasnya, terdapat 2 jabatan fungsional yang menjadi penopang tugas-
tugas  Aparat  Pengawas  Internal  Pemerintah  APIP  sebagai  audit  internal pemerintah  daerah,  yaitu  auditor  dan  P2UPD  yang  saling  bersinergi  untuk
melaksanakan  tugas  sebagai  audit  internal.  Diharapkan  oleh  penulis,  dengan mempedomani  aturan  tersebut,  dalam  melaksanakan  tugasnya  APIP  dapat
menghasilkan kualitas audit yang lebih optimal. Sebagian dari instrumen penelitian ini menggunakan instrument penelitian dari
Sukriah,  et  al.  2009  dengan  beberapa  penyesuaian.  Sukriah,  et  al.  2009 menggunakan  5  buah  variabel  independen  yaitu  pengalaman  kerja  auditor,
independensi  auditor,  obyektivitas  auditor,  integritas  auditor  dan  kompetensi auditor  dan  1  variabel  dependen  yaitu  kualitas  hasil  pemeriksaan.  Sebelum
kuesioner  disebarkan,  dilakukan  pilot  kuesioner  terlebih  dahulu.  Kuesioner  yang digunakan  untuk  pilot  merupakan  penyesuaian  dari  instrument  Sukriah,  et  al
2009.  Dalam  melakukan  penyesuaian  kuesioner,  penulis  dibantu  oleh  1  orang
7
Lihat http:www.itjen.kkp.go.id
commit to user
Pengendali Teknis tim audit dan 2 orang Ketua Tim pada Inspektorat Kabupaten Boyolali serta 1 orang mahasiwa S3 Akuntansi UNS. Penulis beranggapan bahwa
kuesioner  penelitian  Sukriah,  et  al.  2009  sudah  mampu  mengukur  variabel- variabel  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini,  karena  penyusunan  kuesioner
penelitian  tersebut  telah  mengacu  pada  standar  yang  ditetapkan  oleh  BPKP  dan Permenpan. Namun menurut penulis instrumen tersebut kurang sederhana sehingga
berpotensi  menyebabkan  bias  bagi  responden  dalam  menjawab  serta  berpotensi membuat  responden  memiliki  pemahaman  yang  berbeda.  Selain  itu  penggunaan
kata auditor dalam kuesioner penelitian Sukriah, et al 2009 kurang tepat karena dalam  penelitian  ini  respondennya  adalah  APIP  auditor  dan  pejabat  P2UPD.
Justifikasi dalam penyesuaian kuesioner Sukriah, et al. 2009 akan disajikan pada lampiran.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah : 1.  Penelitian  ini  menambahkan  prinsip  Kerahasiaan  seperti  yang  diamanatkan
dalam  Permenpan  No:  PER04M.PAN032008  sehingga  prinsip-prinsip perilaku  yang diuji  ada  4 empat  yaitu  Integritas, Obyektifitas, Kerahasiaan
dan Kompetensi terhadap kualitas audit APIP. 2.  Penelitian  ini  menggunakan  teknik  analisis  SEM  Structural  Equation
Modelling  dalam  menganalisis  variabel-variabel  yang  tidak  dapat  diukur secara  langsung  variabel  latenvariabel  unobserved  dan  memerlukan
beberapa indikator untuk mengukurnya variabel manifestvariabel indikator. Indikator dalam penelitian ini bertipe formatif dan reflektif. Indikator bertipe
formatif  digunakan  untuk  mengukur  variabel  Integritas,  Obyektivitas, perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
Kerahasiaan  dan  Kompetensi  dikarenakan  indikator-indikator  tersebut merupakan substansi yang menyusun variabel-variabel laten dalam Permenpan
No:  PER04M.PAN032008.  Sedangkan    indikator  bertipe  reflektif digunakan untuk mengukur variabel Kualitas Audit seperti yang diamanatkan
dalam  Permenpan  No:  PER05M.PAN032008  karena  menurut  penulis, sesuai  dengan  pendapat  Fornell  dan  Bookstein  1982  yang  dikutip  oleh
Ghozali 2014, variabel Kualitas Audit dapat dipandang sebagai faktor yang menimbulkan sesuatu yang diamati.
B.  PERUMUSAN MASALAH