Uji Sudut Kontak HASIL DAN PEMBAHASAN

44 Gambar 16. Ikatan Serat Katun dengan Senyawa HDTMS Menurut Shateri-khalilabad, Yazdanshenas Etemadifar 2013, HDTMS menempel pada serat katun dalam bentuk hidroksil hasil hidrolisis. HDTMS dihidrolisis dan molekul dikondensasikan untuk membentuk oligomer. Oligomer diaktifkan dan silanol terbentuk. Selanjutnya, ikatan silanol dibuat satu sama lain dan dengan hidroksil pada serat katun melalui reaksi kondensasi . Sudut kontak terbesar kedua dimiliki oleh sampel K 3 yaitu kain katun terdeposit nanopartikel perak dan terlapisi HDTMS sebesar 126,15°. Urutan ketiga adalah sampel K 4 yaitu kain katun terlapisi HDTMS dan terdeposit nanopartikel perak sebesar 125,1°. Perbedaan sampel K 3 dan K 4 adalah urutan perlakuan pada masing-masing sampel. Pelapisan HDTMS pada 45 sampel K 3 dilakukan setelah nanopartikel perak, sedangkan pada sampel K 4 pelapisan HDTMS dilakukan sebelum nanopartikel perak. Berdasarkan data yang diperoleh, nanopartikel perak berpengaruh terhadap besarnya hasil sudut kontak, yaitu nanopartikel perak dapat menurunkan sudut kontak. Terbukti bahwa sudut kontak sampel K 3 lebih besar daripada sampel K 4 . Sudut kontak sampel K yang merupakan kain katun murni sebesar 120,45°. Angka ini lebih besar dari sudut kontak sampel K 1 yang merupakan kain katun terdeposit nanopartikel perak yaitu sebesar 119,64°. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penambahan nanopartikel perak menurunkan sifat hidrofob dari kain. Khalil-Abad Yazdanshenas 2013 menyatakan bahwa penambahan nanopartikel perak tidak mengubah hidrofobisitas kain katun.

F. Uji Aktivitas Antibakteri Kain Katun terhadap Bakteri

Escherichia coli ATCC 35218 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 Gambar 17 merupakan hasil pengujian aktivitas antibakteri pada kelima jenis kain. Gambar menunjukkan lebar zona bening kedua bakteri. Gambar 17a merupakan zona bening sampel kain pada bakteri Eschericia coli ATCC 35218 dan Gambar 17b merupakan zona bening sampel kain pada bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923. 46 Gambar 17. Zona Bening a Sampel Kain pada Bakteri E.coli, b Sampel Kain terhadap Bakteri S. aureus Keterangan: K : Katun K 1 : Katun+Nanopartikel perak K 2 : Katun+HDTMS K 3 : Katun+Nanopartikel perak+HDTMS K 4 : Katun+HDTMS+Nanopartikel perak

1. Uji Aktivitas Antibakteri Kain Katun terhadap Bakteri

Escherichia coli ATCC 35218 Tahap awal uji antibakteri dilakukan dengan penanaman bakteri pada cawan petri dan diinkubasi selama 24 jam dengan tujuan agar bakteri tumbuh terlebih dahulu. Pengukuran diameter zona bening dilakukan pada jam ke-24 dan selanjutnya diukur setiap 3 jam selama 72 jam. Pengukuran setiap 3 jam sekali bertujuan agar dapat diamati pada jam ke berapa zona bening mulai terlihat, mengalami kenaikan atau penurunan atau konstan. Dengan demikian akan diketahui waktu optimum penghambatan. a b K K EC SA K 1 K 2 K 3 K 4 K 1 K 2 K 3 K 4 47 Tabel 4 menunjukkan zona bening kain katun terhadap bakteri Escherichia coli ATCC 35218. Dilihat bahwa pada waktu 24 jam, zona bening sudah mulai terlihat pada semua sampel. Tabel 4. Aktivitas Antibakteri Kain Katun terhadap Bakteri Escherichia coli ATCC 35218 Waktu jam Diameter Zona Bening cm K K 1 K 2 K 3 K 4 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 24 0,685 0,837 0,887 0,862 0,757 27 0,735 0,797 0,953 0,917 0,771 30 0,737 0,793 0,879 0,833 0,781 33 0,730 0,809 0,851 0,737 0,721 39 0,725 0,839 0,824 0,703 0,723 42 0,690 0,736 0,805 0,681 0,726 48 0,687 0,717 0,724 0,685 0,687 54 0,662 0,735 0,722 0,633 0,711 57 0,687 0,735 0,682 0,637 0,679 63 0,679 0,734 0,666 0,659 0,682 66 0,656 0,718 0,707 0,655 0,685 69 0,631 0,695 0,685 0,641 0,679 72 0,653 0,689 0,661 0,639 0,644 Sampel K 2 menunjukkan aktivitas antibakteri tertinggi, sedangkan aktivitas antibakteri terendah ada pada K . Sampel K 2 terdiri dari kain katun yang dilapisi HDTMS. Menurut Shateri-khalilabad, Yazdanshenas Etemadifar 2013 HDTMS tidak mempengaruhi penurunan aktivitas antibakteri pada kain yang terdeposit nanopartikel perak. Namun, belum diketahui bagaimana proses penghambatan aktivitas bakteri oleh sampel kain yang dilapisi senyawa HDTMS. Secara keseluruhan, diameter zona hambat pada semua sampel 48 fluktuatif dan mengalami penurunan setelah jam ke 30. Hal ini disebabkan nanopartikel perak yang terdapat pada sampel K 1 dapat memberikan sifat antibakteri pada katun. Gambar 18. Grafik Diameter Zona Hambat Bakteri Escherichia coli ATCC 35218 Berdasarkan data yang diperoleh, dilakukan uji anova dua faktor terhadap waktu inkubasi dan variasi sampel seperti ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan hasil uji anova dua faktor antara waktu inkubasi dengan signifikansi 0,000 P0,05. Dengan demikian terdapat perbedaan signifikan dalam hal aktivitas antibakteri Escherichia coli ATCC 35218 untuk waktu inkubasi yang berbeda. Uji antara jenis sampel yang digunakan menunjukkan signifikansi 0,000 P0,05, sehingga terdapat perbedaan signifikan dalam hal aktivitas antibakteri Escherichia coli ATCC 35218 untuk jenis sampel yang berbeda. 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 0,55 0,6 0,65 0,7 0,75 0,8 0,85 0,9 0,95 1 0 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30 33 36 39 42 45 48 51 54 57 60 63 66 69 72 75 di ame ter zo n a b e n in g cm waktu jam K0 K1 K2 K3 K4