Pengujian Normalitas Pengujian Heteroskedastisitas

daerah dengan nilai rata-rata sebesar 4,0166 menunjukkan bahwa pengelolaan keuangan daerah cukup baik.

5.4. Pengujian Asumsi Klasik

Dalam analisis ini perlu dilihat terlebih dahulu apakah data tersebut bisa dilakukan pengujian model regresi. Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk menentukan model regresi dapat diterima secara ekonometrik. Pengujian asumsi klasik ini terdiri pengujian normalitas, multikolinearitas, dan pengujian heteroskedastisitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-section. Oleh karena itu, pengujian autokorelasi tidak perlu dilakukan.

5.4.1. Pengujian Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov dan dengan melihat uji grafik, maka dapat disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini dapat diketahui dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,042 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,228 lihat lampiran 8. Jika signifikansi nilai Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa data mempunyai distribusi normal. Hal ini juga didukung dengan grafik dimana data mengikuti garis diagonal. Grafik uji normalitas dapat dilihat pada pada gambar berikut ini. Universitas Sumatera Utara Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Ex pec te d Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Kinerja Gambar 5.1. Pengujian Normalitas Data 5.4.2. Pengujian Multikolinearitas Berdasarkan hasil uji korelasi diantara variabel independen, dapat dilihat bahwa korelasi diantara variabel tersebut relatif tidak tinggi. Tidak ada korelasi yang melebihi 0,6, hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas diantara variabel independen. Pengujian ini didukung dengan nilai VIF yang relatif kecil, yaitu tidak ada yang lebih besar dari 5 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.8. Uji Multikolinieritas Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 Constant Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ,953 1,050 Pengelolaan Keuangan Daerah ,953 1,050 Sumber: Lampiran 8 Hasil pengujian korelasi dapat dilihat pada lampiran 8, sedangkan untuk melihat nilai VIF dapat dilihat pada lampiran 9.

5.4.3. Pengujian Heteroskedastisitas

Pengujian asumsi heteroskedastisitas menyimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Dengan kata lain terjadi kesamaan varian dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Kesimpulan ini diperoleh dengan melihat penyebaran titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 5.2 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Regression Standardized Predicted Value 3 2 1 -1 -2 -3 Regression Studen tized R esidual 2 1 -1 -2 Scatterplot Dependent Variable: Kinerja Gambar 5.2. Uji Heteroskedastisitas 5.5. Pengujian Hipotesis Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dan diperoleh kesimpulan bahwa model telah dapat digunakan untuk dilakukan pengujian analisa regresi berganda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang akan diuji adalah pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Universitas Sumatera Utara Ringkasan hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut ini. Tabel 5.9. Ringkasan Pengujian Hipotesis Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model B Std. Error Beta t Sig. Constant 2,939 1,385 2,122 ,038 SAKD ,689 ,290 ,285 2,377 ,020 1 PKD ,182 ,302 ,072 ,603 ,549 a. Dependent Variabel: KM R = 0,309 Adjusted R 2 = 0,068 F = 3,484 Sig. F = 0,036 Sumber: Lampiran 9 Nilai R pada intinya untuk mengukur seberapa besar hubungan antara independen variabel dengan dependen variabel. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai R sebesar 0,309, hal ini menunjukkan bahwa variabel pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah mempunyai hubungan yang cukup kuat dengan kinerja manajerial. Sedangkan nilai R square R 2 atau nilai koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai R 2 adalah diantara nol dan satu. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel dependen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum R 2 untuk data silang crossection relatif Universitas Sumatera Utara rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu time series biasanya mempunyai koefisien determinasi yang tinggi. Jika independen variabel lebih dari satu, maka sebaiknya untuk melihat kemampuan variabel memprediksi variabel dependen, dalam penelitian ini nilai yang digunakan adalah nilai adjusted R 2 . Nilai adjusted R 2 sebesar 0,068 mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 6,8. Dengan kata lain 6,8 perubahan dalam kinerja manajerial mampu dijelaskan variabel pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah sisanya sebesar 93,2 dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini. Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung dengan tingkat signifikan 0,036. Karena probabilitas 0,036 lebih kecil dari 0,05, maka hasil dari model regresi menunjukkan bahwa ada pengaruh pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD. Dari uraian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja SKPD. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan maka model penelitian adalah sebagai berikut: Kinerja = 2,939 + 0,689 SAKD + 0.182 PKD + e Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah menunjukkan angka positif. Berarti bahwa hubungan antara variabel pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah dengan kinerja adalah positif yaitu semakin tinggi variabel pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah maka semakin tinggi kinerja mereka. Universitas Sumatera Utara Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel independen secara parsial terhadap kinerja SKPD, maka dapat dilihat dari nilai signifikansi t-hitung tersebut. Jika t-hitung t-tabel maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen dan nilai signifikansi dari t-hitung tersebut lebih kecil dari 0.05, maka dapat dinyatakan bahwa variabel tersebut berpengaruh terhadap kinerja manajerial. Berdasarkan hasil pengujian data, maka dapat dinyatakan bahwa variabel pemahaman sistem akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial SKPD. Hal ini dapat dilihat bahwa t-hitung t- tabel 2,377 1,995 dengan tingkat signifikan sebesar 0,020. Sedangkan variabel pengelolaan keuangan tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja SKPD. Hal ini juga dilihat bahwa t-hitung t-tabel 0,603 1,995 dengan tingkat signifikan sebesar 0,549.

5.6. Hasil Analisis Data

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pada Seluruh Skpd Di Provinsi Sumatera Utara)

20 180 71

Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Penatausahaan Keuangan Daerah dan Pengelolaan Barang Milik Daerah Terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau

13 150 102

ANALISIS PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA SKPD PEMERINTAH KOTA MEDAN.

0 3 26

PENGARUH PENGAWASAN, PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN PENGELOLAAN Pengaruh Pengawasan, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

0 2 15

PENDAHULUAN Pengaruh Pengawasan, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

0 1 11

PENGARUH PENGAWASAN, PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP KINERJA Pengaruh Pengawasan, Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah, Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.

0 5 16

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH DAN PENGELOLAAN ASET TETAP DAERAH TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA.

5 19 73

PENGARUH PEMAHAMAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH, PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH, DAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP KINERJA SKPD PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN ACEH TENGGARA

0 0 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah - Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pada Seluruh Skpd Di Provinsi Sumatera Utara)

0 1 10

KATA PENGANTAR - Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah(Studi Kasus Pada Seluruh Skpd Di Provinsi Sumatera Utara)

0 0 13