Tabel 2.2. Gejala Sindroma Mata Kering pada Pengguna Komputer
Gejala Keluhan
Sumber Mata terasa kering
47 56
66 85
Jamalilah et al., 2002 Hiroko, 2007
Dehghani et al., 2008 Murtopo et al., 2005
Mata lelah 46,4
51 65
69,7 76,8
90,4 97,8
Bhanderi et al., 2008 Fenga et al., 2007
Dehghani et al., 2008 Hiroko, 2007
Amalia et al., 2010 Shofwati et al., 2010
Bali et al., 2007
Mata terasa terbakar 28,1
79 Edema et al., 2010
Dehghani et al., 2008 Mata terasa perih
31,51 Megwas et al., 200
Mata terasa gatal 5,48
Megwas et al., 2009 Mata merah
40,6 61,2
Edema et al., 2010 Bali et al., 2007
Mata berair 19,68
56,8 66,4
Megwas et al., 2009 Edema et al., 2010
Bali et al., 2007 Penglihatan kabur sesaat kembali
dengan berkedip 5,1
10,3 10,96
50 52
Broumand et al., 2008 Megwas et al., 2009
Mocci, 2001 Edema et al., 2010
Sirikul et al., 2009
Fotofobia sensitif terhadap cahaya 34,8
Bali et al., 2007 Seperti ada benda asing berpasir
Megwas et al., 2009
2.8. Jam Istirahat Bagi Pengguna Komputer
“Istirahat”, satu manuver yang paling tepat untuk mencegah SMK akibat lama penggunaan komputer Balci et al., 2003; Blehm et al., 2005. Akan tetapi,
masih sedikit penelitian mengenai jam istirahat yang ideal. Perlu diingat pula bahwa interupsi yang terlalu sering akan membawa dampak yang kurang efektif
terhadap pekerjaan yang sedangan dikerjakan. NIOSH 1981 dan OSHA 1997 menganjurkan setiap 2 jam, seorang
pengguna komputer harus beristirahat 10 menit. Waktu istirahat lain yang dianjurkan cukup bervariasi yaitu 10 menit setiap 50 menit Karwowski, 1994,
10 menit setiap 1 jam Kopardekar et al., 1984, 30 menit setiap 3½ jam Asfour, 1987, 5 menit setiap 1 jam Kanitkard et al., 2005, dan 15 menit setiap 2 jam
Andriana, 2010. Istirahat 5 menit setiap 30 menit atau 10 menit setiap jam
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
menunjukkan peningkatan produktivitas yang sama dan agar tidak mengganggu pekerjaan dipilih 10 menit setiap 1 jam Kopardekar et al., 1994.
Istirahat juga dapat diikuti dengan relaksasi menurut rumus 20-20-20. Waktu istirahat 20 detik setiap 20 menit dengan cara melihat ke arah lain yang
berjarak kira-kira 20 kaki dan bisa sambil mengedipkan mata 10 kali. Relaksasi mata lain adalah dengan cara melihat ke tempat yang jauh 10-15 detik, kemudian
melihat ke tempat yang dekat 10-15 detik dan ulangi kembali selama 10 kali Mayoclinic, 2006.
Di Indonesia, waktu kerja maksimal adalah 8 jam, break setengah jam setiap 4 jam, dan rest 8 jam Menteri Tenaga Kerja RI, 1993. Belum ada regulasi
secara spesifik mengenai batas waktu penggunaan komputer bagi pekerja di Indonesia. Di Belanda, pengguna komputer dibatasi menggunakan komputer
maksimal 6 jam per hari dan bahkan bagi pekerja bank yang menggunakan komput er, jam kerja dibatasi 5 jam per hari Taylor et al., 2007
2.9. Diagnosis Sindrom Mata Kering pada Pengguna Komputer
Sering sekali hasil pemeriksaan SMK secara subjektif berbeda dengan pemeriksaan objektif Jamaliah et al., 2002; Nichols et al., 2004b; Savini et al.,
2008. Kebanyakan tes diagnostik tidak distandardisasi sehingga menimbulkan hasil yang berbeda-beda dalam setiap penelitian. Tidak ada kesepakatan mengenai
gold standard dan cut-off value tiap-tiap pemeriksaan SMK Foulks et al., 2003. Selain itu, SMK yang ringan tidak akan memberikan hasil yang patologis pada tes
Schirmer, tes BUT, mapun tes objektif lain sebab penderita masih dapat mengompensasi dengan refleks berair sehingga SMK timbul hilang Palakuru, et
al., 2007. Walaupun demikian, pengelompokkan derajat keparahan SMK secara umum menurut DEWS 2007 harus memenuhi kriteria tes subjektif dan tes
objektif. Kriteria tes subjektif berupa gejala SMK dan kriteria tes objektif berupa tanda SMK.
Nichols 2004b dan DEWS 2007 menyebutkan bahwa SMK dapat didiagnosis dari kumpulan gejala yang biasanya dilakukan melalui instrumen
kuesioner. Schaumberg 2007 melakukan validasi pada kuesioner SMK yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
tersebut dibuat dengan berlandaskan Visual Analogue Scale VAS. Kuesioner tersebut disebut Symptoms Assessment in Dry Eye SANDE Questionnaire.
Sebelumnya, Pearce et al. 2005 telah menyebutkan bahwa keluhan gejala sindrom mata kering lebih sensitif dianalisis dengan VAS dibanding pertanyaan
kategori seperti langsung menyuruh responden mencontreng ringan, sedang, dan berat tanpa parameter yang jelas. Visual Analogue Scale juga banyak digunakan
sebagai indikator keberhasilan terapi sindrom mata kering Asbell et al., 2006. Lima puluh dua penderita yang terdiagnosis SMK diberikan kuesioner
SANDE untuk evaluasi hasil pengobatan selama 2 dan 4 bulan. Hasil statistik menunjukkan regresi yang menurun. Validasi dilakukan dengan uji statistik
Tukey, analisis Bland-Altman, dengan dengan hasil 50 titik-titik pada plot berjarak tidak lebih dari 10 mm, 80 tidak lebih dari 20 mm, dan 95 berjarak
tidak lebih dari 30 mm. Reliabilitas menunjukkan nilai inter-class correlation coefficient 0,53-0,76 dengan memberikan kuesioner beberapa hari setelah
pemberian kueseioner pertama sekali. Salamanca et al. 2010 juga menggunakan kuesioner SANDE dalam menilai gejala SMK pada penelitiannya.
Menurut Pates et al. 2003, nilai VAS 0-40 termasuk SMK ringan, nilai VAS 40-70 termasuk SMK sedang, nilai VAS termasuk 70-100 berat. Penelitian
Garcia et al. 2007 menunjukkan rata-rata penderita SMK menunjukkan nilai VAS sebesar 43,04. Asbell et al. 2006 menyebutkan bahwa penderita mata
kering biasanya mengeluhkan ketidaknyamanan pada mata dalam rentang 70-100. Visual Analogue Scale untuk menilai keparahan SMK biasanya dibuat
dalam bentuk garis lurus vertikal sepanjang 100 mm dengan nilai 0 di paling bawah dan 100 di paling atas. Nilai 0 menunjukkan tidak ada keparahan
sedangkan nilai 100 menunjukkan sangat parah Williams et al., 2010. Responden dipersilahkan untuk memberikan tanda silang X pada garis tersebut
yang mengindikasikan seberapa parah gejala SMK ia alami. Nilai keparahan diukur dengan penggaris dengan mengukur jarak antara nilai 0 dan tanda silang
Schaumberg et al., 2007. Tidak ada perbedaan menggunakan skala 100 mm dan 150 mm p 0,01 Chaput et al., 2010. Kuesioner lain yang terkenal seperti
McMonnies Dry Eye History Questionnaire, Dry Eye Questionnaire DEQ,
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Canada Dry Eye Epidemiology Study CANDEES, Ocular Surface Disease Index OSDI, Women’s Health Study questionnaire, dalam hal ini tidak cocok untuk
menilai SMK pada pengguna komputer sebab SMK yang dinilai berkaitan dengan aktivitas sehari-hari sedangkan SMK pada pengguna komputer biasanya hanya
bersifat temporer tetapi muncul dengan pola repetitif.
2.10. Komplikasi Sindroma Mata Kering