2. Apathetic publics : tidak memperhatikan atau tidak aktif terhadap semua isu
3. Single issue publics : aktif pada satu atau sejumlah isu terbatas
4. Hot issue publics : baru aktif setelah semua media mengekspos hampir semua orang
dan isu menjadi topik sosial yang diperbincangkan secara luas.
II.6.3 Pengertian Opini Publik
Menurut Lord Bryce dalam Satropoetro, 1990 : 55, opini publik adalah suatu tumpukan atau kumpulan dari bermacam-macam hal yang saling bertentangan seperti
berbagai pendapat, kepercayaan, fantasi, prasangka, aspirasi. Setiap masalah yang timbul makin menjadi penting dan menjadi subjek bagi proses konsolidasi dan peenguaraian
sehingga tampil dan membentuk suatu pandangan tertentu atau satu kumpulan pendapat yang saling berkaitan, massing-masing memiliki dan mempertahankan diri pada anggota
masyarakat. Selain itu menurut W. Philips Davison dalam bukunya “International Political Communication” dalam Satropoetro, 1990 : 75 mengemukakan bahwa pendapat umum atau
opini publik bukanlah semata-mata kumpulan penilaian individu-individu yang terlepas satu sama lain, tetapi merupakan suatu organisasi, suatu hasil koooperatif dari komunikasi dan
pengaruh yang bersifat timbal balik. Sementara Cutlip Center menyatakan pengertian opini publik sebagai hasil
pengumpulan pendapat para individu tentang masalah-masalah yang bersifat umum dan kontroversial Sastropoetro, 1990 : 70. Pengertian-pengertian yang diberikan ahli untuk
opini public berbeda-beda, namun tetap menonjolkan tentang adanya collective opinion atau pendapat yang bersifat kolektif.
II. 6. 4 Proses Pembentukan Opini Publik
Menurut Bernard Henessy Muhtadi, 1999 : 55-56 terdapat lima faktor penting yang menyebabkan terbentuknya opini publik sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Adanya isu
Opini dapat diilustrasikan sebagai konsensus yang terbentuk dalam suatu arus perbincangan tentang suatu isu. Sedangkan isu dalam konteks ini adalah suatu persoalan
kekinian yang sedang diperbincangkan dalam situasi ketidaksepakatan. Karena itu dalam suatu isu terdapat elemen-elemen yang mendorong munculnya kontroversi pendapat.
2. Adanya publik
Adanya kelompok yang jelas dan tertarik dengan adanya isu tersebut. Dalam satu sistem sosial terdapat banyak publik yang masing-masing terdiri dari individu-individu yang
secara bersama-sama dipengaruhi oleh suatu aksi dan gagasan. 3.
Adanya kompleksitas pilihan-pilihan dalam publik Kompleksitas pilihan-pilihan ini merujuk pada totalitas opini berkaitan dengan isu
yang menjadi perhatian seluruh anggota suatu publik. Pada setiap isu, perhatian publik akan dibagi menjadi dua atau lebih pandangan yang berbeda.
4. Pernyataan opini
Pandangan yang dapat membentuk opini publik adalah pandangan yang dinyatakan secara terbuka. Terdapat banyak cara yang dapat digunakan untuk menyatakan opini salah
satunya adalah melalui media massa sebagai alat yang relatif paling efektif dan efisien. 5.
Banyaknya individu yang terlibat Besarnya publik tidak selalu ditentukan oleh jumlah mayoritas yang terlibat dalam
perbincangan tentang isu. Publik yang terlibat tidak harus mereka yang memiliki gagasan awal ataupun mereka yang melahirkan isu dan signifikansi public terutama ditentukan oleh
Universitas Sumatera Utara
efektvitas komunikasi yang berlangsung dalam proses pembentukan opini sampai pada pertimbangan dalam penepatan bahwa suatu opini telah menjadi opini publik.
II. 7 Teori Agenda Setting
II. 7. 1 Defenisi Teori Agenda Setting
Teori Agenda Setting pertama kali ditampilkan oleh Maxwell E. Mc. Combs dan Donald L. Shaw dalam “Public Opinion Quarterly” terbitan tahun 1972 berjudul “The
Agenda Setting Function of Mass Media”. Keduanya mengatakan bahwa jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak
untuk menganggapnya penting Effendy, 1993 : 287. Lebih lanjut kedua ahli tersebut menyatakan bahwa hubungan yang kuat antara berita
yang disampaikan oleh media dengan isu-isu ysng dinilai penting oleh publik adalah merupakan salah satu efek dari media massa. Dearing dan Rogers tahun 1996 dalam
Morissan, 2010 : 89 mendefenisikan agenda setting sebagai persaingan terus menerus di antara berbagai isu penting untuk mendapatkan perhatian dari para pekerja media, publik, dan
penguasa. Sementara Jennings Bryant dan Susan Thompson 2002 dalam Morissan, 2010 : 89 mendefenisikan agenda setting sebagai hubungan yang kuat antara berita yang
disampaikan media dengan isu-isu yang dinilai penting oleh publik. Dalam hal lain Mc.Combs dan Shaw tidak menyatakan bahwa media secara sengaja berupaya
mempengaruhi publik, tetapi publik melihat kepada para profesional yang bekerja pada media massa untuk meminta petunjuk kepada media ke mana publik harus memfokuskan
perhatiannya.
Universitas Sumatera Utara
II. 7. 2 Tahapan Agenda Setting