mengurangai polutan ke lingkungan. Oleh karena itu, kemampuan Riset and Development
RD menjadi tulang punggung dalam fase ini. Pada saat ini industri pulp dan kertas indonesia sebagian besar sedang
bergeser dari factor-driven kepada capital-driven. Bahkan beberapa diantaranya sudah mulai memasuki innovation–driven. Mentransformasi industri pulp dan
kertas dari factor-driven kepada innovation-driven akan memberi manfaat ganda, yakni meningkatkan daya saing dan meminimumkan dampak negatif kegiatan
industri pulp dan kertas pada lingkungan hidup.
2.3. Integrasi Vertikal Pada Industri Kertas
Hasibuan 1994 mendefinisikan integrasi vertikal adalah pengabungan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kelanjutan proses produksi. Jenis
integrasi ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu integrasi ke hulu upstream dan integrasi ke hilir downstream. Perusahaan yang menerapkan strategi integrasi
vertikal ke hulu upstream adalah perusahaan yang memperoduksi sendiri input yang dibutuhkannya. Sedangkan integrasi vertikal ke hilir downstream adalah
perusahaan yang memutuskan untuk menyalurkan output yang dihasilkan kepada konsumen melalui perusahaan yang terintegrasi dengannya.
Integrasi vertikal yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilakukan dilakukan dengan dua cara, antara lain:
1. Full Integration Perusahaan
melakukan full integration
bila perusahaan tersebut memproduksi semua input yang dibutuhkannya atau ketika perusahaan tersebut
menyalurkan semua output yang dihasilkan melalui anak perusahaan yang terintegrasi dengannya.
2. Taper Integration
Perusahaan melakukan
taper integration bila perusahaan tersebut membeli
input yang dibutuhkannya dari perusahaan lain selain input yang dihasilkan sendiri atau menyalurkan hasil produksinya melalui perusahaan terintegrasi
dengannya dan juga perusahaan lain yang tidak terintegrasi Perusahaan-perusahaan seperti PT. Indah Kiat Pulp Paper, PT. Lontar
Papyrus dan PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia merupakan perusahaan-perusahaan besar dalam industri kertas yang terintegrasi vertikal dengan industri pulpnya.
Jenis integrasi vertikal perusahaan-perusahaan tersebut adalah full integration, mereka mempunyai pabrik pulp sendiri sebagai sumber bahan baku produksi
kertasnya. Menurut Karseno dan Mulyaningsih 2002 integrasi vertikal oleh perusahaan kertas akan meningkatkan efisiensi perusahaan dalam industri kertas
tersebut karena dapat mengamankan pasokan bahan baku dan meminimumkan biaya transaksi dalam rangka untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan
terhadap produk kertasnya.
2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang peran dan keterkaitan dengan menggunakan alat analisis Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini
antara lain meliputi, yaitu: 1 penelitian terhadap keseluruhan sektor perekonomian, 2 penelitian terhadap sektor agroindustri dan non agroindustri
sektor industri pengolahan, 3 penelitian terhadap sektor pertanian dan industri pengolahan, dan 4 penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian misalnya
pariwisata, transportasi dan sebagainya Setyawan, 2005. Pada dasarnya penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang sama yaitu
mempelajari keterkaitan linkages, baik keterkaitan langsung ke belakang direct backward linkages
dan ke depan direct forward linkages maupun keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang dan ke depan Tabel 2.1. Disamping
mempelajari keterkaitan tersebut penelitian-penelitian tersebut juga mempelajari dampak penyebaran Tabel 2.2.
Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan
Penelitian Keterkaitan Ke Depan
Keterkaitan Ke Belakang Wilayah
Tahun Input-
Output Langsung
Langsung Tdk Langsung
Langsung Langsung
Tdk Langsung
1. Indonesia Agroindustri
Non Agroindustri 2. DKI Jakarta
Pertanian Ind. Pengolahan
3. Jawa Barat Pertanian
Agroindustri 4. Jepara
Ind. Pengolahan 1990
1993 1988
2001 0.54759
1.27222 0.00619
0.48518 0.59448
0.62204 0.4432
1.75861 2.95855
1.00802 1.64866
2.13908 2.11877
1.6293 0.58216
0.45022 0.05931
0.29125 0.17604
0.76281 0.4267
1.81150 1.63396
1.07819 1.38949
1.31431 2.34572
1.6028 Sumber: Tjandrawan 1994 ; Sahara 1998 ; Setiyaji 1995; Setyawan 2005.
Ada beberapa informasi yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 yaitu; 1 keterkaitan langsung ke depan sektor industri pengolahan lebih kecil di
bandingkan keterkaitan ke belakangnya. Gambaran ini memberikan indikasi bahwa sektorsubsektor industri pengolahan secara langsung lebih mempunyai
kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor yang menyediakan input bagi keperluan proses produksi dibandingkan dengan kepekaannya dalam menciptakan
kenaikan output apabila terjadi peningkatan satu-satuan permintaan akhir terhadap sektor industri, dan 2 Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor
industri pengolahan lebih kecil dibandingkan dengan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakangnya. Hal ini berarti sektorsub sektor industri
pengolahan secara langsung dan tidak langsung lebih kuat mendorong pertumbuhan sektor yang menyediakan input untuk keperluan proses produksinya
dibandingkan dengan kemampuannya untuk mendorong peningkatan produksi terhadap sektor yang membutuhkan input dari sektor ini.
Tabel 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Dampak Penyebaran
Penelitian Wilayah
Tahun Input- Output
Koefisien Penyebaran
Kepekaan Penyebaran
1. Indonesia Agroindustri
Non Agroindustri 2. DKI Jakarta
Pertanian Ind. Pengolahan
3. Jawa Barat Pertanian
Agroindustri 4. Jepara
Ind. Pengolahan 1990
1993 1988
2001 1.1719
1.0570 -
1.38525 0.74816
1.33528 1.2908
1.1376 1.9139
- 1.48422
1.21765 1.20609
1.2698 Sumber: Tjandrawan 1994 ; Sahara 1998 ; Setiyaji 1995; Setyawan 2005.
Selanjutnya pada Tabel 2.3 menyajikan informasi mengenai koefisien dan kepekaan penyebaran. Ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi dalam
penelitian-penelitian tersebut yaitu: 1 Koefisien penyebaran menunjukkan
kemampuan suatu sektor dalam perekonomian untuk mendorong sektor hilirnya sedangkan kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk
menarik sektor hulunya, dan 2 Kepekaan penyebaran industri pengolahan DKI Jakarta lebih besar dibandingkan kabupaten Jepara. Besarnya kepekaan
penyebaran industri pengolahan di DKI Jakarta tersebut menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan di wilayah tersebut bersifat ekspansif yaitu mampu
melakukan perluasan pasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah dibandingkan dengan Jepara dan apabila dilihat dari koefisien penyebaran,
industri pengolahan DKI Jakarta mempunyai kemampuan untuk menarik industri hulunya dibandingkan dengan kabupaten Jepara.
Secara umum keempat penelitian mengenai koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran tersebut mempunyai peranan penting dalam pembangunan
wilayah, hal ini terbukti dari nilai koefisien dan kepekaan penyebaran yang mempunyai nilai lebih besar dari satu kecuali pertanian di Jawa Barat.
Studi literatur yang telah dilakukan menunjukkan bahwa analisis I-O telah banyak digunakan sebagai alat untuk penelitian. Peneliti juga melihat bahwa
penelitian tentang industri kertas di Indonesia berdasarkan Analisis Input-Output belum pernah dilakukan.
2.5. Kerangka Pemikiran