30
nanopartikel perak pada erlenmeyer 250 mL kemudian dishaker pada 153 rpm selama 24 jam dan dikeringkan pada 70
⁰C.
d. Hidrofobisasi atau modifikasi permukaan bahan tekstil dengan
HDTMS
Larutan etanol HDTMS 4 ditambahkan ke bahan tekstil katun. Selama 1 jam dishaker pada temperature kamar. Sampel dikeringkan
pada suhu 80 ⁰C selama 10 menit. Selanjutnya proses curing pada suhu
130 ⁰C selama 1 jam. Karakterisasi pada bahan katun dengan teknik
sudut kontak.
e. Uji sudut kontak Kain katun diletakkan pada tempat yang datar. Sebanyak 1 tetes
akuades diteteskan menggunakan pipet tetes yang berjarak 1 cm di atas permukaan kain. Selanjutnya dilakukan pemotretan terhadap kain yang
telah ditetesi akuades. Pengujian dilakukan pada kelima jenis kain secara bergantian.
f. Uji antibakteri
Inkubasi bakteri pada suhu ruang selama 24 jam. Sebanyak 0,1 mL bakteri dituang ke media pada cawan petri. Kelima jenis kain katun
ditempatkan pada petri secara melingkar dengan jarak sama. Pengujian antibakteri dilakukan setiap 3 jam sekali untuk mengukur perubahan
zona hambat yang terbentuk.
31
V. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah karakterisasi kain katun dengan spektroskopi UV-Vis, sudut kontak, uji
antibakteri, dan teknik statistik.
a. Spektroskopi UV-Vis Dengan menggunakan spektrum UV-Vis pada koloid nanopartikel
perak dilakukan pada rentang panjang gelombang 200-500 nm. Reduksi ion perak terlihat secara fisis dari perubahan warna larutan
yaitu dari tak berwarna menjadi kuning pucat sehingga pada pengukuran menggunakan spektrofotometer UV-Vis nanopartikel
perak koloidal memberikan puncak absorpsi pada panjang gelombang di sekitar 410 nm yang merupakan puncak serapan khas nanopartikel
perak. b. Sudut Kontak
Sudut kontak merupakan parameter inti dari wettability dari suatu permukaan material. Sudut kontak terbentuk antara butiran cairan
dengan permukaan material. Semakin besar sudut kontak yang dimiliki suatu permukaan, maka wettability berkurang. Suatu dikatakan
memiliki permukaan yang hidrofob bila sudut kontaknya lebih dari 90
o
dan bila sudut kontaknya lebih dari 150
o
maka permukaan tersebut disebut superhidrofob.
32
c. Uji Aktivitas Antibakteri Pengujian aktivitas antibakteri pada serat katun yang terdeposit
nanopartikel perak terhadap bakteri Escherichia coli ATCC 35218 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 dapat dilakukan cara mengukur
besarnya zona hambat bakteri pada kelima jenis kain katun yang telah dimodifikasi. Zona bening di sekitar sampel menunjukkan adanya
aktivitas antibakteri pada sampel tersebut. Semakin lebar zona bening di sekitar sampel menunjukkan bahwa penghambatan bakteri oelh
sampel uji semakin efektif. Proses pengujian kemampuan antibakteri dapat dilakukan secara
kuantitatif menggunakan hitungan statistik ANOVA 2 faktor, dilanjutkan uji Least Significant Different LSD, dan uji T-
Independent menggunakan SPSS. Uji ANOVA 2 faktor digunakan untuk mengetahui pengaruh jenis sampel dan waktu inkubasi terhadap
aktivitas antibakteri. Uji lanjut LSD digunakan untuk menentukan signifikansi antara sampel satu dengan sampel lain dan antara waktu
inkubasi satu dengan waktu inkubasi lain. Uji T-Independent digunakan untuk mengetahui adanya perbedaan signifikan dalam
aktivitas antibakteri antara bakteri E. coli dan S. aureus.
33
VI. DIAGRAM ALIR PENELITIAN
a. Preparasi Nanopartikel Perak
50 mL akuades dipanaskan hingga mendidih
didiamkan hingga mencapai suhu ruang disaring dengan kertas saring whatman
no.42
40 mL Larutan AgNO
3
10
-3
M didiamkan 5 menit
+ PVA 1
disimpan pada suhu kamar selama 3-7 hari
dikarakterisasi menggunakan UV-Vis 20 gram kulit buah manggis
2,5 mL ekstrak kulit buah manggis
Campuran Homogen
Koloid Nanopartikel Perak
Nanopartikel perak siap diaplikasikan pada serat katun
34
b. Aplikasi Nanopartikel Perak pada Bahan Tekstil
c. Aplikasi Permukaan Serat Katun dengan Senyawa HDTMS Serat katun dicuci, disterilisasi dan dikeringkan
Sampel katun dipotong-potong dengan ukuran 5 cm x 5 cm
Sampel serat katun dicelupkan dan direndam dalam koloid nanopartikel perak pada erlenmeyer 250 mL, dishaker pada
152 rpm selam 24 jam dan dikeringkan pada suhu 70
o
C
Karakterisasi dengan uji aktivitas antibakteri dan sudut kontak
Serat katun yang telah terdeposit nanopartikel perak
Penambahan larutan etanol HDTMS 4
Reaksi selama 60 menit pada suhu kamar
Pengeringan sampel dengan suhu 80
o
C selama 10 menit
Reaksi curing dengan suhu 130
o
C selama 60 menit
Karakterisasi dengan uji aktivitas antibakteri dan sudut kontak
Koloid nanopartikel perak disentrifugasi selama 5 menit dan setengah filtratnya dibuang untuk memekatkan nanopartikel
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Ekstraksi Kulit Buah Manggis
a b
Gambar 8. a Perebusan Kulit Manggis dan b Ekstrak Kulit Manggis
Gambar 8a menunjukkan proses perebusan kulit manggis. Warna larutan yang sebelumnya tidak berwarna berubah menjadi oranye keruh dan
sedikit kental saat proses perebusan kulit manggis. Perebusan dilakukan hingga mendidih pada suhu 91°C. Gambar 8b menunjukkan produk
ekstrak kulit manggis yang dihasilkan. Ekstrak kulit manggis yang telah dihasilkan berwarna jingga kemerahan. Produk ekstrak kulit manggis juga
lebih jernih dan lebih encer dibandingkan dengan saat proses perebusan.
B. Preparasi Nanopartikel Perak
Larutan nanopartikel perak yang dihasilkan dari metode reduksi dengan bioreduktor ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L.
berupa larutan coklat pekat seperti ditunjukkan pada Gambar 9.
36
Nanopartikel perak
yang dihasilkan
dikarakterisasi menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis dengan larutan AgNO
3
sebagai larutan blanko. Karakterisasi ini bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang dan
absorbansinya.
Awal 1 jam
24 jam 48 jam
94 jam Gambar 9. Nanopartikel Perak
Hasil spektrofotometer UV-Vis larutan AgNO
3
adalah puncak spektrum berada pada absorbansi 2,712 dan panjang gelombang maksimum
218,50 nm. Nanopartikel perak yang terbentuk dari reduksi AgNO
3
dengan bioreduktor ekstrak kulit manggis yang didiamkan selama 3 hari memiliki
absorbansi 0,815 dan panjang gelombang 434 nm, sedangkan nanopartikel perak yang didiamkan selama 7 hari memiliki absorbansi 0,575 dan panjang
gelombang 434 nm. Menurut Handayani 2011, nilai surface plasmon resonance SPR dari nanopartikel perak yang berada pada panjang
gelombang 400-500 nm dapat diartikan bahwa nanopartikel perak tersebut telah terbentuk. Selain itu, dengan hasil karakterisasi UV-Vis pada hari
ketiga dan hari ketujuh, nanopartikel perak yang terbentuk stabil. Spektra UV-Vis larutan AgNO
3
ditunjukkan oleh Gambar 10 dan spektra UV-Vis Nanopartikel perak ditunjukkan oleh Gambar 11.
37
Gambar 10. Spektra UV-Vis AgNO
3
. Gambar 11. Spektra UV-Vis AgNPs
Dalam penelitian ini, nanopartikel perak dibuat dengan metode reduksi dari larutan AgNO
3
konsentrasi 1x10
-3
M dengan bioreduktor ekstrak kulit buah manggis yang mereduksi Ag
+
menjadi Ag . Menurut Wita
Oyleri Tikirik, Maming, dan Muhammad Zakir, mekanisme reaksi pada proses bioreduksi AgNO
3
oleh kulit buah manggis seperti pada Gambar 12.
38
Gambar 12. Perkiraan Reaksi pada Proses Bioreduksi AgNO
3
oleh Kulit Buah Manggis
Ag-Ag → Inti Ag → AgNP → Koloid
Berdasarkan skema tersebut, pembentukan nanopartikel perak diawali dengan pembentukan Ag yang masih beraglomerasi, kemudian diikuti
dengan pembentukan inti Ag yang terbentuk dengan proses hidrolisis, dan terbentuk nanopartikel yang akan tumbuh menjadi koloid yang ditandai
dengan pemekatan warna larutan.
C. Deposit Nanopartikel Perak pada Sampel Kain Katun
Kain katun yang terdeposit nanopartikel perak berwarna kecoklatan, berbeda dengan kain katun tanpa perlakuan yang berwarna putih. Warna
kecoklatan tersebut berasal dari warna koloid nanopartikel perak yang juga berwarna coklat pekat. Hal ini menunjukkan bahwa nanopartikel perak telah
terdeposit pada kain katun, seperti pada Gambar 13. Secara fisik, perbedaan
H
2
O