Pemberitaan II. 5.1 Pengertian Berita

3. Durasi Durasi berarti jumlah menit dalam setiap penayangan acara. Durasi disesuaikan dengan jenis acara, tuntutan skrip atau naskah sehingga mencapai tujuan acara. 4. Metode Penyajian Fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumya adalah untuk menghibur menginformasikan namun juga mendidik dan mempersuasi. Pesan yang ingin disampaikan harus dikemas sedemikian rupa sehingga dapat diterima baik oleh pemirsa.

II.5 Pemberitaan II. 5.1 Pengertian Berita

Berita merupakan substansi utama di berbagai media jurnalistik baik cetak maupun elektronik. Berita juga menjadi semacam barang dagangan yang dijajakan media elektronik. Hampir semua kesempatan dan peristiwa menjadi bahan berita. Dan untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan keinginan, setiap stasion televisi swasta menyajikan “acara berita”, tanpa harus menyebutnya bahwa itu adalah berita, dalam nuansa yang berbeda-beda. Sehingga berita menjadi sesuatu yang sentral dalam media elektronik, karena baik media cetak maupun elektronik keduanya berfungsi sebagai media informasi Muhtadi, 1999 : 106- 107. Menurut Bruce D. Itule dalam bukunya ”News Writing and Reporting for Today’s Media” dalam Muhtadi, 1999 : 108 berita didefenisikan dengan sebuah ungkapan “man bites dog” yang secara abstraksi dipahami bahwa berita merupakan sesuatu yang belum pernah terjadi atau belum pernah didengar sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa esensi Universitas Sumatera Utara sebuah berita adalah ketika sesuatu itu menimbulkan keanehan, ketertarikan, ketidakpercayaan orang-orang. Namun disisi lain berita dapat didefenisikan sebagai “what editors and reporters say it is”. Yang berarti bahwa kita mempercayakan pemilihan apakah suatu peristiwa itu layak atau tidak layak menjadi berita kepada reporter. Berita harus mengangkat sesuatu yang masih dianggap baru dan segar, meskipun kebaruan dan kesegaran itu tergantung dari sisi bagaimana serta kapan pembaca itu menerima informasi. Kesegaran berita itu juga bisa ditentukan oleh karena barunya pelaku dalam peristiwa itu, bedanya tempat kejadian, alasan mengapa peristiwa itu terjadi dan sebagainya. Evan Hill dan John J. Breen dalam bukunya Reporting and Writing the News dalam Muhtadi, 1999 : 112 memberikan beberapa kriteria berita yang baik dan menarik dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 1. Apakah berita itu merupakan laporan peristiwa-peristiwa baru, fakta-fakta, atau opini-opini? 2. Apakah berita memberikan informasi tentang sesuatu yang belum pernah pembaca mengetahui sebelumnya? 3. Apakah berita itu menarik perhatian pembaca dalam jumlah yang signifikan, bukan sekedar menarik perhatian penulis berita tersebut? 4. Apakah berita itu dapat menambah pengetahuan pembaca tentang apa yang sesungguhnya terjadi?

II. 5. 2 Pengertian Pemberitaan

Pemberitaan atau reportase adalah laporan lengkap ataupun interpretatif telah disajikan sebagaimana dianggap penting oleh redaksi pemberitaan ataupun berupa Universitas Sumatera Utara pemberitaan penyelidikan investigatif reporting yang merupakan pengkajian fakta-fakta lengkap dengan latar belakang, trendkecenderungan, yang mungkin terjadi di masa mendatang Wikipedia. Penilaian terhadap kualitas pemberitaan TV dapat ditinjau dalam beberapa aspek . Dalam hal ini McQuail dalam Morissan, 2010 : 62 mengajukan suatu kerangka kerja dalam memberikan penilaian terhadap kualitas media yang terbagi atas empat kriteria, yakni sebagai berikut : a. Kebebasan media Kebebasan media telah menjadi faktor terpenting dalam menilai atau mengukur kualitas pemberitaan media massa. Kebebasan media merupakan prinsip dasar dari setiap teori dasar mengenai komunikasi publik. Kebebasan media juga menjadi sumber manfaat media lainnya dan mengacu terutama pada hak-hak untuk menyatakan sesuatu secara bebasdan kebebasan dalam membentuk opini. Namun demikian, untuk dapat mewujudkan kebebasan media harus terdapat akses bagi masyarakat menuju ke berbagai saluran informasi dan juga kesempatan untuk menerima berbagai jenis informasi. Dalam hal ini kebebasan komunikasi memiliki dua aspek, yaitu: pertama, media dalam pemberitaannya harus dapat menyajikan informasi yang mewakili berbagai suara atau pandangan yang beragam dan; kedua, memberikan tanggapan terhadap berbagai keinginan atau kebutuhan yang beragam. b. Keragaman berita Media massa dalam menyebarkan berita tidak boleh hanya memberikan perhatian pada satu isu tertentu saja. Prinsip keberagaman berita diversity adalah upaya media untuk menyajikan berita yang lengkap dengan menggunakan prinsip keadilan fairness. Dalam hal Universitas Sumatera Utara ini prinsip keadilan dinilai berdasarkan pada principle of proportional representation prinsip keterwakilan secara proporsional. Media harus menyajikan berita secara proporsional, berdasarkan topik-topik yang relevan bagi masyarakat atau dengan kata lain, pemberitaan TV harus mampu mencerminkan keragaman kebutuhan atau minat audien terhadap berita. Dalam hal ini keragaman berita dapat dinilai berdasarkan empat kriteria sebagai berikut : 1. Media dalam menyajikan isi berita harus mampu mencerminkan keragaman realitas sosial, ekonomi dan budaya dalam masyarakat secara proporsional. Dengan kata lain media harus mampu dan mau memberikan berbagai pilihan berita kepada audien. 2. Media dalam menyebarkan berita harus memberikan kesempatan yang lebih kurang sama terhadap berbagai pandangan dalam masyarakat, termasuk pihak minoritas dalam masyarakat. 3. Media harus bisa berfungsi sebagai forum bagi berbagai pandangan dan kepentingan yang berbeda dalam masyarakat. 4. Media harus mampu menyajikan pilihan berita yang relevan pada waktu tertentu dalam hal adanya peristiwa besar dan juga keragaman berita pada waktu lainnya. c. Gambaran Realitas Bias pada pemberitaan mengacu pada hal-hal seperti terjadinya penyimpangan distorsi terhadap realitas. Berita yang mengandung bias pada akhirnya kan menjadi berita bohong atau propaganda sebagaimana sebuah cerita fiksi McQuail dalam Morissan, 2010 : 64. Beberapa cirri berita yang mengandung bias antara lain sebagai berikut : 1. Media memberikan terlalu banyak waktu memberikan pandangan pejabat dan kalangan elit di masyarakat. 2. Berita luar negeri hanya berfokus pada negara-negara kaya saja. Universitas Sumatera Utara 3. Media menyampaikan pandangan yang mengandung bias karena cara pandangn yang sempit terhadap nasionalisme atau kesukuan. 4. Berita terlalu mengutamakan nilai-nilai yang terlalu mendukung peran pria atau sebaliknya. 5. Kepentingan kelompok minoritas diabaikan atau dipinggirkan. 6. Terlalu berlebihan dalam menyajikan berita criminal dan mengabaikan realitas sesungguhnya di masyarakat. d. Objektivitas berita Objektivitas adalah suatu tindakan atau sikap tertentu terkait dengan pekerjaan mengumpulkan, mengolah dan menyebarluaskan informasi. Menurut Westerstahl dalam Morissan, 2010 : 64, pemberitaan yang objektif harus memiliki dua kriteria, yaitu bahwa berita harus bersifat faktual, yang berarti berita ditulis berdasarkan fakta factuality dan tidak berpihak impartiality. Sifat faktual atau faktualitas mengacu pada bentuk laporan berupa peristiwa atau pernyataan yang dapat diperiksa kebenarannya kepada nara sumber berita dan tidak memasukkan komentar ke dalam laporan. Sifat faktual juga melibatkan kriteria kebenaran lainnya, kelengkapan penjelasan 5W1H. Terkait pemberitaan yang disiarkan di stasiun TV khususnya stasiun TV di Indonesia, maka P3SPS Pedoman Perilaku Penyiaran Standar Program Siaran dalam Morissan, 2010 : 67 menyatakan bahwa stasiun penyiaran dalam menayangkan informasi harus senantiasa mengindahkan prinsip-prinsip jurnalistik, yang terdiri atas tiga prinsip yaitu : a. Akurasi Dalam program faktual lembaga penyiaran bertanggung jawab menyajikan informasi yang akurat dan sebelum menyiarkan sebuah fakta, lembaga penyiaran harus memeriksa ulang keakuratan dan kebenaran materi siaran. Dalam hal redaksi berita stasiun TV Universitas Sumatera Utara memperoleh informasi dari pihak lain yang belum dapat dipastikan kebenarannya, maka ia harus menjelaskan kepada khalayak bahwa informasi itu berdasarkan versi sumber tertentu. b. Adil Lembaga penyiaran harus menghindari penyajian informasi yang tidak lengkap dan tidak adil. Penggunaan potongan gambar dan atau potongan suara dalam sebuah acara yang sebenarnya berasal dari program lain harus ditempatkan dalam konteks yang tepat dan adil serta tidak merugikan pihak-pihak yang menjadi subjek pemberitaan, dan bila sebuah program memuat potongan gambar atau potongan suara yang berasal dari acara lain, stasiun TV wajib menjelaskan waktu pengambilan potongan gambar dan atau potongan suara tersebut. c. Imparsialitas Pada saat menyajikan isu-isu kontroversial yang menyangkut kepentingan publik, stasiun penyiaran harus menyajikan berita, fakta, dan opini secara objektif dan berimbang. Dalam hal ini, pimpinan redaksi berita TV harus memiliki independensi untuk menyajikan berita dengan objektif, tanpa memperoleh tekanan dari pihak pimpinan, pemodal, atau pemilik stasiun penyiaran. II.6 Opini Publik II.6.1 Pengertian Opini

Dokumen yang terkait

Pemberitaan Konflik Indonesia-Malaysia Dan Opini Mahasiswa (Studi Korelasional Pengaruh Pemberitaan Media Televisi Mengenai Konflik Pencaplokan Lagu Daerah Rasa Sayange yang Dilakukan Oleh Malaysia Terhadap Opini Mahasiswa Departemen Etnomusikologi FIB –

0 68 126

Fatwa Mui Dan Opini Publik (Studi deskriptif Opini Mahasiswa Anggota HMI Komisariat Fakultas Hukum USU Terhadap Pemberitaan Fatwa Haram Bunga Bank oleh MUI Di Internet )

1 62 129

Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pernyataan Tokoh Agama” (Studi Deskriptif Opini Mahasiswa FISIP USU terhadap Pemberitaan Pernyataan Tokoh Agama tentang Kebohongan Pemerintahan SBY di Harian Kompas)

1 66 107

Tayangan Bang One Show dan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa (Studi korelasional tentang pengaruh tayangan Bang One Show di TVOne dalam meningkatkan pengetahuan mahasiswa Fakultas Hukum USU).

1 31 124

Opini Mahasiswa Terhadap Tayangan MTV Insomnia Di Global TV(Studi Deskriptif Terhadap Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)

1 25 93

Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Media Massa dan Pembentukan Opini Publik (Studi Deskriptif tentang Pemberitaan Aksi Mahasiswa di Metro TV terhadap Pembentukan Opini Mahasiswa FISIP USU)

2 35 105

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 25 117

OPINI MAHASISWA TENTANG TAYANGAN SINETRON INSYAF DI TRANS TV (Studi Pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang)

0 18 2

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 13 117

Pemberitaan ISIS dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Hubungan Antara Pemberitaan ISIS di TV One dan Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 0 15