Escherichia coli Staphylococcus aureus

23 gelombang maksimum menunjukkan bahwa nanopartikel perak telah terbentuk. Pada penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sintesis nanopartikel perak dapat menghasilkan koloid dengan warna yang berbed-beda. Koloid yang dihasilkan dapat berwarna kuning, orange, violet, atau biru sesuai dengan ukuran partikel perak yang terbentuk. Perbedaan ini juga mengakibatkan panjang gelombang yang terbentuk berbeda-beda pula.

b. Sudut Kontak

Untuk menguji hidrofobisitas bahan dilakukan pengukuran sudut kontak. Sudut kontak adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan suatu bahan dengan destilasi yang diteteskan ke permukaan bahan uji. Semakin besar sudut kontak, maka permukaan bahan tersebut semakin hidrofob Darmawan, Darsono Nuraeni, 2011. Metode yang digunakan untuk mengukur besar sudut kontak adalah sessile drop. Sudut kontak ini dapat langsung ditentukan menggunakan alat goniometer. Pengukuran sampel dilakukan dengan meneteskan air ke permukaan kain katun dan dilakukan secara berulang. Sifat hidrofob terlihat apabila air tidak meresap pada kain. Hal ini dapat terjadi apabila tegangan permukaan kain lebih kecil dari 24 tegangan permukaan air sebesar 72 dynecm Wahyudi Rusmayani, 2008. Penelitian yang dilakukan Darmawan 2011 menggunakan metode manual dengan meneteskan air pada permukaan bahan uji kemudian memotret tetesan tersebut. Pengukuran sudut dilakukan dengan menghitung rata-rata sudut kontak kanan dan sudut kontak kiri.

c. Uji Antibakteri

Uji aktivitas antibakteri dilakukan berdasarkan standar AATCC 147-1998 dan AATCC 100-1999. Jenis bakteri yang digunakan adalah Escherichia coli ATCC 35218 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923. Pengujian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengujian secara kualitatif dilakukan dengan membuat serangkaian pengenceran senyawa uji. Kontrol dilakukan terhadap media pereaksi senyawa uji. Uji daya hambat dilakukan dengan membasahi cakram kertas steril dengan larutan nanopartikel perak hasil pengeceran, kemudian diletakkan pada cawan petri yang berisi bakteri uji Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang ditumbuhkan pada media NA. Daya hambat diketahui dengan mengukur lebar zona bening di sekitar kertas cakram dalam milimeter, sedangkan penentuan aktivitas antimikroba secara kuantitatif dilakukan dengan 25 menghitung persentase reduksi biakan bakteri. Wahyudi, Sugiyana Helmy, 2011.

B. Kerangka Berpikir

Perkembangan di bidang tekstil saat ini cukup pesat. Kain katun adalah salah satu produk bidang tekstil yang dikembangkan agar kualitasnya lebih baik. Kain katun memiliki sifat kuat dalam keadaan basah bertambah 25, dapat menyerap air higroskopis, tahan panas setrika tinggi, dan tahan obat- obat kelantang. Di samping itu, katun tidak tahan terhadap asam mineral dan asam organik, katun kurang kenyal yang menyebabkan mudah kusut, dan katun dapat susut saat dicuci, kain katun harus disimpan dalam keadaan kering atau di tempat yang tidak lembab. Peningkatan kualitas kain katun di antaranya adalah modifikasi kain dengan sifat antibakteri dan antikotor dengan penambahan senyawa HDTMS terhadap kain yang terdeposit nanopartikel perak. Nanopartikel perak merupakan salah satu produk nanoteknologi. Ukuran nano yang sangat kecil menyebabkan luas permukaannya besar sehingga dapat bersifat toksik. Toksisitas tersebut dimanfaatkan untuk sifat antibakteri. Perak merupakan logam yang banyak digunakan karena bersifat toksik terhadap mikroa, namun tidak bersifat toksik terhadap manusia. Adapun penambahan senyawa berbasis silan HDTMS dapat membuat kain bersifat hidrofob.