Semuanya itu menandakan bahwa sektor industri kertas layak untuk terus dikembangkan dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah.
5.4. Elastisitas Input-Output
Elastisitas input-output menyediakan pandangan baru untuk penentuan
sektor prioritas. Menurut Mattas dan Shresta 1991 dalam Imansyah 2000 pendekatan ini lebih baik daripada analisis keterkaitan dan analisis multiplier
karena memperhitungkan share suatu sektor dalam output. Pendekatan ini mempermudah policy makers untuk berkonsentrasi tidak hanya pada nilai-nilai
keterkaitan dan multiplier tertinggi tetapi juga pada share suatu sektor ekonomi. Pendekatan elastisitas input-output dibagi kedalam tiga kategori yaitu elastisitas
output, pendapatan dan tenaga kerja.
5.4.1. Elastisitas Output
Elastisitas Output adalah perubahan persentase dalam total output suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya.
Pada perekonomian Indonesia, elastisitas output tertinggi ditempati oleh sektor perdagangan dengan nilai elastisitas sebesar 1,2610 Tabel 5.12. Nilai ini berarti
setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan meningkatkan output sektor perdagangan sebesar 1,2610 persen. Urutan kedua ditempati oleh
sektor industri makanan dan minuman dengan nilai elastisitas output sebesar 1,1253. Hal ini bermakna bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain
sebesar 1 persen maka akan meningkatkan total output sektor industri makanan dan minuman sebesar 1,1253 persen. Nilai elastisitas output yang tinggi dari
kedua sektor tersebut mencerminkan bahwa outputnya mempunyai respon yang besar terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya atau lebih sensitif
terhadap perubahan yang terjadi pada sektor lainnya dalam hal permintaan akhir. Untuk industri kertas, sektor ini memiliki elastisitas output sebesar
1,0023, yang berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan meningkatkan total output industri kertas sebesar 1,0023 persen.
Dengan nilai elastisitas output yang lebih besar dari satu, industri kertas dapat disebut cukup responsif terhadap perubahan permintaan akhir pada sektor lain.
5.4.2. Elastisitas Pendapatan
Elastisitas pendapatan adalah perubahan persentase dalam pendapatan suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor
lainnya. Pada tabel 5.12 dapat dilihat bahwa elastisitas pendapatan tertinggi ditempati oleh sektor perdagangan dengan nilai elastisitas sebesar 1,1650. Nilai
ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan meningkatkan pendapatan sektor perdagangan sebesar 1,1650 persen. Urutan
kedua ditempati oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai elastisitas pendapatan sebesar 1,0759. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan permintaan
akhir sektor lain sebesar 1 persen maka akan meningkatkan total output sektor industri pertambangan dan penggalian sebesar 1,0759 persen. Nilai elastisitas
output yang tinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam perekonomian pada sektor perdagangan dan sektor pertambangan dan penggalian
menunjukkan bahwa pendapatan pada kedua sektor tersebut mempunyai respon yang besar terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya.
Sementara pada industri kertas, sektor ini memiliki elastisitas pendapatan sebesar 0,5022, yang berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain
sebesar 1 persen akan meningkatkan pendapatan dalam industri kertas sebesar 0,5022 persen. Dengan nilai elastisitas pendapatan yang kurang dari satu, industri
kertas dapat disebut kurang responsif terhadap perubahan permintaan akhir pada sektor lain.
Tabel 5.12. Elastisitas Input-Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia Tahun 2000
Elastisitas Sektor
Output Pendapatan Tenaga
Kerja Pertanian
0,3921 15 0,6449 5
0,5495 9 Kayu
0,0955 18 0,3284 9
0,2619 14 Hasil hutan lainnya
0,4050 13 0,2772 12
0,3319 10 Pertambangan dan penggalian
1,1008 3 1,0759 2
0,9779 3 Industri makanan dan minuman
1,1253 2 1,0009 3
1,0441 2 Industri tekstil dan pakaian
0,5241 11 0,1790 17
0,2764 13 Industri kayu dan furniture
0,2591 16 0,1877 16
0,1790 16 Industri pulp
0,8697 8 0,6005 6
0,8877 4 Industri kertas
1,0023 5 0,5022 7 0,6093 8
Industri barang dari kertas 0,7100 9
0,0443 21 0,0485 21
Industri percetakan 0,6084 10
0,0247 22 0,0431 22
Industri kimia 0,9831 6
0,0901 20 0,7964 5
Industri semen dan barang non logam 0,4048 14
0,3072 11 0,0900 20
Industri logam dasar 0,0047 21
0,1659 18 0,3072 12
Industri barang jadi dari logam 0,0139 20
0,2240 14 0,1737 17
Industri lainnya 0,0548 19
0,3127 10 0,1631 18
Listrik, gas dan air 0,9020 7
0,2778 13 0,3103 11
Bangunan 0,1253 17
0,4772 8 0,1919 15
Perdagangan 1,2610 1
1,1650 1 1,0768 1
Pengangkutan dan komunikasi 1,0274 4
0,6903 4 0,7027 6
Keuangan dan persewaan 0,0040 22
0,0994 19 0,6438 7
Jasa-jasa 0,5179 12
0,2133 15 0,0980 19
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 diolah. Keterangan: merupakan peringkat
5.4.3. Elastisitas Tenaga Kerja
Elastisitas tenaga kerja adalah perubahan persentase tenaga kerja suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya.
Diantara sektor lainnya dalam perekonomian elastisitas tenaga kerja tertinggi ditempati oleh sektor perdagangan dengan nilai elastisitas sebesar 1,0768 Tabel
5.12. Nilai ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan meningkatkan tenaga kerja sektor perdagangan sebesar 1,0768
persen. Peringkat kedua ditempati oleh sektor industri makanan dan minuman dengan nilai elastisitas tenaga kerja sebesar 1,0441. Nilai ini bermakna bahwa
setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen maka akan meningkatkan tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman sebesar 1,0441
persen. Nilai elastisitas tenaga kerja yang tinggi dari kedua sektor tersebut mengindikasikan bahwa jumlah tenaga kerjanya mempunyai respon yang besar
terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya atau lebih sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada sektor lainnya dalam hal permintaan akhir.
Pada industri kertas, sektor ini memiliki elastisitas tenaga kerja sebesar 0,6093, yang berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1
persen akan meningkatkan total output industri kertas sebesar 0,6093 persen. Dengan nilai elastisitas yang kurang dari satu, tenaga kerja industri kertas dapat
disebut kurang responsif terhadap perubahan permintaan akhir pada sektor lain. Namun demikian nilai elastisitas tenaga kerjanya masih bernilai positif, hal ini
terjadi dikarenakan industri kertas selain merupakan industri padat modal juga merupakan industri yang cukup banyak menyerap tenaga kerja.
5.5. Sektor-Sektor Kunci dalam Perekonomian Indonesia