Pemecahan Masalah KAJIAN PUSTAKA

21 sejarah bukan hanya dalam kelas tetapi di luar kelas juga harus menunjukkan diri sebagai seorang yang menghargai sejarah Widja, 1989:16-17. Adanya kompetensi guru, cara mengajar serta kemampuan guru dalam bidang sejarah, serta adanya kerjasama antara guru dan siswa maka diharapkan proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan baik. Memilih metode dan strategi mengajar juga harus diperhatikan, sehingga tidak perlu terjadi kegagalan akibat alokasi waktu yang salah sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berjalan dengan lancar, efektif, efisien serta tujuan dari pembelajaran sejarah dapat tercapi secara maksimal. Selain peran seorang guru, siswa harus juga berperan aktif dalam proses pembelajaran, dengan adanya peran aktif dan sikap kritis siswa dalam menanggapi materi yang disampaikan maka proses pembelajaran akan menjadi lebih hidup dan mudah dipahami oleh siswa, sebab dengan sikap kritis siswa akan terjadi dialog antara guru dan siswa sehingga terciptalah proses pembelajaran yang aktif.

C. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah problem solving adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Metode pembelajaran ini dikenal sejak jaman John Dewey, yang sekarang ini mulai 22 diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Adapun dasar dari penerapan pemecahan masalah ini bisa dilihat dari beberapa aspek atau segi, yaitu : 1. Aspek Psikologi Belajar berdasarkan pemecahan masalah ini bersandarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh, artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik melalui penghayatan secara internal akan problem yang dihadapi. 2. Aspek Filosofis Fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup dimasyarakat. Pada kenyataannya setiap manusia akan selalu dihadapkan kepada masalah, dari mulai masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang kompleks, dari mulai masalah pribadi sampai kepada masalah keluarga, masalah sosial 23 kemasyarakatan, masalah negara sampai kepada masalah dunia. Belajar berdasarkan pemecahan masalah inilah diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. 3. Perbaikan Mutu Pendidikan Belajar berdasarkan pemecahan masalah dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Kita menyadari selama ini kemampuan siswa untuk memecahkan masalah kurang, sehingga dengan metode belajar berdasarkan pemecahan masalah ini dapat melatih dan mengajari siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya Sanjaya, 2006:214. Terdapat tiga ciri utama dalam pembelajaran ini. Pertama, belajar berdasarkan pemecahan masalah merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa yang tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui metode ini siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk memecahkan masalah yang menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah. Berfikir dengan 24 menggunakan metode ilmiah adalah proses berfikir deduktif induktif. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sifat permasalahan dalam metode belajar berdasarkan pemecahan masalah ini adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut adalah belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan siswa untuk berfikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Adapun strategi dengan pemecahan masalah dapat diterapkan : 1. Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekadar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh. 2. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan ketrampilan berfikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara obyektif. 3. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa. 25 4. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya. 5. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antar apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya hubungan antara teori dengan kenyataan. Banyak ahli yang menjelaskan tentang bentuk penerapan belajar berdasarkan pemecahan masalah. Secara umum penerapan pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Adapun kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah dibawah ini Ibrahim, 2003; Trianto, 2007:71-72: 1. Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. 2. Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 26 3. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan Peran guru dalam pembelajaran ini berbeda dengan kelas tradisional. Peran guru didalam kelas ini antara lain : 1. Mengajukan masalah atau mengorientasikan siswa kepada masalah 2. Memfasilitasimembimbing penyelidikan misalnya melakukan pengamatan atau melakukan eksperimenpercobaan 3. Memfasilitasi dialog siswa 4. Mendukung belajar siswa Ibrahim, 2003; Trianto, 2007:72.

D. Kreatifitas