Sindroma Mata Kering Pembahasan

pengguna komputer yaitu 6,9 SD 2,9 jam. Hal ini menunjukkan penggunaan komputer di Indonesia semakin tersosialisasi dari tahun ke tahun akibat pentingnya komputer dalam memudahkan pekerjaan di segala bidang yang ditandai dengan sekitar 75 pekerjaan di dunia bergantung pada komputer Kanitkar et al., 2005. Perbedaan hasil juga disebabkan karena responden penelitian Taylor 2007 dan Hoesin, et al. 2007 dilakukan pada masyarakat umum secara acak sedangkan penelitian ini dan Shrestha, et al. 2011 dilakukan pada pelajar dan karyawan pengguna komputer. Pada penelitian ini, rata-rata penggunaan komputer dalam satu hari pada karyawan lebih tinggi dibanding pelajar yaitu 9,07 jam berbanding 4,73 jam. Hasil ini juga menunjukkan hasil yang hampir sama dengan penelitian Shrestha, et al. 2011 di mana rata-rata penggunaan komputer dalam satu hari pada karyawan didapat 8,7 jam dan 5,1 jam pada pelajar. Rata-rata riwayat lama penggunaan komputer dalam penelitian ini adalah 7,34 tahun dengan SD 4,364. Hal ini menunjukkan komputer telah digunakan secara luas sejak 3-7 tahun yang lalu di Indonesia pada pelajar dan karyawan pengguna komputer. Indeks penggunaan komputer menunjukkan hasil yang terpusat pada angka 2-8 dengan 49 responden 59,8 termasuk dalam kategori IPK ringan, 23 responden 28 termasuk dalam kategori IPK sedang, dan 10 responden 12,2 termasuk dalam kategori IPK berat.

5.2.2. Sindroma Mata Kering

1. Gejala Sindroma Mata Kering Dari 10 gejala dalam kuesioner, banyaknya gejala maksimal yang dirasakan oleh tiap individu responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 8 gejala. Dari tabel terlihat bahwa mayoritas pelajar mengeluhkan 3 gejala dan mayoritas karyawan mengeluhkan hingga 7 gejala. Hal ini sesuai dengan intensitas lama penggunaan komputer baik secara terus-menerus dan rata-rata dalam satu hari karyawan lebih tinggi dibandingkan pelajar. Belum ada penelitian terdahulu yang meninjau kesepuluh gejala ini secara bersamaan secara spesifik Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pada pengguna komputer. Akan tetapi, dari tabel 2.2. terlihat bahwa pada penelitian sebelumnya umumnya responden mengeluhkan 5-9 gejala. Distribusi gejala yang dialami responden bila ditinjau dari masing-masing gejela adalah dari gejala yang paling banyak dikeluhkan yaitu sebanyak 74 responden 90,2 merasakan mata lelah, 55 responden 67,1 merasakan mata terasa kering, 40 responden 48,8 meraskan mata perih, 37 responden 45,1 mengalami mata berair, 37 responden 45,1 mengalami penglihatan kabur sesaat membaik dengan berkedip, 25 responden 30,5 mengeluh mata terasa gatal, 25 responden 30,5 mengalami mata merah, 25 responden 30,5 mengeluhkan mata sensitif terhadap cahaya, 14 responden 17,1 merasakan mata seperti terbakar, dan 5 responden 6,1 meraskan seperti ada benda asing di mata. Mayoritas gejala SMK yang dialami pengguna komputer menurut data- data penelitian pada tabel 2.2. adalah mata terasa kering dan mata terasa lelah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan gejala mayoritas yaitu mata lelah 90,2 dan mata terasa kering 67,1. Kelelahan mata banyak dialami karena mata harus berakomodasi dengan kontraksi dan relaksasi otot siliaris yang berbeda-beda untuk setiap warna yang dipancarkan cahaya komputer Ho et al., 1986. Hasil penelitian persentase mata lelah penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Shrestha, et al., 2011 di India dan Shofwati, et al., 2010 di Indonesia dengan jenis responden yang sama dan karakteristik yang hampir sama. Hasil yang serupa juga ditunjukkan penelitian Bali et al., 2007 pada optalmologis yang bekerja dengan menggunakan komputer dan alat kedokteran yang memiliki monitor elektronik dengan asumsi bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan organ vital berukuran kecil seperti mata membutuhkan konsentrasi untuk ketelitian yang tinggi. Persentase agak rendah yang ditunjukkan penelitian Bhanderi et al., 2008 dan Fenga et al., 2007 ditinjau karena faktor subjektivitas dalam pengisian kuesioner tetapi tetap menjadi mayoritas gejala yang dikeluhkan dibanding gejala SMK lainnya. Mata terasa kering sebagai inti dari SMK di mana disebabkan karena pengurangan frekuensi berkedip, evaporasi, dan inflamasi DEWS, 2007. Persentase gejala mata terasa kering pada penelitian Jamalilah, et al., 2002 dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Hiroko, 2007 menunjukkan angka yang lebih rendah dibanding penelitian ini, Shrestha, et al., 2011, Dehghani et al., 2008 karena penelitian mereka dilakukan pada karyawan di rumah sakit Universitas kedokteran di mana baik staf medis tidak mungkin menatap komputer secara terus-menerus yang menjadi faktor utama risiko SMK. Penelitian Murtopo, et al. 2005 bahkan menunjukkan 85 yang mengeluhkan mata terasa kering sebab penelitian dilakukan pada mahasiswa jurusan komputer yang memiliki waktu lebih untuk belajar dan bekerja sesuai dengan jurusannya dibidang komputer. Gejala ketiga terbanyak dalam penelitian ini adalah mata perih yaitu sebanyak 45,1 responden. Persentase ini tidak berbeda jauh dengan penelitian sebelumnya oleh Megwas et al., 2009 walaupun penelitian Shrestha, et al., 2011 menunjukkan angka yang sedikit lebih tinggi. Hal ini bisa disebabkan oleh kembali lagi subjektivitas dalam pengisian kuesioner. Saat TF pecah, tidak ada lagi yang melindungi permukaan okular. Kontak langsung permukaan okular dengan udara luar akan merangsang nervus trigeminus dan menimbulkan rasa seperti terbakar dan perih. Nervus trigeminus berfungsi sebagai nosiseptor yang menghantarkan rangsang nyeri ke sistem saraf pusat melalui nukleus nervus trigeminus pars kaudalis. Akan tetapi, pada penelitian ini keluhan mata seperti terbakar hanya 17,1 lebih rendah dari penelitian sebelumnya. Hal ini disebabkan karena responden lebih menginterpretasikan rasa perih pada mata dibanding rasa terbakar karena faktor subjektivitas. Rangsang nervus trigeminus ini kadang dirasakan berupa mata berpasir atau seperti ada benda asing. Keadaan ini biasanya dirasakan setelah ruptur sampai mengenai lapisan musin AOA, 2007. Namun, baik hasil penelitian ini maupun sebelumnya menunjukkan keluhan seperti ada benda asing pada mata hampir bisa diabaikan dengan persentase yang paling rendah 6,1 dan 0. Keluhan ini biasanya jarang dirasakan karena keluhan ini merupakan keluhan pada SMK tahap lanjut yang sudah berlama-lama ditambah dengan berbagai faktor risiko SMK lainnya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Sebanyak 37 responden 45,1 mengeluhkan mata berair. Suhu permukaan okular yang menurun merangsang termoseptor dan proses inflamasi yang merangsang nosiseptor akan merangsang refleks berkedip. Refleks berkedip akan merangsang juga pengeluaran air mata DEWS, 2007 di mana kedipan mata refleks dikontrol oleh bagian kaudal dari pons dan rostral otak tengah atas stimulus internal maupun eksternal Karson, 1993. Refleks berkedip akan segera terjadi sebagai mekanisme kompensasi untuk mata yang frekuensi berkedipnya berkurang dan mata yang kering akibat evaporasi yang berlebih dari keadaan normal. Penelitian Edema et al., 2010, Bali et al., 2007, dan Shrestha, et al., 2011 juga menunjukkan persentase berkisar 50 untuk keluhan gejala ini. Hal ini menunjukkan responden masih memiliki kompensasi refleks pengeluaran air mata yang baik dan sebuah tanda benar adanya gejala mata kering. Responden dalam beberapa penelitian ini masih berkisar 20-30 tahun sehingga kelenjar lakrimal masih berfungsi dengan baik untuk melakukan kompensasi. Puell et al. 2006 dan Dumery et al. 2010 menunjukkan adanya penurunan ketajaman penglihatan akibat lamanya penggunaan komputer. Hilangnya PTF akan menyebabkan gangguan pada permukaan okular. Penurunan frekuensi berkedip dan evaporasi akan menyebabkan gangguan kestabilan intergritas PTF sehingga refraksi normal dan fokus bayangan yang jatuh di retina menjadi terganggu. Kornea merupakan penentu dua per tiga dari daya refraksi mata Kanski et al., 2003. Precorneal Tear Film yang irregular menurunkan ketajaman penglihatan Tutt et al., 2000; Mico, 2007. Selain itu, kelelahan otot mata untuk berakomodasi akan menurunkan daya akomodasi mata sesaat Murtopo et al., 2005. Pada penelitian ini sebanyak 45,1 responden mengalami penglihatan penglihatan kabur sesaat membaik dengan berkedip. Instabilitas PTF menyebabkan iritasi okular dan terjadi reaksi inflamasi. Histamin yang keluar akan menyebabkan sensasi gatal pada mata Bekibele, 2010. Selain itu, sensasi seperti benda asing pada mata akan berkontribusi terhadap rasa gatal pada mata. Vasodilatasi akibat reaksi inflamasi akan bermanifestasi sebagai gejala mata merah Farina, 2009. Sebanyak 25 responden 30,5 mengeluh mata terasa gatal dan 25 responden 30,5 mengalami mata Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara merah menunjukkan patogenesis yang sejalan antara keduanya. Hal ini juga tidak berbeda jauh dengan penelitian sebelumnya yang ditunjukkan tabel 2.2. Sebanyak 25 responden 30,5 mengeluhkan mata sensitif terhadap cahaya. Fotofobia adalah intoleransi terhadap cahaya. Fotofobia disebabkan karena iritasi dari nervus trigeminus yang akan menyebabkan iritasi cabangnya seperti nervus siliaris di kornea dan iris. Hal ini menyebabkan otot iris tidak mampu lagi menyesuaikan pupil untuk merespon cahaya yang masuk. Mata akan terasa silau dan akan terasa perih. Selain itu, hilangnya PTF menyebabkan hilangnya sebuah media refraksi untuk adapatasi terhadap cahaya. Kerusakan epitel kornea juga akan menyebabkan cahaya banyak masuk ke mata karena tidak dapat diatur oleh pupil Amini et al., 2003. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Gejala Sindroma Mata Kering pada Pengguna Komputer Gejala Keluhan Sumber Penelitian ini Mata terasa kering 47 56 61,8 66 85 Jamalilah et al., 2002 Hiroko, 2007 Shrestha, et al., 2011 Dehghani et al., 2008 Murtopo et al., 2005 67,1 Mata lelah 46,4 51 65 69,7 76,8 88,2 90,4 97,8 Bhanderi et al., 2008 Fenga et al., 2007 Dehghani et al., 2008 Hiroko, 2007 Amalia et al., 2010 Shrestha, et al., 2011 Shofwati et al., 2010 Bali et al., 2007 90,2 Mata terasa terbakar 28,1 79 Edema et al., 2010 Dehghani et al., 2008 17,1 Mata terasa perih 31,51 61,8 Megwas et al., 2009 Shrestha, et al., 2011 45,1 Mata terasa gatal 5,48 48,7 Megwas et al., 2009 Shrestha, et al., 2011 30,5 Mata merah 40,6 61,2 Edema et al., 2010 Bali et al., 2007 30,5 Mata berair 19,68 56,8 59,2 66,4 Megwas et al., 2009 Edema et al., 2010 Bali et al., 2007 Shrestha, et al., 2011 45,1 Penglihatan kabur sesaat kembali dengan berkedip 5,1 10,3 10,96 50 52 64,5 Broumand et al., 2008 Megwas et al., 2009 Mocci, 2001 Edema et al., 2010 Sirikul et al., 2009 Shrestha, et al., 2011 45,1 Fotofobia sensitif terhadap cahaya 34,8 Bali et al., 2007 30,5 Seperti ada benda asing berpasir Megwas et al., 2009 6,1 2. Nilai VAS SMK Schaumberg 2007 melakukan validasi pada kuesioner SMK yang tersebut dibuat dengan berlandaskan Visual Analogue Scale VAS. Kuesioner tersebut disebut Symptoms Assessment in Dry Eye SANDE Questionnaire. Sebelumnya, Pearce et al. 2005 telah menyebutkan bahwa keluhan gejala sindrom mata kering lebih sensitif dianalisis dengan VAS dibanding pertanyaan kategori seperti langsung menyuruh responden mencontreng ringan, sedang, dan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara berat tanpa parameter yang jelas. Visual Analogue Scale juga banyak digunakan sebagai indikator keberhasilan terapi sindrom mata kering Asbell et al., 2006. Untuk mengukur derajat keparahan SMK pada penelitian ini, digunakan Visual Analogue Scale VAS, suatu garis vertikal lurus yang diberi angka 0 dan 100 sesuai dengan SANDE Questionnaire. Responden dipersilahkan untuk memberi tanda garis seberapa berat gejala SMK yang telah diconteng sebelumnya dirasakan. Pada penelitian ini didapatkan nilai rata-rata VAS 44,5 SD 22,76. Menurut Pates et al. 2003, nilai VAS 40-70 termasuk SMK tingkat keparahan sedang. Bila ditinjau menurut penelitian Garcia et al. 2007 di mana rata-rata penderita SMK menunjukkan nilai VAS sebesar 43,04, penelitian ini menunjukkan nilai VAS yang hanya berbeda 1 poin sehingga pengguna komputer dianggap telah mengalami SMK. Akan tetapi, Asbell et al. 2006 menyebutkan bahwa penderita mata kering biasanya mengeluhkan ketidaknyamanan pada mata dalam rentang 70-100. Hal ini masih menimbulkan kontroversi dan belum ada ketentuan indikator yang disepakati secara mufakat baik untuk kasus SMK secara umum maupun secara spesifik pada pengguna komputer.

5.2.3. Hubungan Lama Penggunaan Komputer dengan Sindroma Mata Kering