2.4.1 Prinsip Pokok Metode AHP
Metode AHP banyak digunakan untuk pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam hal perencanaan, penentuan alternatif,
pengukuran performance, dan pemecahan masalah. Metode AHP mempunyai 4 prinsip pokok yaitu Mulyono, 1996:
1. Decomposition
Tahapan yang perlu dilakukan setelah permasalahan diidentifikasi adalah decomposition. Decomposition adalah memecahkan permasalahan yang
utuh ke dalam unsur-unsurnya. Proses analisis ini dinamakan hirarki. Ada dua jenis hirarki yaitu hirarki lengkap dan tidak lengkap Latifah, 2005.
Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian dinamakan hirarki
tidak lengkap. 2.
Comparative Judgement Prinsip ini berarti bahwa membuat penilaian tentang kepentingan relatif
dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan kriteria di atasnya. Penilaian ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh
di dalam menentukan prioritas dari elemen-elemen yang ada sebagai dasar pengambilan keputusan. Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk
matriks. Matriks ini biasa disebut matriks pairwise comparisons. Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen,
seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh
Universitas Sumatera Utara
tentang elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari Latifah, 2005. Pertanyaan yang biasa
diajukan dalam menyusun skala kepentingan adalah Kosasih, 2002: a.
Elemen mana yang lebih penting disukai mungkin ...? dan b.
Berapa kali lebih penting disukai mungkin ...? 3. Synthesis of Priority
Setelah matriks pairwise comparisons tersaji, maka dicari eigen vector untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparisons
terdapat pada setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis di antara local priority. Prosedur melakukan
sintesis berbeda menurut bentuk hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority
setting. Bobot kriteria dan skor alternatif disebut dengan local priority, yang disebut sebagai elemen pengambilan keputusan pada langkah kedua
dalam proses pengambilan keputusan. Pengambil keputusan membuat preferensi mereka dengan menggunakan perbandingan berpasangan
pairwise comparisons, sesuai dengan bobot dan skor. Nilai bobot v
i
dan skor r
ij
didapat dari perbandingan dan dari tabel. Langkah terakhir dari penghitungan AHP adalah menjumlahkan semua bobot dari semua tipe
keputusan. Dengan formulasi sebagai berikut:
ij i
i j
xR V
R
∑
=
.................................................2.1
Universitas Sumatera Utara
4. Logical Consistency
Konsistensi di sini mempunyai dua makna. Pertama, obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi.
Arti kedua, menyangkut tingkat hubungan antara obyek-obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Konsistensi data didapat dari rasio
konsistensi CR yang merupakan hasil bagi antara indeks konsistensi CI dan indeks random RI. Adapun nilai indeks random dapat dilihat
pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Nilai Indeks Random
Ukuran Matriks Indeks Random Inkonsistensi
1,2 0.00
3 0.58
4 0.90
5 1.12
6 1.24
7 1.32
8 1.41
9 1.45
10 1.49
11 1.51
12 1.48
13 1.56
14 1.57
15 1.59
Sumber: Kosasih, 2002 2.4.2 Review Hasil Penelitian
Penelitian atau research dengan menggunakan metode AHP sudah banyak dilakukan oleh para ahli. Perçin2006 menyebutkan bahwa metode AHP dapat
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk menganalisis kriteria kuantitatif dan kualitatif untuk memilih best supplier. Empat kriteria dan 20 sub kriteria diidentifikasi oleh para pengambil
keputusan di perusahaan yang memproduksi alat-alat pengaman berkendaraan seperti seatbelt dan steering wheels. Empat kriteria yang diidentifikasi adalah kriteria
manufaktur, teknologi, bisnis, dan service. Kriteria manufaktur merupakan kriteria prioritas yang dipertimbangkan oleh perusahaan, dengan bobot 0,573. Diikuti oleh
kriteria teknologi, bisnis, dan service masing-masing 0,272; 0,110; 0,045. Dari enam supplier yang diteliti, disimpulkan bahwa supplier 2 menjadi best supplier dengan
nilai prioritas global 0,253. Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Yang dan Chen 2005 di China.
Penelitian dilakukan pada sebuah pabrik komputer notebook, terhadap supplier printed circuit boards PCBs. Sesuai dengan proses supplier selection, setiap
supplier yang potensial harus diaudit oleh departemen purchasing, departemen quality assurance, dan departemen engineering. Supplier-supplier tersebut harus
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh perusahaan, yaitu antara lain: a. Supplier yang utama di pasar mempunyai annual turn over perusahaan
yang tinggi. b. Pemasok produk berkualitas tinggi.
c. Penawaran harga per unit rendah. d. Kerja sama jangka panjang dengan perusahaan sebagai buyer.
Setelah perusahaan sebagai buyer mengaudit supplier, maka terpilih tiga supplier yang potensial. Kemudian perusahaan menganalisa ketiga supplier potensial
Universitas Sumatera Utara
ini. Dari penelitian tersebut, disimpulkan bahwa supplier c sebagai best supplier, dengan cost per unit 19.88 atau waktu pengiriman delivery time 10.5 hari.
Menurut penelitian Yang dan Chen 2005, metode AHP memungkinkan penilai evaluator dari perusahaan sebagai buyer untuk mempertimbangkan tingkat
kepentingan dan interaksi bermacam kriteria pada proses supplier selection. Perusahaan juga dapat mengganti prosedur pairwise comparisons jika terdapat
perubahan pada kondisi lingkungan bisnis dan atau perubahan permintaan konsumen. Metode AHP disebut sebagai metode yang efektif dan merupakan pendekatan praktis
untuk menyelesaikan masalah supplier selection pada perusahaan komputer notebook. Sebagai batasannya, peneliti hanya meneliti pemasok untuk produk hardware. Produk
hardware yang akan dibahas dalam hal ini adalah produk harddisk.
2.5. Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek