memanjang melebihi BUT dan terjadi sebelum periode berkedip setelahnya Schaefer et al., 2009. Dengan evaporasi meningkat dan waktu pembentukan TF
yang tidak dapat mengimbangi cepatnya ruptur TF, TF akan pecah dan SMK mulai dialami Wolkoff et al., 2005; Kimball et al., 2009. Evaporasi yang
berlebihan dapat berkontribusi terhadap peningkatan osmoralitas mata kering Craig et al., 2000. Suhu dan kelembaban yang terlalu rendah akibat evaporasi
juga dapat mencetuskan ruptur TF Wolkoff et al., 2005. Pemecahan TF pada orang normal biasanya dimulai dari daerah inferior,
sedangkan pada penderita mata kering biasanya pada bagian sentral dan superior akibat efek langsung dari evaporasi berlebihan Himebaugh et al., 2009.
Pemecahan TF juga terjadi secara irregular meninggalkan tepi TF tanpa dukungan TF bagian tengah. Ruptur PTF akan terjadi dalam waktu yang singkat dan
menginduksi ruptur yang semakin luas lagi. Kerusakan pada permukaan okular juga akan timbul Naranayan et al., 2006.
Musin yang berkurang akibat evaporasi berlebihan menyebabkan terbentuknya dry spot yang dapat menginduksi refleks pengeluaran air mata
sebagai kompensasi Gipson et al., 2004. Selain itu, penurunan suhu di permukaan kornea akibat evaporasi juga merangsang saraf termosensitif dan
menginduksi kompensasi refleks berkedip Hirata et al., 2010. Kompensasi refleks berkedip disertai pengeluaran air mata akan mengatasi keadaan mata
kering. Akan tetapi, bila hal ini dialami terus-menerus setiap hari, air mata tidak lagi seadekuat kompensasi awal. Refleks berkedip bahkan akan menyebabkan
peningkatan kerusakan mekanik akibat gesekan berlebihan kelopak mata pada permukaan okuler Yokoi et al., 2008; Ward et al., 2010 sebab adanya evaporasi
berlebihan dan hipofungsi lakrimal. Jadi, refleks berkedip malah akan melengkapi lingkaran setan dari serangkaian perjalanan SMK.
2.7. Lama Penggunaan Komputer dan Sindroma Mata Kering
Peningkatan jumlah keluhan oftalmikus dan lamanya waktu bekerja ditemukan berkaitan erat Nakazawa et al., 2002; Sen et al., 2007. Banyak
penelitian yang menunjukkan adanya hubungan erat antara lama penggunaan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
komputer terhadap perburukan gejala mata kering DEWS, 2007; Uchino et al., 2008. Namun, hasil yang dilaporkan cukup bervariasi. Selain itu, belum jelas
dibedakan antara lama penggunaan komputer secara terus-menerus, per hari, atau riwayat lama penggunaan komputer.
Penelitian University of South Carolina mengategorikan penggunaan komputer ringan 2 jam, sedang 2-4 jam, dan berat 4 jam per hari. Penelitian
Taylor 2007 di 16 negara di dunia menunjukkan rata-rata lama penggunaan komputer per harinya adalah sekitar 5 jam. Penelitian Sen et al. 2007
menunjukkan hampir setengah dari pengguna komputer menggunakan komputer secara terus-menerus tanpa istirahat lebih dari 2 jam per harinya. Penelitian
Hoesin et al. 2007 di 16 kota di Indonesia menunjukkan rata-rata penggunaan komputer di Indonesia kurang dari 5 jam per hari. Di Bantul, 7 pengguna
komputer menggunakan komputer dalam intensitas yang rendah, 3 dengan intensitas sedang, dan 83 dengan intensitas tinggi. Indriawati et al., 2008.
Penelitian Dewi et al. 2009 di kantor samsat Palembang menunjukkan 75 pekerja menggunakan komputer menggunakan komputer lebih dari 4 jam.
Sen et al. 2007 menunjukkan ada hubungan signifikan antara lama penggunaan komputer terus-menerus dengan sindroma mata kering. Akan tetapi,
kaitan dengan lama penggunaan komputer rata-rata per hari tidak begitu bermakna. Dengan menggunakan kuesioner berskala 1-10 ditunjukkan bahwa
gejala yang paling sering dialami adalah kelelahan pada mata dengan skor 4,5; terbakar pada mata 3,3; gangguan pemfokusan mata 2,7. Angka tertinggi 7
didapatkan pada gejala terbakar pada mata pada pengguna komputer lebih dari 6 jam per hari. Nakamura et al. 2010 juga menunjukkan adanya hubungan antara
riwayat lama penggunaan komputer dengan p= 0,012. Penelitian Shima et al. 1993 menunjukkan peningkatan gangguan mata
pada pekerja pengguna komputer lebih dari 1 jam per hari. Broumand et al. 2008 menunjukkan perburukan gejala pada pengguna komputer lebih dari 2 jam
per hari. Penelitian Kanitkar et al. 2005 dan Amalia et al. 2010 menunjukkan SMK dialami pengguna komputer lebih dari 3 jam per hari. Penelitian Fenga et al.
2007 menunjukkan mata kering mayoritas dialami pengguna komputer lebih
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dari 4 jam per hari. Penelitian Uchino et al. 2008 menunjukkan keluhan SMK menunjukkan hasil yang signifikan pada pelajar pengguna komputer lebih dari 4
jam per hari dengan mayoritas pelajar wanita dan pengguna lensa kontak. Penelitian Nakazawa et al. 2002 dan Honda 2007 menunjukkan peningkatan
bermakna keluhan mata kering pada pekerja pengguna komputer lebih dari 5 jamhari. Penelitian Hanne et al. 1994 dan Shigenori et al. 2002 menunjukkan
baru timbul keluhan mata kering pada pengguna komputer lebih dari 6 jam. Penelitian Sen et al. 2007 menunjukkan gejala mata kering umumnya
dikeluhkan setelah 3 jam penggunaan komputer secara terus-menerus atau setelah 6 jam penggunaan komputer tidak terus-menerus.
Parwati 2004 menyatakan gejala oftalmikus timbul setelah 2 jam penggunaan komputer secara terus-menerus. Akan tetapi, penelitian Sadri 2003
dengan menggunakan tes Schirmer tidak menunjukkan adanya perbedaan sekresi air mata sebelum dan setelah 2 jam penggunaan komputer terus-menerus.
Penelitian Hiroko 2007 menunjukkan variasi 1-4 jam penggunaan komputer atas kejadian SMK. Sen et al. 2007 menyatakan bahwa gejala SMK umumnya
dikeluhkan setelah 3 jam penggunaan komputer secara terus-menerus atau setelah 6 jam penggunaan komputer tidak terus-menerus.
Berbagai penelitian di atas menunjukkan variasi antara pada pengguna komputer intensitas yang bagaimanakah bisa memberikan hasil yang signifikan
terhadap kejadian SMK. Bahkan, penelitian objektif mata kering dengan uji stabilitas air mata prekorneal, kondisi lapisan lemak air mata, tidak menunjukkan
adanya hubungan dengan lama bekerja menggunakan komputer. Tes Schirmer baru menunjukkan hubungan yang bermakna pada penggunaan komputer 8
jamhari Nakamura et al., 2010. Gejala yang berhubungan dengan SMK yaitu mata terasa kering, mata
lelah, mata terasa terbakar, mata terasa perih, mata terasa gatal, mata merah, mata berair, penglihatan kabur sesaat kembali dengan berkedip, fotofobia sensitif
terhadap cahaya, dan seperti ada benda asing AOA, 2002; DEWS, 2007. Berikut ini adalah proporsi setiap gejala SMK yang dialami pengguna komputer:
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Gejala Sindroma Mata Kering pada Pengguna Komputer
Gejala Keluhan
Sumber Mata terasa kering
47 56
66 85
Jamalilah et al., 2002 Hiroko, 2007
Dehghani et al., 2008 Murtopo et al., 2005
Mata lelah 46,4
51 65
69,7 76,8
90,4 97,8
Bhanderi et al., 2008 Fenga et al., 2007
Dehghani et al., 2008 Hiroko, 2007
Amalia et al., 2010 Shofwati et al., 2010
Bali et al., 2007
Mata terasa terbakar 28,1
79 Edema et al., 2010
Dehghani et al., 2008 Mata terasa perih
31,51 Megwas et al., 200
Mata terasa gatal 5,48
Megwas et al., 2009 Mata merah
40,6 61,2
Edema et al., 2010 Bali et al., 2007
Mata berair 19,68
56,8 66,4
Megwas et al., 2009 Edema et al., 2010
Bali et al., 2007 Penglihatan kabur sesaat kembali
dengan berkedip 5,1
10,3 10,96
50 52
Broumand et al., 2008 Megwas et al., 2009
Mocci, 2001 Edema et al., 2010
Sirikul et al., 2009
Fotofobia sensitif terhadap cahaya 34,8
Bali et al., 2007 Seperti ada benda asing berpasir
Megwas et al., 2009
2.8. Jam Istirahat Bagi Pengguna Komputer