jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.
Berdasar pada dua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa industri kertas merupakan suatu kegiatan atau usaha mengolah barang dasar atau
bahan baku kertas agar memiliki nilai yang lebih baik untuk keperluan masyarakat di suatu tempat tertentu. Pada hakekatnya pembangunan industri ditujukan untuk
menciptakan struktur ekonomi yang kokoh dan seimbang, yakni struktur ekonomi dengan titik berat pada industri yang maju dan didukung oleh pertanian yang
tangguh. Oleh karenanya, pembangunan industri secara nyata harus menjadi penggerak utama peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan sekaligus dapat
menjadi penyedia lapangan kerja yang sudah mulai tidak tertampung pada sektor pertanian Muchtar, 1997.
Kendati perkembangan sektor industri kertas mengalami kemajuan yang pesat salah satunya terlihat dari perkembangan produksi, konsumsi, kapasitas
maupun ekspornya, akan tetapi banyak masalah dan tantangan yang dihadapi dalam perjalanannya untuk memiliki keunggulan daya saing yang tinggi,
khususnya pada era ekolabelling dan otonomi daerah pada saat ini. Menurut
Saragih dalam Sipayung dan Pambudy 2000, ada 3 fase
pembangunan industri pulp dan kertas agar memiliki keunggulan daya saing, sebagai berikut :
1. Sumber pertumbuhan agribisnis pulp dan kertas terutama bersumber dari
pemanfaatan sumber daya alam dan tenaga kerja tidak terampil fase factor- driven
. Karakteristik dari industri ini adalah sumber bahan baku kayu
mengandalkan kayu hutan forest based misalnya Hak Penguasaan Hutan HPH. Sehingga dampak penurunan mutu lingkungan akibat aktivitas industri
tersebut biasanya cukup besar. Selain itu keterkaitan kegiatan perusahaan masih dengan masyarakat juga masih sedikit. Dengan demikian, meskipun
biaya produksi relatif rendah, bila diboboti dengan atribut global value dan nationallocal value
, nilai produk kertas dapat dipersepsikan masyarakat perceive value sebagai barang inferior.
2. Fase kedua adalah agribisnis industri pulp dan kertas yang digerakkan oleh
modal capital-driven yakni modal dan tenaga kerja semi terampil capital and smi-skill labor
. Industri pulp dan kertas pada fase ini dicirikan dengan pengembangan perkebunan kayu timber plantation sebagai sumber bahan
baku, sehingga telah terjadi pemutusan hubungan dengan hutan alam. Artinya, penyediaan bahan baku kayu tidak lagi bersumber dari penebangan kayu hutan
alam, melainkan telah bergeser pada kayu hasil budidaya. Dengan demikian dampak penurunan mutu lingkungan akibat penebangan kayu hutan alam
dapat diminimumkan atau lebih rendah dari fase pertama. 3. Fase ketiga adalah industri pulp dan kertas yang digerakkan oleh inovasi
innovation-driven yakni penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tenaga kerja terampil knowledge based and skill labor based. Karakteristik
industri pulp dan kertas pada fase ini adalah pertumbuhan output terutama bersumber dari kemajuan teknologi baik pada penyediaan bahan baku maupun
dalam pengolahan. Efisiensi pengolahan makin meningkat melalui perbaikan teknologi yang terus menerus sehingga selain menurunkan biaya produksi juga
mengurangai polutan ke lingkungan. Oleh karena itu, kemampuan Riset and Development
RD menjadi tulang punggung dalam fase ini. Pada saat ini industri pulp dan kertas indonesia sebagian besar sedang
bergeser dari factor-driven kepada capital-driven. Bahkan beberapa diantaranya sudah mulai memasuki innovation–driven. Mentransformasi industri pulp dan
kertas dari factor-driven kepada innovation-driven akan memberi manfaat ganda, yakni meningkatkan daya saing dan meminimumkan dampak negatif kegiatan
industri pulp dan kertas pada lingkungan hidup.
2.3. Integrasi Vertikal Pada Industri Kertas