Definisi Sindroma Mata Kering Epidemiologi Sindroma Mata Kering

pH air mata normal 7,25-7,35 AAO, 2007 dengan pH terendah saat mata terbuka karena kornea menghasilkan lebih banyak karbon dioksida dan terperangkap dalam pool TF On et al., 2006. Ketegangan permukaan air mata 43,6 ± 2,7 dynecm. Dalam keadaan mata kering, ketegangan permukaan bisa naik menjadi 49,6 ± 2,2 dynecm Tiffany et al., 1989.

2.4.3. Fungsi Tear Film

Secara garis besar, fungsi TF adalah sebagai penunjang imunitas Gipson et al., 2004, melapisi dan melindungi melapisi dan melindungi kornea precorneal TF atau PTF dan konjungtiva preocular TF dari friksi saat berkedip Patel et al., 2003, melindungi permukaan okular dari gangguan kimia dan biologis Nichols, 2004a, mempertahankan kekuatan refraksi dari kornea fokus dan bagus Kanski et al., 2003, dan memberi oksigen dan nutrien pada kornea yang avaskular Bron, 2005.

2.5. Sindroma Mata Kering

2.5.1. Definisi Sindroma Mata Kering

Sindroma Mata Kering SMK adalah kumpulan gejala akibat gangguan pada air mata dan permukaan okuler yang menyebabkan ketidaknyamanan pada mata, gangguan penglihatan, dan ketidakstabilan TF DEWS, 2007. SMK biasanya menunjukkan keluhan yang samar-samar dan bila tidak diobati atau dihentikan dapat berlangsung terus-menerus kronis menimbulkan kerusakan yang irreversibel terutama pada permukaan okular Koh et al., 2008.

2.5.2. Epidemiologi Sindroma Mata Kering

Epidemiologi sindroma mata kering meningkat dari tahun ke tahun. Prevalensi SMK berkisar 7,4-57,89. bergantung pada penelitian mana yang diambil, bagaimana penyakit didiagnosis, dan populasi mana yang disurvei Gayton, 2008. Empat penelitian besar di Amerika Serikat menunjukkan prevalensi SMK berkisar antara 5-30 dengan total 4,91 juta penduduk berusia di atas 50 tahun. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Studi besar Women’s Health Study and Physician’s Health Study menunjukkan prevalensi SMK di Amerika Serikat berkisar 7 pada wanita dan 4 pada pria, Schaumberg et al., 2003; 2009. Salisbury Eye Study menunjukkan angka 14,6 pada populasi berusia 48-91 tahun dengan prevalensi tertinggi pada wanita Schein et al., 1997. The Beaver Dam population-based study menemukan prevalensi sindrom mata kering 14,4 pada populasi berusia diatas 65 tahun Moss et al., 2000. Penelitian Hom 2004 pada Hispanik menunjukkan prevalensi yang cukup besar yaitu 24,6. Di Kanada, prevalensi berkisar 25 Doughty et al., 1997, di Australia, prevalensi 7,4 McCarty et al.,1998 dan 16,6 pada tahun 2003 Chia et al., 2003. Di Shanghai, prevalensi sindrom mata kering 33,78 pada wanita dan 24,11 pada pria dengan faktor risiko yang memperberat, diantaranya adalah jenis kelamin wanita, umur di atas 50 tahun, penggunaan lensa kontak, penggunaan anti histamin Tian et al., 2009. Jie et al. 2009 di Beijing menunjukkan prevalensi 21 dengan dengan faktor risiko utama perempuan berusia tua dan gangguan refraksi yang tidak dikoreksi. Di Jepang, prevalensi berkisar 12,3 pada mahasiswa Uchino et al., 2008. Di Taiwan, Shihpai menunjukkan prevalensi 33,7 dengan faktor risiko utama umur dan jenis kelamin wanita Lin et al., 2003. Di Malaysia, prevalensi sindrom mata kering 14,4 Jamaliah et al., 2002. Di Indonesia, Kepulauan Riau, menunjukkan prevalensi 27,5 pada penduduk berusia di atas 21 tahun dengan faktor risiko utama umur, rokok, dan pterigium Lee et al.., 2002. Di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, Chaironika 2011 menemukan 76,8 prevalensi SMK pada wanita yang telah menopause.

2.5.3. Klasifikasi Sindroma Mata Kering