Sumatera Utara disebabkan karena belum terlaksananya dan pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah
Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan
keuangan daerah dengan judul “Pengaruh Pemahaman Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja SKPD pada Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: “Apakah pemahaman sistem akuntansi daerah
dan pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD baik secara parsial maupun simultan?”
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman mengenai sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah
terhadap kinerja SKPD.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan manfaat yang berarti yaitu :
a. bagi ilmu pengetahuan diharapkan dapat memberikan referensi dalam bidang ilmu keuangan khususnya pengelolaan keuangan daerah;
b. bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dalam bidang keuangan daerah; c. bagi pemerintah daerah dalam hal ini Biro Keuangan Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran di dalam implementasi pengelolaan keuangan daerah dan sistem akuntansi keuangan
daerah.
1.5. Originalitas
Berbagai penelitian mengenai aspek yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan daerah telah sering dilakukan oleh para peneliti sebelumnya antara lain
Tuasikal 2007 melakukan penelitian tentang pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja pemerintah daerah di Kabupaten
Maluku Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari peneliti sebelumnya oleh
Askam Tuasikal dimana perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada daerah penelitian yaitu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan periode
waktu penelitian yaitu tahun 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, khususnya dalam kaitannya dengan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah,
pemahaman yang memadai tentang sistem akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu aspek penting, penyajian laporan keuangan
daerah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang telah
dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007.
2.1.1. Kinerja Satuan Kerja Pemerintah Daerah
Kinerja merupakan suatu prestasi atau tingkat keberhasilan yang dicapai oleh individu atau suatu organisasi pada suatu periode tertentu. Menurut Stoner 1996 :
477 kinerja performance merupakan kuantitas dan kualitas pekerjaan yang diselesaikan oleh individu, kelompok atau organisasi. Pada sektor pemerintahan,
kinerja dapat diartikan sebagai suatu prestasi yang dicapai oleh pegawai pemerintah atau instansi pemerintah dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dalam
suatu periode. Kinerja manajerial merupakan kinerja para individu dalam kegiatan-kegiatan
manajerial, seperti perencanaan, investigasi, koordinasi, evaluasi, pengawasan, pengaturan staf, negosiasi dan perwakilan Mahoney, 1963.
Prawirosentono 1999:2 mengartikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan
moral dan etika. Pengukuran kinerja memiliki peranan yang signifikan pengendalian internal
atau manajerial, guna menjamin bahwa organisasi dapat dikelola sesuai dengan keinginan semua stakeholders. Laurensius dan Halim 2005 : 774 menegaskan
pengukuran kinerja instansi pemerintah dimaksud untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, pengelolaan organisasi dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
Kimisean dkk 2004 : 490 bahwa kinerja pelayanan suatu organisasi merupakan hal penting untuk dicermati supaya dapat mengukur suatu keberhasilan organisasi dalam
rangka mencapai tujuannya. Tujuan pengukuran kinerja pemerintah daerah adalah untuk memotivasi pemerintah daerah meningkatkan kinerjanya khususnya dalam
merealisasikan good governance serta memberikan pelayanan publik. Dalam konteks organisasi pemerintah daerah, pengukuran kinerja SKPD
dilakukan untuk menilai seberapa baik SKPD tersebut melakukan tugas pokok dan fungsi yang dilimpahkan kepadanya selama periode tertentu. Pengukuran kinerja
SKPD merupakan wujud dari vertical accountability yaitu pengevaluasian kinerja bawahan oleh atasannya dan sebagai bahan horizontal accountability pemerintah
daerah yaitu kepada masyarakat atas amanah yang diberikan kepadanya.
2.1.2. Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Universitas Sumatera Utara
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah adalah sistem terpadu yang menggabungkan prosedur manual dengan proses elektronis dalam pengambilan data,
pembukuan dan pelaporan semua transaksi keuangan, aset, utang dan ekuitas seluruh entitas Pemerintah Daerah.
Herbert et.al 1984:3 menegaskan pada organisasi pemerintah terdapat dua orientasi atau kepentingan yang diperankan dalam menjalankan roda pemerintahan,
yaitu orientasi laba dan bukan laba. Orientasi laba pada pemerintah adalah Badan Usaha Milik Daerah BUMD. Oleh karena itu, pengelola administrasi pemerintahan
perlu memahami akuntansi. Mereka juga harus memahami pelaporan akuntansi, dan juga memahami bagaimana informasi akuntansi digunakan untuk perencanaan,
pembuatan keputusan dan pengendalian. Hal senada ditegaskan oleh Collier 1997 : 7 bahwa akuntansi memiliki implikasi terhadap hubungan antara pemegang
kekuasaan dan lingkungan organisasi, serta sistem akuntansi manajemen merupakan suatu kekuatan yang mempengaruhi strategi. Ini menandakan bahwa untuk
memediasi hubungan antara pemerintah daerah dengan stakeholder diperlukan suatu media untuk mengkomunikasikan program pemerintah. Salah satu media yang
dipandang relevan dalam mengkomunikasikan dan dijadikan sebagai alat untuk mengawasi program-program pemerintah yang tercermin dalam APBD adalah sistem
akuntansi daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dinyatakan bahwa pelaporan keuangan
keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat
Universitas Sumatera Utara
bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan, baik keputusan ekonomi, sosial maupun politik.
Lin 1998 : 113 menegaskan pengukuran kondisi keuangan daerah dalam bentuk pengeluaran daerah dapat menggunakan akuntansi
pemerintah daerah. Pengeluaran daerah merupakan akumulasi dari alokasi sumber daya daerah, maka diperlukan sistem untuk
mengevaluasi proses alokasi tersebut. Bila dikaitkan dengan organisasi sektor publik, khususnya pemerintah daerah pemahaman yang memadai
tentang sistem akuntansi keuangan daerah dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah termasuk satuan kerja.
2.1.3. Pengelolaan keuangan daerah
Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu sendiri dengan prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan daerah menurut Permendagri Nomor 13, 2006; 16-17 adalah sebagai berikut.
a. Tertib
Keuangan Daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
b. Taat pada peraturan perundang-undangan
Pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada peraturan perundang- undangan.
c. Efektif
Pencapaian hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil.
d. Efisien
Pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
e. Ekonomis
Universitas Sumatera Utara
Pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah.
f. Transparan Prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan daerah. g. Bertanggung
jawab Perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan
dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
h. Keadilan Keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya danatau keseimbangan
distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.
i. Kepatutan Tindakan atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proposional.
j. Manfaat untuk
masyarakat Keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan
tujuan otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab.Uraian ini menunjukkan bahwa keuangan daerah harus dikelola dengan baik agar semua hak dan
Universitas Sumatera Utara
kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun
2005 pasal 4 ayat 1 menyatakan Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
Edward 1992 :13 menyatakan manajemen keuangan daerah dapat dilakukan dengan baik jika pemerintah daerah dapat mendefinisikan secara jelas tujuan dari
manajemen keuangan. Hal ini menandakan bahwa bila pemerintah daerah secara jelas dapat mendefinisikan atau merumuskan tujuan pengelolaan keuangan daerah, maka
kebijakan tentang alokasi sumber daya daerah untuk kepentingan publik dapat tercapai. APBD memiliki potensi penyimpangan atau penyalahgunaan yang cukup
tinggi, karena berkaitan dengan pengelolaan asset daerah dalam bentuk keuangan daerah. Dikatakan memiliki potensi penyimpangan tinggi, karena struktur dan bentuk
APBD saat ini jauh berbeda dengan struktur dan bentuk APBD sebelum implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 yang telah diperbaharui dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 dan juga telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007. Di samping itu, anggota dewan memiliki kewenangan yang cukup luas dalam
penyusunan dan penetapan APBD, sebagaimana dinyatakan dalam peraturan tersebut, yaitu penyusunan maupun revisi APBD harus mendapat persetujuan dari DPRD.
Universitas Sumatera Utara
Konsekuensi dari aturan ini menunjukkan adanya kehati-hatian pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah dan menghendaki adanya bentuk
pertanggungjawaban dalam penggunaan setiap rupiah selama satu periode tahun anggaran.
Anthony Govindrajan 2003 : 17 menegaskan bahwa anggaran perlu disiapkan secara detail dan melibatkan manajer pada setiap level organisasi.
Keterlibatan manajer dalam penyusunan anggaran khususnya dalam anggaran sektor publik diharapkan berpengaruh positif terhadap kinerja pelayanan yang diberikan.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa keterlibatan setiap personel yang kompeten pada setiap level organisasi dapat mendorong peningkatan kinerja organisasi. Dalam
konteks pengelolaan keuangan daerah, implementasi program pemerintah daerah yang mengkonsumsi sejumlah sumber daya tertentu dapat dievaluasi melalui kinerja
yang dihasilkan oleh setiap satuan kerja.
2.2. Review Peneliti Terdahulu Theoretical Mapping
Penelitian yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah dilakukan antara lain penelitian yang dilakukan Mahmudi dan Mardiasmo 2004 melakukan
penelitian tentang pengukuran kinerja pemerintah daerah di Yogyakarta. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam
menentukan indikator outcome, benefit dan impact. Pengukuran kinerja yang dilakukan masih berorientasi pada output bukan outcome.
Universitas Sumatera Utara
Ririn dan Mardiasmo 2004 melakukan penelitian tentang kinerja agensi pemerintah daerah di Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa
komitmen organisasional, struktur desentralisasi dan partisipasi penyusunan anggaran berpengaruh terhadap kinerja manajer instansi pemerintah.
Tuasikal 2006 melakukan penelitian tentang pengaruh pengawasan, pemahaman sistem akuntansi terhadap pengelolaan keuangan daerah serta
implementasinya terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah studi pada Provinsi dan KabupatenKota di Maluku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pengawasan internal, eksternal dan pemahaman sistem akuntansi berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan daerah. Pengawasan internal,eksternal dan
pemahaman sistem akuntansi tidak berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah. Pengawasan internal, eksternal dan pemahaman sistem akuntansi,
pengelolaan keuangan daerah berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja pemerintah daerah.
Tuasikal 2007 melakukan penelitian tentang pengaruh pemahaman sistem akuntansi, pengelolaan keuangan daerah terhadap kinerja satuan kerja di Kabupaten
Maluku Tengah Provinsi Maluku. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial menunjukkan bahwa pemahaman sistem akuntansi dan pengelolaan keuangan
daerah berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Secara simultan menunjukkan bahwa pemahaman sistem akuntansi keuangan daerah dan pengelolaan keuangan daerah
berpengaruh terhadap kinerja satuan kerja.
Universitas Sumatera Utara
Haykal 2007 melakukan penelitian tentang analisis peran dan fungsi SKPD dalam pengelolaan keuangan daerah serta pengaruhnya terhadap kinerja SKPD Studi
kasus pada Pemkab Aceh Timur. Hasil penelitian tersebut bahwa perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran dan pelaporan anggaran
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja SKPD.
Tinjauan peneliti terdahulu berupa tahun penelitian, nama penelitian, variable penelitian dan hasil penelitian dapat dilihat pada table 2.1 berikut :
Tabel 2.1. Review Peneliti Terdahulu No Nama
Judul Variabel
Hasil
1. Mahmudi dan
Mardiasmo, 2004.
Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah
terhadap Era Otonomi pada Pemerintah
Kabupaten Sleman. 1.
Pengukuran Kinerja Pemerintah Daerah
sebagai Variabel independen
2. Era Otonomi sebagai
Variabel dependen Pemerintah Daerah
mengalami kesulitan dalam menentukan
indikator outcome, benefit dan impact .
2. Ririn Dwianasari
Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Struktur
1. Pengaruh Partisipasi
Anggaran dan Struktur Komitmen Organisasi,
Partisipasi Anggaran
Universitas Sumatera Utara
dan Mardiasmo,
2004. Desentralisasi
terhadap Kinerja Manajer Instansi
Pemerintah Provinsi Yogyakarta :
Komitmen Organisasi sebagai Variabel
Intervening. Desentralisasi sebagai
variabel independen. 2.
Kinerja Manajer Instansi sebagai variabel
dependen. 3.
Komitmen Organisasi sebagai Variabel
Intervening. dan Struktur
Desentralisasi berpengaruh terhadap
Kinerja Manajer Instansi
3. Askam Tuasikal,
2006 Pengaruh
Pengawasan, Pemahaman Sistem
Akuntansi terhadap
Pengelolaan Keuangan Daerah serta
Implementasinya terhadap Kinerja
Satuan Kerja Pemerintah Daerah
1. Pengawasan
Internal,Ekternal dan pemahaman sistem
akuntansi sebagai variabel independen.
2. Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagai variabel dependen.
3. Kinerja Satuan kerja
Pemerintah Daerah sebagai variabel
intervening. 1.
Pengawasan internal,eksternal dan
pemahaman sistem akuntansi berpengaruh
terhadap pengelolaan keuangan daerah
2. Pengawasan
internal,eksternal dan pemahaman sistem
akuntansi tidak berpengaruh terhadap
kinerja satuan kerja pemerintah
daerah.Pengawasan internal,eksternal dan
pemahaman sistem akuntansi,
pengelolaan keuangan daerah berpengaruh
terhadap kinerja satuan kerja
pemerintah daerah.
4. Askam Tuasikal,
2007. Pengaruh Pemahaman
Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan
Daerah terhadap Kinerja Satuan Kerja
Pemerintah Daerah di Kabupaten Maluku
Tengah Provinsi Maluku.
1. Pengaruh Pemahaman
Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan
Daerah sebagai variabel independen.
2. Kinerja Satuan Kerja
Pemerintah Daerah sebagai variabel
dependen. Pengaruh Pemahaman
Sistem Akuntansi, Pengelolaan Keuangan
Daerah berpengaruh terhadap Kinerja
Satuan Kerja Pemerintah Daerah
secara parsial dan simultan.
5. Haykal, 2007
Analisis peran
dan fungsi SKPD dalam
pengelolaan keuangan daerah serta
pengaruhnya terhadap kinerja SKPD Studi
kasus pada Pemkab Aceh Timur
1. Perencanaan anggaran,
penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran
dan pelaporan anggaran sebagai
variabel independen.
2. Kinerja SKPD sebagai
dependen Variabel Perencanaan anggaran,
penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran
dan pelaporan anggaran berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja SKPD.
Lanjutan Tabel 2.1
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep