MOTIVASI DAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN KELOMPOK WANITA TANI (KWT) “SEDYO RAHAYU” DI DUSUN POLAMAN, DESA ARGOREJO, KECAMATAN SEDAYU, KABUPATEN BANTUL

(1)

LAPORAN PENELITIAN

Oleh:

Retno Wulandari, SP, M.Sc Afifah Hasanah (20110220013) Lintia Putri Nanda (20110220032)

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA JUNI 2016

MOTIVASI DAN PARTISIPASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN KELOMPOK WANITA TANI (KWT) “SEDYO RAHAYU” DI DUSUN POLAMAN, DESA

ARGOREJO, KECAMATAN SEDAYU, KABUPATEN BANTUL KEMITRAAN


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

1. a. Judul Penelitian : Motivasi dan Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT) “Sedyo Rahayu” di Dusun Polaman, Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul

b. Bidang Ilmu : Pertanian

c. Kategori Penelitian : Peningkatan Ketahanan Pangan 2. Ketua Peneliti

a. b. c. d. e. f. g.

Nama Lengkap dan gelar Jenis Kelamin

Golongan, Pangkat dan NIK Jabatan Fungsional Jabatan Struktural Fakultas/ Jurusan Pusat Penelitian : : : : : : :

Retno Wulandari, SP, M.Sc Perempuan

IIIB / 19770307200104133055 Asisten Ahli

-Pertanian/ Agribisnis LP3M UMY

3. Jumlah Anggota Peneliti : 2 orang

4. Lokasi Penelitian : Dusun Polaman, Desa Argorejo Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul

5. Lama Penelitian : 4 bulan

6. Biaya yang diperlukan : Rp 6.000.000 (Enam juta rupiah)

Yogyakarta, 21 Juni 2016 Mengetahui

Ketua Program Studi Ketua Peneliti

Ir. Eni Istiyanti, MP Retno Wulandari, SP, M.Sc NIP:19650120198812133003 NIK : 197703072001041330

Mengetahui Kepala LP3M UMY

Dr. Hilman Latif, SH, M.HUM NIK: 19755091220000411033


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... i

DAFTAR ISI...ii

JUDUL PENELITIAN... 6

TEMA ... 6

I. PENDAHULUAN ... 7

A. Latar belakang ... 7

B. Tujuan... 9

C. Kegunaan... 10

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Kelembagaan pertanian... 11

B. Kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari ... 13

C. Motivasi Anggota Kelompok... 14

D. Partisipasi Anggota dalam Kelompok... 17

E. Manfaat Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari Projotamansari ... 19

III. METODE PENELITIAN... 21

A. Metode Penentuan Lokasi ... 21

B. Metode Pengambilan Responden ... 21

C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data... 21

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 22

E. Analisis Data ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 27

A. Profil Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu... 27

1. Sejarah Kelompok ... 27

2. Struktur Kepengurusan Kelompok ... 29

3. Profil Anggota Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu ... 33

4. Kegiatan Kelompok Wanita Tani... 37

5. Prestasi Kelompok... 43

B. Motivasi Anggota dalam Kegiatan Kelompok Wanita Tani... 44

C. Partisipasi Anggota Dalam Kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan ... 48

1. Partisipasi Anggota Dalam Sosialisasi ... 48

2. Partisipasi Anggota Dalam Pelatihan ... 51

3. Partisipasi Anggota Dalam Pelaksanaan Lapangan ... 54

D. Manfaat Kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari... 61


(4)

2. Manfaat Ekonomi ... 62

3. Manfaat Sosial ... 63

V. PENUTUP ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 1


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Kategori Partisipasi Dalam Sosialisasi ... 25

Tabel 2. Kategori Partisipasi Dalam Pelatihan ... 25

Tabel 3. Kategori Skor Partisipasi Pelaksanaan... 26

Tabel 4. Perkembangan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu ... 29

Tabel 5. Profil Pengurus Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu... 33

Tabel 6. Profil Anggota Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu... 35

Tabel 7. Distribusi frekuensi perolehan motivasi tiap kegiatan kelompok... 44

Tabel 8. Jumlah Kehadiran Anggota dalam Sosialisasi ... 49

Tabel 9. Partisipasi Anggota Dalam Sosialisasi... 49

Tabel 10. Partisipasi Anggota Dalam Pelatihan... 52

Tabel 11. Partisipasi Anggota Dalam Pelaksanaan Lapangan ... 55


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Hubungan Level Teori Maslow dan ERG... 16 Gambar 2. Struktur Kepengurusan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu... 30


(7)

JUDUL PENELITIAN

Motivasi dan Partisipasi Anggota dalam Kegiatan Kelompok Wanita Tani (KWT) “Sedyo Rahayu” di Dusun Polaman, Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul

TEMA


(8)

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang

Pembangunan ketahanan pangan di Indonesia akan mudah dicapai jika didasarkan pada beberapa hal antara lain, penyediaaan pangan berbasis pemanfaatan ketersediaan sumberdaya lokal, baik sumber daya alam, manusia, teknologi dan sosial; efisiensi ekonomi dengan tetap memperhatikan keunggulan kompetitif wilayah; distribusi yang mengacu pada pasar yang kompetitif serta perbaikan mutu dan konsumsi aneka ragam pangan (Hanafie, 2010).

Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan kewajiban semua pihak untuk mewujudkannya. Penanganan masalah pangan akan memerlukan usaha kerjasama berbagai kelompok yang berkepentingan. Perencanaan untuk meningkatkan pengadaan pangan pada tingkat masyarakat yang tinggal didaerah pertanian adalah penting, baik untuk pembangunan nasional maupun untuk kesejahteraan manusia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yakni dengan menciptakan kemandirian pangan agar tercapai kebutuhan pangan yang dikehendaki (Suhardjo, 2009).

Kelompok yang terbentuk sebagai suatu sistem sosial tentu saja bukan hanya sebagai wadah untuk berkumpul, akan tetapi kelompok memiliki fungsi yang dapat dirasakan oleh anggota kelompok. Cartwright dan Zander (1968) menyebutkan bahwa ada empat fungsi kelompok yaitu: (1) media pencapaian tujuan bersama (goal achievement), (2) media usaha untuk mempertahankan kehidupan kelompok (group maintenance), (3) media untuk membantu anggota kelompok memperkuat kemampuannya, dan (4) media untuk membantu menetapkan hubungan dengan lingkungan sosialnya

Kelompok yang berhubungan dengan pertanian ialah kelompok tani. Kelompok tani merupakan kumpulan petani/ peternak/ pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, lingkungan ekonomi, lingkungan sumberdaya, kesamaan komoditas dan keakraban untuk meningkatandan mengembangkan usaha anggota (Permentan Nomor 82 Tahun 2013). Selain kelompok tani terdapat juga kelompok wanita tani yang anggotanya terdiri dari wanita tani dan berkecimpung dalam kegiatan pertanian. Wanita tani merupakan perempuan yang dewasa maupun muda dalam keluarga petani dan masyarakat pertanian yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dan ikut bertanggung jawab dalam


(9)

kegiatan usaha tani dan kegiatan lainnya yang berhubungan dengan usaha peningkatan kesejahteraan keluarganya yang tentunya tidak dapat terlepas dari motivasi masing-masing individu.(Departemen Pertanian,2007)

Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahyu merupakan Kelompok Wanita Tani yang berada di Dusun Polaman, Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul. Kelompok wanita tani ini sudah berdiri sejak tahun 1996 akan tetapi kurang aktif dalam pelaksanaan kegiatannya. Namun, pada tahun 2006 Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu mulai aktif kembali dengan mengadakan kegiatan-kegiatan rutinnya, seperti pertemuan rutin, piket rutin di saung KWT dan melakukan produksi berbagai macam produk olahan. Sejak 8 tahun terakhir KWT “Sedyo Rahayu” mengalami pengembangan diantaranya dalam hal pengelolaan usaha kelompok, produksi, kemitraan dan permodalan. Perkembangan kelompok tidak lepas dari peran anggota dan lembaga pendukung. Dari perkembangan yang terjadi, KWT Sedyo Rahayu pernah mendapatkan juara 1 sebagai KWT terbaik di Kabupaten Bantul dan juara 2 sebagai KWT terbaik se-DIY pada tahun 2007. Kemapuan anggota KWT dalam mengolah produk olahan didapatkan dari pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Provinsi DIY, Dinas Pertanian Bantul, BKPPP dan BPP Sedayu. Selain membantu pelatihan pemerintah juga membantu dalam hal permodalan. Pemberian bantuan ini biasanya diberikan dalam bentuk barang pendukung yang bertujuan untuk mengembangkan usaha KWT.Untuk itu perlu diketahui bagaimana profil dan motivasi anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Sedyo Rahayu di Desa Agrorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul.

Salah satu kegiatan unggulan kelompok yaitu kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Lestari Projotamansari. Dalam kegiatan P2KP yang menjadi sasaran atau penerima manfaat dan pelaksana kegiatan P2KP yaitu kelompok wanita tani seluruh Indonesia yang sudah eksis dan beranggotakan minimal 30 orang rumah tangga serta lokasinya saling berdekatan. Kelompok wanita tani dirasa cukup berperan penting karena wanita menentukan status nutrisi rumah tangga. Dalam kegiatan ini diharapkan masyarakat melalui kelompok wanita tani dapat memperoleh pangan yang Beragam Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) seperti yang menjadi tujuan pada kegiatan P2KP. (Pedoman P2KP, 2014)

Kabupaten Bantul sebagai salah satu Kabupaten yang ada di D.I Yogyakarta ikut andil dalam kegiatan P2KP yang dibentuk oleh pemerintah pusat. Dalam kegiatan P2KP, Badan


(10)

Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluh (BKPPP) Kabupaten Bantul mengembangkan kawasan Rumah Tangga Pangan Lestari Projotamansari. Menurut data dari BKPPP Kabupaten Bantul, kelompok wani tani yang disetujui untuk mendapatkan alokasi dana guna mengembangkan kegiatan tersebut sebanyak 12 kelompok.

Pada tahun 2014 KWT ”Sedyo Rahayu” mendapatkan bantuan dari BKPPP Bantul berupa benih ikan lele dan ayam sebagai bagian dari kegiatan kawasan Rumah Tangga Pangan Lestari Projotamansari. Bantuan lele dan ayam yang diterima oleh Kelompok Wanita Tani “Sedyo Rahayu” selanjutnya dibagikan kepada anggota KWT. Anggota KWT membudidayakan ikan lele dan ayam dirumah masing-masing anggota dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Kegiatan budidaya ikan lele dan ayam dilakukan secara mandiri mulai dari persiapan tempat, perawatan hingga pemanenan. Dalam setiap harinya anggota mencatat setiap perkembangan dari pertumbuhan ikan lele dan ayam sampai dengan hasil panen yang diperoleh dan pemanfaatan hasil panen. Pencatatan yang dilakukan anggota selanjutnya dilaporkan kepada pengurus kelompok pada saat pertemuan rutin yang dilakukan setiap Hari Selasa Legi. Hasil budidaya ikan lele dan ayam tersebut menjadi hak anggota untuk dikonsumsi bersama anggota keluarga, akan tetapi apabila hasil budidayanya berlebih maka dapat pula dijual.

Partisipasi anggota kelompok dalam mengelola kegiatan Kawasan Rumah Tangan Pangan Lestari Projotamansari merupakan faktor penting dalam keberhasilan kegiatan tersebut. Selain itu apabila anggota berpartisipasi aktif dalam mengelola kegiatan maka anggota diharapkan akan mendapatkan manfaat dari kegiatan yang dilakukan. Melihat dari kegiatan dan partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu, menarik untuk diketahui bagaimana sebetulnya partisipasi anggota dan apa manfaat yang diperoleh anggota KWT “Sedyo Rahayu” dalam kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Lestari Projotamansari.

B. Tujuan

1. Mengetahui profil Kelompok Wanita Tani “Sedyo Rahayu” di Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul.

2. Mengetahui motivasi anggota Kelompok Wanita Tani “Sedyo Rahayu” dalam kegiatan kelompok di Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul.


(11)

3. Mengetahui partisipasi anggota Kelompok Wanita Tani “Sedyo Rahayu” terhadap kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Lestari Projotamansari.

4. Mengetahui manfaat yang diperoleh anggota Kelompok Wanita Tani “Sedyo Rahayu” dari kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Lestari Projotamansari.

C. Kegunaan

1. Bagi Penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan, pengalaman dan informasi mengenai motivasi dan partisipasi anggota terhadap kegiatan kelompok wanita tani.

2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan motivasi dan partisipasi anggota dalam kegiatan kelompok wanita tani 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi kelompok wanita tani lain dalam memotivasi anggota


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelembagaan Pertanian

Kelembagaan pertanian diarahkan untuk tumbuh menjadi unit ekonomi yang efisien dan bermanfaat bagi anggotanya, antara lain yang sudah kuat seperti BUMN dan swasta nasional lainnya. Untuk itu berbagai langkah kebijakan pemberdayaan aparatur pertanian perlu dilakukan dengan harapan dapat diwujudkan kelembagaan pertanian yang efektif dan efisien, sehingga gambaran sektor pertanian dapat menjadi tangguh atau tidak, sangat tergantung pada intern pertanian sendiri, kebijakan dan politik nasional dan tergantung pula pada kinerja berbagai kelembagaan (Rohaeti 2006).

Menurut Prihartono (2009), yang dimaksud lembaga (institution) adalah organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Lembaga-lembaga dalam masyarakat ada yang berasal dari adat kebiasaan mereka turun-temurun tetapi ada pula yang baru diciptakan baik dari dalam maupun mengadopsi dari luar.

Kelembagaan ditinjau dari sudut organisasi merupakan sistem organisasi dan kontrol terhadap sumberdaya. Dipandang dari sudut individu, kelembagaan merupakan gugus kesempatan bagi individu dalam membuat keputusan dan melaksanakan aktivitasnya. Dari dua sudut pandang tersebut, model kelembagaan agribisnis beras yang akan dikembangkan harus ada muatan kolektif melalui organisasi kelompok yang akan mengatur bagaimana kelembagaan tersebut dapat memiliki kontrol dan akses terhadap sumberdaya dalam rangka pengembangan agribisnis beras. Di sisi lain pengembangan agribisnis beras akan berhasil kalau ada insentif individu dalam memasuki bisnis perbesaran. Dari sudut pandang individu, adanya semangat kewirausahaan akan menghasilkan daya inovasi dan kreasi tinggi yang diperlukan sebagai energi dalam menghasilkan beras berkualitas sesuai permintaan pasar dan preferensi konsumen.

Kelembagaan dapat berupa adat istiadat, tradisi, aturan-aturan, atau hukum formal yang mengatur hubungan antar individu dalam suatu masyarakat terhadap sumberdaya. Kelembagaan inilah yang mengatur siapa yang boleh berpartisipasi dalam mengambil keputusan, mengatur siapa memperoleh apa dan berapa banyak. Kelembagaan menentukan apa yang boleh dilakukan


(13)

dan apa yang tidak boleh dilakukan. Implikasinya adalah kelembagaan inilah yang menentukan distribusi pendapatan dalam suatu masyarakat. Dalam hal peningkatan produksi padi, kelembagaan pasar dan bukan pasar seperti Bimas memegang peranan penting dalam alokasi dan distribusi sumberdaya manfaat.

Kelembagaan dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu top down dan bottom up. Kelembagaan top downartinya kelembagaan yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan awal serta pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya kegiatan yang berawal dari perencaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu berpengaruh, contohnya KUD. Sedangkan kelembagaan bottom up artinya kelembagaan yang dilakukan dimana masyarakat lebih berperan dalam hal pemberian gagasan awal sampai dengan mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan sedangkan pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam suatu jalannya kegiatan, contohnya lumbung pangan karena lumbung pangan adalah lembaga yang dirintis oleh masyarakat dan dari keinginan masyarakat itu sendiri. Berikut ini merupakan kelebihan dan kekurangan dari 2 kelembagaan ini.

1. Adapun kelebihan dari sistem top downadalah

a. Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan kegiatan tersebut sudah dapat berjalan sendiri karena adanya peran pemerintah yang optimal.

b. Hasil yang dikeluarkan bisa optimal dikarenakan biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh pemerintah.

c. Mengoptimalkan kinerja para pekerja dipemerintahan dalam menyelenggarakan suatu kegiatan.

2. Kelemahan sistem top downadalah

a. Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran pemerintah yang lebih dominan bila dibanding peran dari masyarakat itu sendiri.

b. Masyarakat tidak bisa melihat sebarapa jauh suatu kegiatan telah dilaksanakan.

c. Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu kegiatan tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan kegiatan tersebut dari awal hingga akhir.


(14)

d. Tujuan utama dari kegiatan tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada masyarakat tidak terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami hal-hal yang diperlukan oleh masyarakat.

e. Masyarakat akan merasa terabaikan karena suara mereka tidak begitu diperhitungkan dalam proses berjalannya suatu proses.

f. Masyarakat menjadi kurang kreatif dengan ide-ide mereka.

3. Kelebihan dari sistem bottom upadalah

a. Peran masyarakat dapat optimal dalam memberikan masukan atau ide-ide kepada pemerintah dalam menjalakan suatu kegiatan.

b. Tujuan yang diinginkan oleh masyarakat akan dapat berjalan sesuai dengan keinginan masyarakat karena ide-idenya berasal dari masyarakat itu sendiri sehingga masayarakat bisa melihat apa yang diperlukan dan apa yang diinginkan.

c. Pemerintah tidak perlu bekerja secara optimal dikarenakan ada peran masyarakat lebih banyak.

d. Masyarakat akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide yang yang akan digunakan dalam suatu jalannya proses suatu kegiatan.

4. Kelemahan dari sistem bottom upadalah

a. Pemerintah akan tidak begitu berharga karena perannya tidak begitu besar.

b. Hasil dari suatu kegiatan tersebut belum tentu biak karena adanya perbadaan tingkat pendidikan dan bisa dikatakan cukup rendah bila dibanding para pegawai pemerintahan. c. Hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan berjalan lebih baik karena adanya

silih faham atau munculnya ide-ide yang berbeda dan akan menyebabkan kerancuan bahkan salah faham antara masyarakat dengan pemerintah dikarenakan kurang jelasnya masing-masing tugas dari pemerintah dan juga masyarakat.

B. Kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari

Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari dilakukan melalui upaya pemberdayaan wanita untuk mengoptimalkan manfaat pekarangan sebagai sumber pangan keluarga seperti


(15)

aneka umbi, sayuran, buah serta budidaya ternak dan ikan sebagai tambahan untuk ketersediaan sumber karbohidrat, vitamin, mineral dan protein bagi keluarga pada suatu lokasi kawasan perumahan atau warga yang saling berdekatan (Pedum P2KP, 2014).

Kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari di Kabupaten Bantul merupakan usaha dari pemerintah untuk dapat mencapai pola konsumsi B2SA untuk memenuhi skor PPH yang ideal dengan menanam tanaman buah-buahan, sayuran, peternakan dan perikanan. Komitmen pemerintah Daerah bantul untuk pemanfaatan pekarangan didukung oleh adanya Intruksi Bupati No. 3 Tahun 2012 tentang Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari. Kemudian Intruksi Bupati tersebut ditindak lanjuti oleh BKPPP Bantul dan kegiatan pemanfaatan pekarangan yang dilakukan di Kabupaten bantul bernama Kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari.

Sasaran Kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari tahun 2014 adalah 10 Kelompok Wanita Tani (KWT) yang berada di 10 Desa, 5 Kecamatan di Kabupaten Bantul. Pelaksanaan Kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari 2014 diawali dengan identifikasi calon lokasi dan calon penerima manfaat bantuan yang dilakukan oleh tim BKPPP Bantul dan BPP. Setelah didapatkan lokasi maka ditetapkan kelompok peserta kegiatan dengan Surat Keputusan Kepala BKPPP Bantul.

Tujuan Kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari yaitu:

a. Mendorong pemanfaatan pekarangan dengan menanam tanaman buah-buahan, sayuran, perikanan dan peternakan untuk peningkatan konsumsi keluarga,

b. Meningkatkan kesadaran, peran dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pola konsumsi pangan B2SA serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok beras,

c. Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk konsusmsi keluarga.

C. Motivasi Anggota Kelompok

Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan


(16)

potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditentukan (Hasibuan, 2001). Robbins, S.P. dalam Hasibuan (2001) menjelaskan motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan usaha semaksimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi, yang dipengaruhi oleh usaha dan kemampuan upaya individu itu sendiri dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual. Merle J. Moskowits dalam Hasibuan (2001) mendefiniskan motivasi sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku dan pelajaran motivasi sebenarnya merupakan pelajaran tingkah laku. Mathis dan Jackson (2006) mengungkapkan bahwa motivasi adalah keinginan dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak.

Motivasi adalah dorongan yang mengakibatkan seorang anggota organisasi mau atau rela untuk menggerakkan kemampuannya dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dalam waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah di tentukan sebelumnya (Siagian, 2004).

Menurut Achmad Amsakar (2008), ada beberapa indikator pengukuran pada motivasi kelompok tani yaitu : (1) dorongan mencapai tujuan, (2) semangat kerja, (3) inisiatif dan kreativitas, serta (4) rasa tanggung jawab.Adanya motivasi seseorang dalam aktivitasnya selalu dikaitkan dengan kebutuhannya, karena pada dasarnya hal yang mendasari timbulnya motivasi pada seseorang adalah atas desakan kebutuhan, seperti yang ditegaskan Syafrudin, (2005) bahwa hal yang mendasari timbulnya motivasi pada seseorang adalah atas desakan kebutuhan baik primer maupun sekunder.

Teori Herarcy of Need A.H Maslow menyatakan bahwa manusia dimotivasi untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang melekat pada dirisetiap manusia yang cenderung bersifat bawaan. Maslow menyatakan bahwa adasuatu hirarki kebutuhan pada setiap manusia. Setiap orang memberi prioritas padasuatu kebutuhan sampai kebutuhan itu terpenuhi. Jika kebutuhan pertama telahterpenuhi maka kebutuhan kebutuhan kedua akan memegang peranan, demikian seterusnya.

Maslow mengutarakan hasil pemikiran bahwa pada intinya manusia mempunyai 5 tingkat kebutuhan (Hierarchy of Needs) sebagai berikut: a. Kebutuhan fisiologis(Phisiological Needs), merupakan kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang,


(17)

seperti seperti sandang, pangan dan papan. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan dasar inilah yang membuat manusia giat untuk bekerja.b. Kebutuhan Kebutuhan Keselamatan dan Keamanan (Safety Needs),kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk dilindungi dari bahaya dan ancaman fisik.c. Kebutuhan Sosial (Social Affilliation Needs), kebutuhan ini mencakup memberi dan menerima persahabatan, cinta kasih, rasa memiliki (belonging).d. Kebutuhan akan penghargaan diri (Esteen Needs), yaitu pengakuan serta penghargaan dari anggota atau karyawan dan masyarakat lingkungannnya yang terdiri dari dua jenis yaitu faktor internal meliputi kebutuhan harga diri, kepercayaan diri, otonomi, dan kompetensi. Faktor eksternal meliputi kebutuhan untuk dikenali dan diakui prestasi dan faktor eksternal seperti status, pengakuan dan perhatian dari lingkungan. e. Kebutuhan aktualisasi diri (The needs of self-actualization), meliputi kebutuhan untuk menjadi kreatif, kebutuhan untuk dapat merealisasikan potensinya secara penuh dengan menggunakan kemampuan dan keterampilannya untuk mencapai suatu prestasi kerja yang memuaskan.

Alderfer Existence, Relatedness And Growth (ERG) Theory oleh Alderfer. Teori ERG dikemukakan oleh Clayton Alderfer seorang psikolog asal Amerika Serikat, teori ini merupakan simplifikasi dan pengembangan lebih lanjut dari teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow. E (Existenceatau keberadaan); R (Relatedness atau hubungan); G (Growthatau pertumbuhan).


(18)

Ketiga kebutuhan pokok manusia ini diurai Aldelfer sebagai simplifikasi teori hirarki kebutuhan Abraham Maslow sebagai berikut: 1) existence atau keberadaan adalah suatu kebutuhan akan tetap bisa hidup sesuai dengan tingkat kebutuhan tingkat rendah dari Maslow yaitu meliputi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman; 2) relatedness atau hubungan mencakup kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Kebutuhan ini sesuai dengan kebutuhan afiliasi dari Maslow; 3) growth atau pertumbuhan adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk memiliki pengaruh yang kreatif dan produktif terhadap diri sendiri atau lingkungan. Realisasi dari kebutuhan penghargaan dan perwujudan diri dari Maslow.

D. Partisipasi Anggota dalam Kelompok

Menurut Theresia dkk (2014) partisipasi merupakan suatu bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan sukarela yang berasal dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan. Terdapat empat macam kegiatan yang menunjukan partisipasi masyarakat didalam kegiatan pembangunan yaitu:

a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan perlu ditumbuhkan melalui dibukanya forumyang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang kegiatan-kegiatan pembangunan di wilayah lokal setempat atau di tingkat lokal.

b. Partisipasi dalam pelaksaan kegiatan

Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan diartikan sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai dan beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan.

c. Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi pembangunan

Partisipasi masyarakat dalam pemantauan dan evaluasi dimaksudkan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah-masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan.Partisipasi ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan serta perilaku aparat.


(19)

Partisipasi dalam pemanfaatan hasil pembangunan dapat menjadi tolak ukur dari keberhasilan kegiatan yang direncanakan. Selain itu pemanfaatan hasil akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap kegiatan pembangunan yang akan datang.

Hasil penelitian Risky Nurjannah, (2014) menjelaskan bahwa suatu kegiatan dalam pengembangannya maupun dalam menjalankan seluruh kegiatannya mutlak memerlukan sebuah partisipasi dari seluruh lapisan yang terdapat dari anggota maupun instasnsi pendukung lainnya. Melalui partisipasi, segala aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pencapaian tujuan dapat teralisasikan. Partisipasi anggota dalam kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Desa Tualang, Kecamatan Tualang, kabupaten Siak secara keselurahan berada pada kategori tinggi dengan skor 3,88. Hal tersebut dapat dilihat dari 1)Partisipasi anggota dalam perencanaan kegiatan yang diukur dari kehadiran anggota dalam sosialisasi, pelatihan dan proses pengambilan keputusan, sedangkan untuk keaktifan anggota masih rendah; 2)Partisipasi anggota dalam pelaksanaan tinggi dilihat dari kehadiran anggota dalam rapat, gotong royong, menyumbang tenaga dan menyumbang materi, namun untuk menyumbang pikiran masih termasuk rendah; 3)Partisipasi anggota dalam pemanfaatan hasil kegiatan dikatakan tinggi dilihat dari sarana produksi yang dimanfaatkan olehanggota dan manfaat kegiatan yang telah dapat dinikmati oleh anggota; 4)Partisipasi anggota dalam proses penilaian kegiatan dikatakan tinggi dilihat dari penilaian atau pengamatan kegiatan yang dilakukan secara pribadi oleh anggota, pelaksanaan kegiatan M-KRPL yang sesuai dengan perencanaan dan keikutsertaan anggota dalam penilaian hasil kegiatan kelompok.

Preti Askunala (2014) dalam hasil penelitiannya menjelaskan mayoritas anggota KWT yang berada di Kabupaten Bantul memilki partisipasi yang tinggi dalam pengolahan pangan lokal sumber karbohidrat non beras jika dilihat dari 4 komponen yaitu pada pembuatan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi. Dari 4 komponen partisipasi terdapat indicator yang tergolong rendah atau kurang baik yaitu pada partisipasi dalam pembuatan keputusan dan evaluasi.Faktor yang berpengaruh nyata terhadap partisipasi anggota KWT dalam pengolahan pangan lokal sumber karbohidrat non beras adalah faktor umur dan keaktifan anggota.Semakin bertambah umur yang dimilki anggota KWT maka semakin tinggi tingkat


(20)

partisipasi dalam pengolahan pangan lokal sumber karbohidrat non beras.Keaktifan anggota yang semakin tinggi terhadap kegiatan yang diagendakan kelompok menjadikan semakin tinggi pula tingkat partisipasi anggota dalam pengolahan pangan lokal sumber karbohidrat non beras.Faktor-faktor yang tidak berpengaruh nyata terhadap partisipasi anggota KWT dalam pengolahan pangan lokal sumber karbohidrat non beras adalah faktor tingkat pendidikan, luas lahan, peran penyuluh, peran ketua dan harga jual.

E. Manfaat Kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari Projotamansari Bagi Anggota Menurut penelitian (Zahro, 2012) tentang Kontribusi Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari Dalam Mendukung Kesejahteraan Masyarakat di Desa Banjasari, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Desa Banjarsari mulai melakukan optimalisasi pekarangan untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dengan menambah sayuran. Responden penelitian berjumlah 80 KK yang dibagi menjadi 3 klasifikasi strata berdasarkan luas lahan pekarangan dan paket komoditas. Responden strata 1 memilki luas pekarangan 0-100 m² dan memilki komoditas sayuran dengan jumlah responden 30 KK; strata 2 memiliki luas pekarangan >100-200m² dan memilki komoditas sayuran serta ternak dengan jumlah responden 25 KK; strata 3 memilki luas pekarangan >200m² dan memilki komoditas sayuran, ternak serta ikan dengan jumlah responden 25 KK.

Pelaksanaan KRPL Kempling di Desa Banjarsari memberikan manfaat bagi masyarakat, manfaat yang dirasakann yakni manfaat fisik. Manfaat fisik merupakan manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat Desa Banjarsari dalam pelaksanaan KRPL. Hasil dari KRPL Kempling diklasifikasikan menurut kegunaannya yaitu hasil yang dijual, dikonsumsi dan berfungsi sosial. Penggunaan hasil KRPL Kempling dari setiap strata menunjukkan bahwa KRPL Kempling berorientasi untuk memenuhi kebutuhan pangan. Apabila kebutuhan pangan keluarga di Desa Banjarsari sudah terpenuhi, maka sisa penggunaanya diberikan untuk sosial dan dijual. Manfaat fisik yang dirasakan responden strata 1 yaitu rata-rata penggunaan hasil tanaman sayuran berorientasi untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan presentase 62,70 %. Manfaat fisik yang dirasakan responden strata 2 pada pengembangan KRPL yaitu rata-rata penggunaan hasil pekarangan tanaman sayuran berorientasi untuk konsumsi keluarga sebesar 58,26 % dan


(21)

untuk hasil telur ayam buras juga berorientasi pada konsumsi keluarga sebesar 57,00 %. Manfaat fisik yang dirasakn responden strata 3 yaitu untuk penggunaan tanaman sayuran berorientasi pada konsumsi keluarga dengan presentase sebesar 71,46 %, penggunaan ayam buras berorientasi pada konsumsi keluarga sebesar 65,00 % dan penggunaan ikan berorientasi untuk dijual sebesar 55 %.

(Honorita, 2012) melakukan penelitian mengenai Studi Ekonomi Pemanfaatan Lahan Pekarangan Melalui Penerapan Model kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) di Kota Bengkulu. Hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa pemanfaatan lahan pekarangan melalui penerapan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) basis tanaman sayuran, selain dapat membantu memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga juga dapat mengurangi biaya pengeluaran konsumsi sayuran dan meningkatkan pendapatan rumah tangga. Rumah pangan lestari mampu menghemat pengeluaran rumah tangga sebesar Rp. 297.136/ bulan dan menambah pendapatan keluarga rata-rata sebesar Rp. 1.277.363/ tahun.


(22)

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penentuan Lokasi

Penelitian dilakukan di Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu yang terletak di Dusun Polaman, Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Provinsi D.I Yogyakarta dengan alasan :

1. KWT Sedyo Rahayu mendapatkan juara 1 sebagai KWT terbaik di Kabupaten Bantul dan juara 2 KWT terbaik di DIY pada tahun 2007, setelah baru satu tahun aktif kembali pada tahun 2006,

2. Memilki perkembangan dalam kegiatan pertanian, produk awal yang dihasilkan KWT Sedyo Rahayu mulai tahun 2006 yaitu kripik pisang, kripik bonggol pisang, emping melinjo dan emping garut, kemudian bertambah jahe instan, kunir instan, pada tahun 2013 merambah ke budidaya yaitu jamur dan sayuran organik,

3. Dari 33 anggota KWT, hampir semua anggota rutin mengikuti kegiatan kelompok, namun memilki perbedaan atau keragaman partisipasi,

4. Dari 15 KWT yang ada di Kecamatan Sedayu, Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu terpilih untuk menerima dan melaksanakan kegiatan kawasan Rumah Tangga Pangan Lestari Projotamansari tahun 2014,

5. Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu sudah membudidayakan sayuran organik pada tahun 2013 sebelum adanya kegiatan KRPL Projotamansari tahun 2014.

B. Metode Pengambilan Responden

Teknik pengambilan responden menggunakan metode sensus yaitu dengan mengambil semua anggota Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu yang berjumlah 33 orang, terdiri dari 9 orang anggota merangkap pengurus dan 24 orang anggota biasa.

C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari anggota Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan tentang profil anggota KWT seperti umur, tingkat


(23)

pendidikan, pekerjaan, lama menjadi anggota, motivasi, partisipasi dan manfaat kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari. Data primer juga didapatkan dengan melakukan observasi atau pengamatan langsung di KWT Sedyo Rahayu.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu, Kelurahan Argorejo, Kecamatan Sedayu, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluh Pertanian Bantul. Data sekunder meliputi Laporan Kegiatan Kawasan Rumah Tangga Projotamsari KWT Sedyo Rahayu, monografi Desa Argorejo, monografi Kecamatan Sedayu dan Laporan Kegiatan Kawasan Rumah Tangga Projotamsari Kabupaten Bantul.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Profil kelompok wanita tani adalah gambaran menyeluruh mengenai Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu di Dusun Polaman Desa Argorejo Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul yang meliputi sejarah kelompok, struktur organisasi, profil pengurus dan anggota, kegiatan kelompok dan prestasi kelompok.

2. Profil pengurus dan anggota Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu adalah gambaran indentitas diri pengurus dan anggota yang terdiri dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama menjadi anggota.

a. Usia adalah lamanya hidup anggota kelompok wanita tani mulai dari lahir hingga penelitian berlangsung yang dinyatakan dalam satuan tahun.

b. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang ditamatkan oleh anggota kelompok wanita tani, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA) dan Perguruan Tinggi (PT)

c. Pekerjaan pokok adalah jenis mata pencaharian yang dilakukan anggota untuk dijadikan sumber pendapatan dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

d. Lama menjadi anggota adalah lamanya anggota kelompok ikut bergabung dan berinteraksi dalam Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu yang dinyatakan dalam satuan tahun.

3. Motivasi adalah dorongan yang ada pada diri anggota Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu yang dibedakan menjadi 3 kebutuhan motivasi yaitu (existence needs, relatedness needs dan growth needs). existence need yakni apabila anggota termotivasi karena ingin memenuhi kebutuhan dasar untuk keberlangsungan hidup, termotivasi karena relatedness


(24)

needs yakni apabila anggota termotivasi karena untuk memenuhi kebutuhan sosial yaitu berinteraksi dengan orang lain dan termotivasi karena growth needs yakni apabila anggota termotivasi karena ingin memenuhi kebutuhan untuk tumbuh, maju berkembang meningkatkan kemampuan pribadinya dan dapat mengaktualisasikan diri dalam mengikuti kegiatan kelompok yang mencakup kegiatan pertemuan rutin, kegiatan piket rutin, kegiatan produksi produk olahan, kegiatan arisan, kegiatan simpan pinjam dan kegiatan optimalisasi lahan pekarangan.

4. Partisipasi anggota KWT adalah keikutsertaan anggota KWT dalam kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari, yang mencakup, partisipasi dalam sosialisasi, partisipasi dalam pelatihan dan partisipasi dalam pelaksanaan lapangan.

a. Partisipasi dalam sosialisasi adalah keikutsertaan anggota dalam kegiatan sosialisasi yang diselenggarakan oleh BKPPP Bantul dalam rangka memberikan informasi kepada anggota tentang kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari, motivasi kehadiran anggota, anggota yang memperhatikan materi, keaktifan dalam bertanya dan memberikan usulan saat sosialisasi

b. Partisipasi dalam pelatihan adalah keikutsertaan anggota dalam kegiatan pelatihan yang diselenggarakan BKPPP Bantul dalam rangka memberikan pelatihan mengenai kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari kepada anggota kelompok, yang diukur dengan kehadiran anggota, keaktifan bertanya dan keterlibatan saat praktek dan partisipasi anggota dalam memberikan usulan.

c. Partisipasi anggota dalam pelaksanaan lapangan adalah keikutsertaan anggota dalam pelaksanaan kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari yang meliputi persiapan media tanam dan wadah, pemberian pakan, perawatan, kehadiran dalam pertemuan rutin, dan pelaporan.

5. Manfaat adalah sesuatu yang diperoleh atau dirasakan anggota dari kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Lestari Projotamansari yang menguntungkan atau bersifat positif bagi pengurus dan anggota KWT yang mencakup, manfaat fisik, manfaat ekonomi dan manfaat sosial.


(25)

a. Manfaat fisik adalah manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh anggota KWT Sedyo Rahayu dalam pelaksanaan kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari yang diklasifikasikan menurut kegunaannya yaitu hasil yang dijual dan dikonsumsi.

b. Manfaat ekonomi adalah dampak positif yang dirasakan anggota KWT Sedyo Rahayu dalam pelaksanaan kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari berdasarkan aspek ekonomi yang meliputi menghemat pengeluaran, menambah penghasilan dan memenuhi ketersedian pangan keluarga.

c. Manfaat sosial adalah dampak positif atau keuntungan yang didapatkan anggota KWT Sedyo Rahayu dalam pelaksanaan kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari berdasarkan aspek sosial yang meliputi hubungan baik dengan anggota, hubungan baik dengan anggota dan menambah pengetahuan.

E. Analisis Data

Untuk memperoleh hasil yang menjadi jawaban dari permasalahan penelitian, maka dilakukan pengolahan data dari data yang telah terkumpul. Untuk mengetahui profil dan kegiatan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu yang ada di Dusun Polaman, Desa Agrorejo, dianalisis secara deskriptif yaitu dengan memaparkan keseluruhan profil kelompok wanita tani yang terdiri dari sejarah perkembangan kelompok, struktur organisasi kelompok, profil pengurus dan anggota, prestasi kelompok serta mendeskripsikan secara detail pelaksanaan kegiatan kelompok.

Untuk mengetahui motivasi anggota dalam kegiatan KWT menggunakan metode deskriptif melalui pembuatan tabulasi dan dikelompokkan berdasarkan jawaban responden.

Untuk mengetahui tingkat partisipasi anggota KWT Sedyo Rahayu dalam kegiatan Kawasan Rumah Tangga Pangan Projotamansari apakah termasuk dalam kategori ( sangat redah, rendah, sedang, tinggi) maka digunakan analisis skor. Skor indikator tersebut terdiri dari kegiatan sosialisasi dan pelatihan, pelaksanaan lapangan.

Partisipasi anggota dalam sosialisasi. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur partisipasi anggota dalam sosialisasi adalah 4 item dengan capaian skor minimal 4 dan skor maksimal 16. Untuk mengetahui partisipasi anggota KWT Sedyo Rahayu dalam mengikuti sosialisasi, setelah data dikumpulkan kemudian data tersebut dikelompokkan dalam beberapa kategori dan dihitung dengan perhitungan interval, dengan rumus sebagai berikut:


(26)

= 3,0

Tabel 1. Kategori Partisipasi Dalam Sosialisasi

Kategori Kisaran Skor

Sangat Rendah 4,0 – 7,0

Rendah 7,1 – 10,0

Sedang 10,1 – 13,0

Tinggi 13,1 – 16,0

Partisipasi Anggota dalam pelatihan. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur partisipasi anggota dalam pelatihan adalah 4 item dengan capaian skor minimal 4 dan skor maksimal 16. Untuk mengetahui partisipasi anggota dalam mengikuti pelatihan, setelah data dikumpulkan kemudian data tersebut dikelompokkan dalam beberapa kategori dan dihitung dengan perhitungan interval, dengan rumus sebagai berikut:

= 3,0

Tabel 2. Kategori Partisipasi Dalam Pelatihan

Kategori Kisaran Skor

Sangat rendah 4,0 – 7,0

Rendah 7,1 – 10,0

Sedang 10,1 – 13,0

Tinggi 13,1 – 16,0

Partisipasi Anggota dalam Pelaksanaan Lapangan. Jumlah item yang digunakan untuk mengukur partisipasi anggota dalam pelaksanaan lapangan adalah 10 item dengan capaian skor minimal 10 dan skor maksimal 40. Untuk mengetahui partisipasi anggota KWT Sedyo Rahayu dalam pelaksanaan lapangan pemanfaatan pekarangan, setelah data dikumpulkan kemudian data


(27)

tersebut dikelompokkan dalam beberapa kategori dan dihitung dengan perhitungan interval, dengan rumus sebagai berikut:

= 7,5

Tabel 3. Kategori Skor Partisipasi Pelaksanaan

Kategori Kisaran Skor

Sangat Rendah 10,00 – 17,50

Rendah 17,51 – 25,01

Sedang 25,02 – 32,52


(28)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu

1. Sejarah Kelompok

Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu yang berlokasi di Dusun Polaman Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul terbentuk pada tahun 1996. Ide awal terbentuknya kelompok tani wanita ini adalah dari seorang ibu di dusun tersebut yang ingin meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam pengetahuan dan sikap serta mempererat kerukunan antar ibu-ibu di Dusun Polaman. Beliau adalah ibu Lasiyah yang merupakan istri dari ketua Dusun Polaman pada saat itu. Ibu Lasiyah mengajak dan menggerakkan ibu-ibu di Dusun Polaman untuk membentuk sebuah kelompok yang diberi nama Kelompok Tani Wanita Sedyo Rahayu yang kemudian disahkan dan dibimbing oleh Pak Makmur dari Kelurahan Argorejo. Pada awalnya anggota yang tergabung dalam kelompok tani wanita ini berjumlah 25 orang yang diketuai oleh ibu Lasiyah. Kegiatan pada saat itu adalah pertemuan dan arisan rutin setiap Selasa Legi di rumah anggota secara bergiliran.

Pada tahun 2000, Kelompok Tani Wanita Sedyo Rahayu mengalami penurunan dalam pelaksanaan kegiatan kelompok dikarenakan kesibukan ibu-ibu yang memiliki kegiatan dan kesibukan masing-masing seperti kesibukan mengurus rumah tangga, mengasuh anak, dan membantu suami mencari nafkah sehingga pelaksanaan kegiatan kelompok menjadi tidak aktif dilaksanakan. Sekitar kurang lebih lima setengah tahun tidak aktif yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2006 awal, tepatnya pada tanggal 4 April 2006 kelompok yang sudah berubah menjadi Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu melakukan peremajaan kembali terhadap kegiatan kelompok. Peremajaan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu dilatar belakangi oleh keinginan, motivasi dari ibu-ibu di Dusun Polaman untuk menjalin kebersamaan dan rasa kangen antar anggota untuk berkumpul kembali dalam kegiatan kelompok. Tujuan yang ingin dicapai Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu adalah pertama yaitu ingin membantu keluarga dalam membantu memenuhi kebutuhan rumah tangga, kedua yaitu sebagai sarana memupuk persatuan, kesatuan dan meningkatkan kerukunan sesama anggota sehingga kesejahteraan anggota kelompok dapat terwujud dan ketiga yaitu sebagai sarana mengembangkan dan memperoleh


(29)

ilmu serta pengalaman sehingga dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia dalam pengetahuan dan sikap.

Kegiatan kelompok yang dilakukan setelah peremajaan yaitu kegiatan pertemuan rutin dan kegiatan arisan yang masih tetap dilakukan secara bergiliran di rumah anggota setiap Selasa Legi dan ditambah dengan kegiatan simpan (iuran wajib anggota), kegiatan pinjam, kegiatan produksi olahan dan kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan. Kegiatan kelompok wanita tani ini terus berkembang dari tahun ke tahun dan dapat dilihat dari banyaknya anggota yang tergabung hingga saat ini, yaitu berjumlah 33 anggota.

Pada tahun 2007, Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu mendapatkan prestasi yang membanggakan yaitu menjadi Juara I sebagai kelompok wanita tani terbaik tingkat Kabupaten Bantul dan prestasi membanggakan tersebut membawa Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu untuk mewakili Kabupaten Bantul dalam ajang lomba Kelompok Wanita Tani tingkat provinsi pada tahun yang sama, dari lomba tersebut Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu mendapat Juara II sebagai kelompok wanita tani terbaik. Setelah prestasi diraih, Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu mulai dibimbing oleh penyuluh dari Kecamatan Sedayu sehingga diharapkan kegiatan kelompok dapat optimal dan lebih bermanfaat.

Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu melakukan proses pergantian pengurus sebanyak 2 kali yaitu pada saat peremajaan kelompok dan pada tahun 2011. Pengurus diganti berdasarkan musyawarah saat pertemuan rutin, akan tetapi ketua Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu yaitu Ibu Ch. Sumiyem belum diganti sejak peremajaan kelompok hingga sekarang, dari hasil observasi peneliti diketahui bahwa ketua Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu memiliki jiwa kepemimpinan yang demokratis yaitu ketua menempatkan anggota sebagai teman dan bukan sebagai bawahan atau orang yang dipekerjakan, terjalin suatu kerjasama yang baik dan hubungan yang terjalin bukan lagi hubungan antara ketua dan anggota tapi sudah seperti hubungan keluarga, kemudian semua kegiatan kelompok dijalankan atas keputusan bersama (musyawarah) dan ketua dapat menjadi penengah yakni memberikan arahan dan tegas jika terdapat perbedaan pendapat dalam kelompok.

Selama 8 tahun terakhir, Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu sudah mengalami banyak pengembangan diantaranya dalam pengelolaan kegiatan kelompok, kemudian KWT sudah mempunyai saung kelompok sehingga kegiatan kelompok dilakukan di saung. Saung kelompok


(30)

merupakan bantuan modal hibah yang diberikan Bank Mandiri kepada Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu untuk keberlangsungan perkembangan kelompok, (denah tata letak saung kelompok dapat dilihat pada lampiran 1). Selain itu, perkembangan pengelolaan usaha kelompok yaitu memproduksi produk olahan keripik dan minuman jamu instan. Perkembangan kelompok wanita tani ini tentunya tidak lepas dari peran anggota dan lembaga pendukung. Secara ringkas perkembangan yang terjadi di Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Perkembangan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu

Tahun Perkembangan Kelompok

1996 Berdirinya KTW Sedyo Rahayu

2000-2005 Kegiatan kelompok tidak aktif

2006 Peremajaan KWT Sedyo Rahayu

2007 Juara I KWT terbaik tingkat kabupaten

2007 Juara II KWT terbaik tingkat provinsi

2011 Pergantian Pengurus

2013 Kegiatan kelompok dilakukan di saung

2. Struktur Kepengurusan Kelompok

Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu memiliki pengurus yang berjumlah 10 orang terdiri dari 2 ketua, 2 sekertaris dan 2 bendahara, kemudian dibantu oleh seksi arisan dan seksi humas. Struktur kepengurusan kelompok dibuat berdasarkan kebutuhan kelompok agar mempermudah anggota maupun pengurus dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dalam menjalankan kegiatan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu dilengkapi dengan struktur organisasi sebagai berikut :


(31)

Gambar 2. Struktur Kepengurusan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu

Berdasarkan Gambar 2, tugas dalam struktur organisasi Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu sebagai berikut;

a. Ketua I, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan internal kelompok seperti memimpin jalannya semua kegiatan yang dilakukan kelompok, memberikan sambutan dan masukan terhadap perkembangan kelompok, merangkul dan mengajak anggota untuk selalu kompak dalam kegiatan kelompok dan secara umum membina semua kegiatan yang dilakukan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu;

b. Ketua II, bertugas dan bertanggung jawab pada kegiatan eksternal kelompok seperti jika ada pertemuan atau undangan dari dinas atau instansi, maka ketua II bertugas mewakili

Ketua I Ch. Sumiyem

Ketua II Sri Sumadi

Sekertaris I L. Tonik Purwaningsih

Sekertaris II Parmiwiyatun

Seksi-seksi Arisan : Wagiyem Humas : 1. Endang

2. Parini 3. Lasiyah

Anggota

Bendahara I Mudiyah

Bendahara II Rini Budi Rahayu


(32)

kelompok untuk mengikuti acara dan selanjutnya memberitahukan informasi hasil acara atau kegiatan yang telah diikuti kepada anggota maupun pengurus;

c. Sekertaris I, bertugas untuk mengelola kegiatan kesekretariatan seperti mengumpulkan dan mencatat data kelompok, laporan dan dokumen-dokumen, menyimpan segala bentuk dokumen yang dimiliki kelompok seperti buku kehadiran, buku keluar masuk surat, buku tamu, buku notulen. Selain itu, sekertaris I juga mengatur penerimaan dan pendistribusian surat menyurat, jika ada penerimaan surat dari luar maka sekertaris akan mencatat surat tersebut pada buku penerimaan surat begitu juga untuk pendistribusian surat keluar;

d. Sekertaris II, bertugas sebagai notulen pada saat pertemuan rutin, waktu diberikan kepada sekertaris II untuk membacakan ringkasan acara, bertugas untuk mendata buku tamu yaitu apabila ada tamu yang datang dan mengikuti kegiatan kelompok maka sekertaris II akan mempersilahkan tamu untuk mengisi buku tamu kelompok, dan bertugas mencatat keperluan kelompok seperti keperluan apa saja yang dibutuhkan oleh kelompok agar dapat dilengkapi;

e. Bendahara I, bertugas menangani seluruh kegiatan administrasi keuangan kelompok, menyimpan dan memelihara arsip keuangan kelompok seperti jika ada dana bantuan modal yang diterima oleh kelompok maka bendahara mencatat dan memasukkan uang bantuan dana yang didapat tersebut ke bank dan juga mencatat pengeluaran yang dikeluarkan oleh kelompok serta melaporkan keuangan kelompok pada setiap pertemuan rutin;

f. Bendahara II, bertugas bersama dengan Bendahara I, mencatat uang simpan pinjam anggota. Setiap pertemuan rutin anggota Kelompok Sedyo Rahayu akan mengeluarkan uang untuk simpanan wajib yang akan diserahkan kepada Bendahara II lalu kemudian dicatat. Bendahara II juga mencatat kegiatan peminjaman uang yang dipinjam anggota pada buku peminjaman dan akan bertugas menagih kembali uang yang dipinjam pada waktu yang telah disepakati;

g. Seksi Arisan, bertugas untuk mendata dan menarik uang arisan dari anggota maupun pengurus pada setiap pertemuan. Seksi arisan akan mendata setiap anggota yang membayar uang arisan serta akan menagih anggota yang belum membayar apabila anggota yang bersangkutan tidak datang pada petemuan sebelumnya, kemudian seksi arisan akan


(33)

mengocok gelas arisan untuk mengetahui anggota yang akan mendapatkan arisan selanjutnya dan mengumumkannya;

h. Seksi Humas, bertugas menyampaikan informasi kegiatan kelompok wanita tani kepada anggota. Seksi humas terbagi menjadi 3 orang yang berada pada RT yang berbeda yaitu di RT 14,15 dan 16. Jika pertemuan rutin akan dilaksanakan maka sehari sebelumnya seksi humas akan memberitahukan kepada anggota yang ada pada RT masing-masing yaitu dengan memberikan surat undangan pertemuan rutin;

i. Anggota, memenuhi kewajibannya yaitu dengan aktif ikut serta dalam kegiatan-kegiatan kelompok dan mendukung segala kegiatan yang ada dalam kelompok.

Berdasarkan Struktur dan tugas setiap jabatan dan seksi yang terdapat di Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu, sudah cukup efektif dengan memiliki 2 ketua, begitu pula dengan pengurus lainnya. Akan tetapi, dalam kinerja yang dilaksanakan oleh pengurus di Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu, tidak semua pengurus aktif menjalankan tugas. Pengurus yang masih aktif adalah ketua I dan II, sekertaris I dan II, Bendahara I, seksi arisan dan 3 orang seksi humas. Bendahara II tidak aktif lagi dalam kepengurusan di KWT karena keadaan yang tidak mendukung pasca melahirkan, sehingga untuk sementara tugas bendahara II diberikan kepada sekertaris I sampai waktu pergantian pengurus diadakan. Walaupun demikian, fungsi dan tugas masing-masing dapat dijalankan dengan baik sehingga kegiatan kelompok masih berjalan dengan baik.


(34)

3. Profil Anggota Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu a. Profil pengurus

Profil pengurus merupakan ciri atau tanda pengurus yang menggambarkan identitas pengurus dalam kelompok wanita tani yang terdiri dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok dan lama keanggotaan.

Tabel 5. Profil Pengurus Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu

Uraian Jumlah (orang) Persentase (%)

Usia (tahun) 32-48 49-64 65-80 3 5 1 33,33 55,56 11,11

Jumlah 9 100

Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA PT -3 5 1 33,33 55,56 11,11

Jumlah 9 100

Pekerjaan Pokok Ibu Rumah Tangga Wirausaha Pedagang Karyawan Swasta Guru 4 2 1 1 1 44,44 22,22 11,11 11,11 11,11

Jumlah 9 100

Lama Keanggotaan (tahun) 3 – 8

9 – 13 14 – 19

1 5 3 11,11 55,56 33,33

Jumlah 9 100

Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa sebanyak 8 orang pengurus masih berusia produktif dengan interval umur 32-64 tahun, hal ini menandakan bahwa pengurus KWT memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk melakukan aktifitas kegiatan kelompok dikarenakan kondisi tubuh yang masih mendukung, kemudian dari kematangan berfikir yang mampu menyerap informasi dan menerima hal-hal baru, hal ini dibuktikan oleh peneliti bahwa usia berpengaruh terhadap kinerja pengurus dimana pengurus memiliki semangat jika melakukan kegiatan. Terlihat pada kegiatan pertemuan rutin, pengurus selalu hadir sehingga memberi


(35)

contoh kepada anggota untuk selalu aktif dan berpartisipasi, pengurus mampu menyerap informasi yaitu ketika pengurus mendapatkan saran dari penyuluh, pengurus tidak serta merta menolak pendapat tersebut, akan tetapi melakukan evaluasi terhadap keadaan kelompok, serta pengurus selalu semangat melaksanakan tugas yang menjadi kewajiban. Satu pengurus berumur tidak produktif, namun diketahui dari pemaparan yang disampaikan pengurus berusia 67 tahun ini, beliau masih sangat aktif mengikuti semua kegiatan KWT, hal ini karena beliau merupakan ibu yang mengajak dan menggerakkan untuk mendirikan KWT dan beliau adalah orang yang senang untuk melakukan kegiatan sosial yang berhubungan dengan kemajuan bersama.

Menurut tingkat pendidikan rata-rata pendidikan yang sudah ditempuh pengurus adalah sebanyak 55.56% anggota berpendidikan SLTA, 33,33% anggota berpendidikan SLTP, dari tingkat pendidikan yang sudah ditempuh menunjukkan bahwa pengurus sudah memiliki pola pikir yang mengarahkan untuk maju dan berkembang dan satu orang pengurus yang berpendidikan sarjana, beliau adalah ketua KWT Sedyo Rahayu yang berprofesi sebagai guru di Sekolah Dasar. Kemudian pengurus lainnya sebanyak 44,44% berprofesi sebagai ibu rumah tangga, 22,22% memiliki pekerjaan sebagai wirausaha yakni memiliki usaha catering, dan 11,11% memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta dan berdagang di pasar. Pekerjaan yang dimiliki pengurus tidak menjadi permasalahan bagi pengurus untuk tetap semangat dalam menjalankan kewajiban yang diberikan, hal ini terlihat dari keaktifan pengurus dalam mengikuti kegiatan dan tata kelola pengarsipan kelompok yang rapi dan lengkap.

Lamanya pengurus yang tergabung dalam KWT dilihat dari berapa tahun pengurus tergabung dalam KWT. Dapat diketahui bahwa pengurus yang bergabung sejak peremajaan pada tahun 2006 yaitu sebanyak 6 orang dan sebanyak 3 orang bergabung sejak berdirinya KWT pada tahun 1996, hal ini menunjukkan bahwa masing-masing pengurus sudah memiliki dan banyak mendapatkan pengalaman dalam kegiatan KWT, sehingga pengurus paham dan mengetahui segala kebutuhan dan kepentingan untuk perkembangan KWT.

b. Profil anggota

Profil anggota merupakan ciri atau tanda anggota yang bergabung dan menggambarkan identitas anggota dalam kelompok yang terdiri dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan pokok dan lama keanggotaan.


(36)

Tabel 6. Profil Anggota Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu

Uraian Jumlah (orang) Persentase (%)

Usia (tahun) 32-48 49-64 65-80 7 14 3 29,17 58,33 12,5

Jumlah 24 100

Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA PT 12 4 6 2 50,00 16,67 25,00 8,33

Jumlah 24 100

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga Wirausaha

Buruh Pedagang Petani

Pembantu Rumah Tangga

17 2 2 1 1 1 70,83 8,33 8,33 4,17 4,17 4,17

Jumlah 24 100

Lama Keanggotaan (tahun) 3 – 8

9 – 13 14 – 19

5 7 12 20,83 29,17 50,00

Jumlah 24 100

Usia. Usia mempengaruhi dalam kematangan berfikir dan kinerja seseorang. Usia anggota pada Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu tergolong beragam. Berdasarkan tabel 6, sebagian besar anggota Kelompok Wanita Tani Sedyo masih berusia produktif yaitu interval umur 15-64 tahun. Kelompok usia 32-48 tahun dengan persentase 29,17% dan kelompok usia 49-64 tahun sebanyak 58,33%, dapat dikatakan bahwa usia anggota kelompok yang masih produktif adalah sebanyak 21 orang, hal ini menunjukkan bahwa anggota KWT dominan berusia produktif. Usia produktif ini menunjukkan semangat dan motivasi yang tinggi untuk melakukan aktifitas kegiatan yang lebih banyak, kemauan untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat dan cepat menerima hal-hal baru, sedangkan anggota yang termasuk dalam kelompok usia 65-80 sebanyak 12,5% kelompok usia ini dapat dikatakan anggota yang tidak produktif atau berusia lanjut, motivasi atau keinginan yang dimiliki anggota dalam mengikuti kegiatan kelompok tergolong


(37)

kurang seperti dalam kegiatan pertemuan rutin, piket rutin dan produksi produk olahan hal ini disebabkan keadaan fisik yang kurang mendukung.

Tingkat Pendidikan. Kualitas pendidikan merupakan suatu ukuran dalam mengembangkan pola pikir menuju kearah kemajuan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan bagi anggota kelompok wanita tani. Tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh oleh anggota Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu terbagi menjadi empat tingkatan pendidikan. Tabel 7 menunjukkan bahwa 24 anggota Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu sudah menempuh jenjang pendidikan formal, anggota berpendidikan SD sebanyak 50%, berpendidikan SLTP sebanyak 16,67%, berpendidikan SLTA sebanyak 25% dan yang mengenyam bangku perkuliahan sebanyak 8,33%. Tingkat pendidikan anggota KWT menunjukkan masih tergolong rendah yaitu didominasi anggota yang tamat Sekolah Dasar (SD). Dalam kaitannya dengan motivasi, pendidikan formal anggota tidak berpengaruh karena berdasarkan hasil pengamatan lapangan peneliti diketahui anggota yang berpendidikan Sekolah Dasar memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti kegiatan kelompok yaitu selalu hadir dalam setiap kegiatan kelompok.

Pekerjaan Pokok dan Pekerjaan Sampingan. Dalam Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu terdapat beragam pekerjaan pokok yang dimiliki oleh anggota diantaranya sebagai ibu rumah tangga, pedagang, petani, wirausaha, buruh dan pembantu rumah tangga. Berdasarkan tabel 7, pekerjaan yang paling dominan yaitu ibu rumah tangga 71%, wirausaha dan buruh 8% dan sebagai pedagang, petani serta pembantu rumah tangga 4%. Dari data profil menurut pekerjaan diketahui bahwa profesi yang dominan adalah sebagai ibu rumah tangga, hal ini menunjukkan bahwa selain berperan sebagai ibu yang mengurus keluarga di rumah, ibu-ibu anggota kelompok wanita tani ini masih memiliki motivasi untuk melakukan kegiatan sosial yang berhubungan dengan pertanian yang nantinya akan memberikan manfaat untuk mensejahterakan keluarga.

Lamanya Keanggotaan. Lamanya anggota bergabung dalam Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu terbagi menjadi 3 kategori waktu yaitu bergabung selama 3-8 tahun, 9-13 tahun, dan 14-19 tahun. Berdasarkan tabel 7, anggota yang sudah bergabung di Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu selama 14-19 tahun sebanyak 50%, anggota yang bergabung selama 9-13 tahun sebanyak 29% hal ini menunjukkan anggota yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani


(38)

Sedyo Rahayu didominasi oleh anggota yang sudah lama bergabung sejak berdirinya kelompok yaitu pada tahun 1996, walaupun kelompok wanita tani ini sempat tidak aktif dalam kegiatan, 19 anggota tersebut masih memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti kegiatan kelompok dan sebanyak 5 orang anggota yang baru bergabung pada 3-8 tahun terakhir, motivasi anggota tersebut bergabung dengan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu karena ingin bersosialisasi dan mengakrabkan diri dengan ibu-ibu KWT.

4. Kegiatan Kelompok Wanita Tani

Kegiatan kelompok wanita tani merupakan aktivitas yang dilaksanakan oleh anggota dan pengurus untuk mengembangkan potensi diri melalui pertemuan dan interaksi yang terjadi. Kegiatan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu yakni: kegiatan pertemuan rutin, kegiatan piket rutin, kegiatan usaha kelompok, kegiatan arisan, kegiatan simpan (iuran wajib), kegiatan pinjam dan kegiatan optimalisasi lahan pekarangan.

a. Kegiatan Pertemuan Rutin

Kegiatan pertemuan rutin merupakan kegiatan kelompok yang membahas hal-hal terkait dengan perkembangan KWT yang dilaksanakan selapan sekali setiap Selasa Legi di saung kelompok dan dimulai pukul 15.00 s/d selesai. Kegiatan pertemuan rutin kelompok dihadiri oleh seluruh anggota maupun pengurus dan didampingi oleh penyuluh lapangan dari Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Sedayu yaitu Ibu Sumiyati, S.P. Penyuluh lapangan berperan sebagai narasumber yang memberikan informasi yang dibutuhkan oleh KWT dan semua anggota terkait bidang pertanian secara luas. Waktu akan diberikan kepada penyuluh untuk penyampaian materi kemudian diadakan sesi tanya jawab dan diskusi kelompok.

Pertemuan rutin kelompok dimulai dengan pembukaan dari moderator yang bertugas kemudian dilanjutkan dengan runtutan acara. Adapun susunan acara kegiatan pertemuan rutin yaitu pertama, pembukaan dengan membaca doa bersama-sama sesuai dengan kepercayaan masing-masing, dilanjutkan menyanyikan mars Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu dan mars Projotamansari bersama-sama, pembacaan kegiatan kelompok oleh Notulen, kemudian acara kedua yaitu sambutan dari ketua kelompok dan penyuluh dari BPP Sedayu, acara ketiga kegiatan inti yaitu berbagai kegiatan kelompok seperti kegiatan arisan, kegiatan simpan pinjam, pelaporan kas kelompok dan pelaporan perkembangan budidaya kegiatan optimalisasi lahan pekarangan,


(39)

acara keempat yaitu penyampaian informasi dari penyuluh seperti materi cara penanaman cabai, cara berternak ayam dan berbagai informasi yang dibutuhkan anggota kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelompok, penyampaian informasi apabila ada dan terakhir yaitu penutup dengan membaca doa bersama-sama.

5. Kegiatan Piket Rutin

Kegiatan piket rutin Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu dilaksanakan setiap hari di saung kelompok sesuai dengan jadwal piket harian yang telah disepakati bersama. Setiap anggota telah diberikan jadwal piket harian masing-masing dengan dibantu satu orang anggota dari Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) Desa Argorejo untuk membantu mencari, memberikan pakan dan membersihkan kandang sapi. Adanya bantuan dari anggota GAPOKTAN dikarenakan anggota KWT Sedyo Rahayu tidak memiliki kemampuan dalam mengurus ternak sapi, mencari pakan sapi dan membersihkan kandang sapi yang biasa dilakukan oleh tenaga laki-laki.

Dalam satu hari lima orang anggota akan melakukan kegiatan piket di saung kelompok. Anggota maupun pengurus yang mendapatkan jadwal piket dibebaskan untuk membersihkan saung pada waktu pagi atau sore hari, disesuaikan dengan waktu luang yang dimiliki oleh anggota yang bersangkutan. Kegiatan yang dilakukan dalam piket rutin yaitu membersihkan saung pertemuan, membersihkan halaman saung, menyiram tanaman yang ada di halaman saung, menyemprot hama tanaman, memupuk tanaman, memberikan pakan lele di kolam saung dan menyiram tanah di rumah jamur. Untuk pemenenan jamur yang dibudidayakan hanya dilakukan pada waktu pagi pukul 08.00 dan sore pukul 17.00 oleh satu anggota saja yaitu Ibu Mujiah. Hal ini dikarenakan untuk pemanenan jamur membutuhkan penanganan dan cara yang khusus sehingga tidak sembarang orang dapat memanen jamur. Setelah dipanen, hasil jamur disetorkan kepada ketua untuk ditimbang dan dijual. Uang hasil penjualan jamur kemudian dimasukkan dalam kas kelompok.

b. Kegiatan Usaha Kelompok

Usaha kelompok yang dimiliki Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu adalah kegiatan produksi produk olahan, usaha budidaya tanaman jahe merah dan budidaya jamur tiram. Kegiatan produksi produk olahan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu dimulai tidak lama setelah peremajaan kelompok tahun 2006. Produk yang pertama diolah KWT yaitu keripik


(40)

bonggol pisang dan minuman instan jahe merah yang kemudian bertambah memproduksi keripik pisang, emping melinjo, emping garut, dan minuman instant seperti, secang, kunir putih mangga, kunir asam, kencur dan temulawak.

Dalam proses produksi produk olahan anggota dibebaskan untuk ikut dalam pembuatan produk keripik atau minuman instan, hal ini dikarenakan dalam kesepakatan KWT, anggota bebas untuk menyalurkan kreatifitas dan mengembangkan potensi diri yang dimiliki sehingga tidak ada paksaan.

Kegiatan produksi produk olahan keripik dilakukan di rumah anggota yaitu di kediaman Ibu Sagiem (RT 15). Kediaman Ibu Sagiyem cukup luas untuk menempatkan alat-alat produksi seperti tempat untuk merendam bonggol dalam beberapa baskom besar, tempat untuk menggoreng menggunakan wajan yang cukup besar, dan alat-alat lainnya yang membutuhkan tempat yang luas. Dalam satu kali produksi produk olahan keripik terdapat 6-10 orang anggota, karena dalam proses pembuatan keripik ada beberapa tahap yang membutuhkan tenaga lebih banyak. Kegiatan produksi olahan ini dilakukan dari tahap membeli bahan baku hingga ke tahap pendistribusian ke warung. Waktu pembuatan produk keripik ini biasanya dilakukan pada sore hari sekitar pukul 15.00 sampai dengan selesai. Harga jual untuk satu bungkus keripik dengan berat bersih 150 gram adalah Rp 6000. Lalu, produk keripik olahan KWT dijual di sekitar tempat tinggal anggota dengan menitipkan di warung-warung.

Pembuatan produk minuman instan dilakukan di rumah anggota yaitu di kediaman Ibu Sri Sukatmi (RT 14). Anggota yang membuat produk minuman instan ini tidak terlalu banyak dikarenakan pembuatan produk yang tidak membutuhkan tenaga yang banyak, cukup dengan 3-5 orang saja. Produk minuman jamu instan dijual dengan dua tipe harga yaitu pertama dengan kemasan plastik mika yang di dalamnya terdapat lima plastik kecil yang berisikan serbuk jamu instan yang kemudian dijual dengan harga Rp 6000, dan yang kedua adalah produk jamu instan dengan kemasan botol dengan berat bersih 2,5 gram dengan harga Rp 20.000/botol.

Kegiatan produksi produk olahan keripik dan jamu instan pada awalnya dilakukan secara kontinue (setiap hari) oleh anggota lalu dipasarkan di warung-warung daerah sekitar tempat tinggal anggota. Namun karena adanya kendala dalam pemasaran produk olahan yakni anggota hanya menitipkan di warung-warung sekitar Dusun Polaman dan dari hasil penjualan produk olahan tersebut memakan jangka waktu yang lama, maka beberapa tahun terakhir produksi


(41)

produk olahan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu hanya memproduksi pada saat ada permintaan pasar atau ketika ada acara pameran saja.

Dalam kegiatan budidaya tanaman, Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu memiliki tanaman budidaya yaitu tanaman jahe merah dan jamur tiram. Lok jamur tiram dan bibit jahe merah merupakan bantuan dana hibah dari Bank Mandiri yang diberikan pada tahun 2013. Tanaman jahe merah tersebut akan digunakan untuk mendukung pengembangan usaha kelompok dalam produksi produk olahan minuman instan jahe merah. Untuk usaha budidaya jamur tiram KWT, jamur yang sudah dipanen kemudian disetorkan ke rumah ketua kelompok yang kemudian akan dijual dengan harga Rp 9.500/kg. Dalam penjualan jamur tiram, kelompok sudah memiliki pelanggan tetap yaitu para pedagang pasar, penjual makanan, dan warga sekitar. Hasil dari penjualan jamur ini akan dicatat oleh pengurus dan masuk dalam kas kelompok.

Walaupun produksi tidak dilakukan setiap hari, diharapkan ibu-ibu anggota KWT yang sudah mengetahui cara pembuatan keripik dan minuman jamu instan dapat memproduksi sendiri apabila berminat untuk memiliki usaha produk olahan tersebut, sehingga diharapkan hasil dari menjual produk tersebut dapat menambah pendapatan keluarga.

c. Kegiatan Arisan

Kegiatan Arisan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu dilakukan pada setiap pertemuan rutin Selasa Legi. Kegiatan arisan wajib diikuti semua anggota maupun pengurus kelompok dengan membayar Rp 5.000 per orang, dengan adanya kegiatan arisan yang bersifat wajib anggota akan termotivasi untuk datang dalam kegiatan pertemuan rutin serta hal yang paling dirasakan oleh setiap anggota adalah kegiatan arisan dapat mempererat silahturahmi dengan anggota lainnya, kebersamaan yang tercipta, suasana yang harmonis dalam kelompok dan anggota juga merasakan banyak mendapatkan informasi.

Kegiatan arisan dimulai dengan seksi arisan mengumpulkan uang arisan yang diberikan anggota yang hadir, apabila terdapat anggota yang tidak hadir dalam kegiatan arisan maka anggota tersebut akan membayar uang arisan secara double pada pertemuan arisan selanjutnya. Hasil penelitian diketahui bahwa apabila anggota berhalangan hadir maka, uang untuk kegiatan arisan bisa dititipkan kepada anggota lain yang hadir sehingga hampir tidak ada anggota yang membayar double pada pertemuan berikutnya.


(42)

Selanjutnya, seksi arisan akan mengocok gelas yang berisi nama-nama anggota, nama yang keluar dari gelas tersebut adalah anggota yang berhak mendapatkan uang arisan. Selain mendapatkan uang arisan, anggota tersebut memiliki tugas untuk menyiapkan makanan ringan dan minuman pada pertemuan arisan, kesepakatan tersebut juga memudahkan anggota yang mendapatkan arisan menggunakan uang arisan untuk membeli makanan ringan dan minuman, sedangkan moderator dipilih dari anggota yang tinggal berdekatan dengan anggota yang mendapat arisan, hal ini dilakukan untuk melatih anggota untuk berbicara didepan umum dan melatih jiwa kepemimpinan anggota.

d. Kegiatan Simpan Kelompok

Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Wanita Tani dilakukan pada pertemuan rutin setelah kegiatan arisan. Kegiatan simpan pinjam dalam KWT Sedyo Rahayu berbeda dengan simpan pinjam pada umumnya, karena peminjaman uang yang di pinjamkan untuk anggota, bukan uang yang dikeluarkan anggota untuk iuran wajib di KWT, melainkan uang yang didapatkan dari berbagai pihak.

Kegiatan menyimpan uang di KWT merupakan iuran anggota bersifat wajib bagi anggota maupun pengurus dengan nominal sebesar Rp 2.000 pada setiap pertemuan. Apabila ada anggota yang tidak datang maka anggota yang bersangkutan akan ditagih dan menyimpan double pada pertemuan selanjutnya. Kegiatan iuran wajib kelompok bertujuan melatih anggota menyisihkan uang untuk kegiatan kelompok yang kemudian uang iuran anggota digunakan untuk membeli keperluan alat-alat pendukung kegiatan kelompok seperti alat-alat untuk piket, pakan lele dan jika memungkinkan akan digunakan untuk kegiatan study banding kelompok atau membeli seragam kelompok, namun tidak semua uang iuran digunakan untuk kegiatan Study bandingatau membuat seragam, anggota harus membayar lagi kekurangan yang diperlukan.

Kegiatan study banding KWT dilaksanakan secara insidental apabila kelompok merasa ingin melakukan kegiatan diluar. Perencanaan kegiatan diputuskan secara bersama-sama untuk menentukan kegiatan study banding yang akan dilakukan. Tempat-tempat yang sudah pernah dikunjungi oleh Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu adalah mengunjungi daerah Salaman, Magelang yaitu tempat pembuatan keripik jamur, kemudian mengunjungi tempat pembuatan peyek di daerah Imogiri, Bantul dan mengunjungi tempat kerajinan kayu di Kecamatan Pajangan.


(43)

Dengan adanya kegiatan study banding, anggota merasakan mendapat banyak manfaat yaitu mendapatkan pengalaman baru, pengetahuan baru dan menjadikan study banding sebagai liburan bersama anggota kelompok wanita tani, sehingga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan kerukunan dalam kelompok. Seragam kelompok yang dimiliki anggota berjumlah 2 seragam formal, seragam kelompok biasanya dipakai pada saat ada kunjungan tamu dari luar, acara study bandingkelompok atau ketika anggota mengikuti kegiatan perlombaan.

e. Kegiatan Pinjam Kelompok

Kegiatan meminjam uang di Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu dilaksanakan setelah kegiatan iuran wajib. Uang yang digunakan untuk pinjaman bukan berasal dari iuran wajib anggota, akan tetapi berasal dari penguatan modal berbagai pihak, diantaranya Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu pernah mendapatkan bantuan modal berupa uang dari Dinas Pertanian Bantul dengan pengajuan proposal pada tahun 2007 yang dibimbing oleh penyuluh BPP Sedayu yaitu berupa alat untuk produksi produk olahan kelompok dan uang sejumlah Rp 15.000.000. Selain itu, bantuan dana lainnya didapatkan dari Partai Golkar yang melakukan kampanye dengan jumlah Rp 1.500.000 pada tahun 2014 dan Rp 1.000.000 pada tahun 2015.

Peminjaman uang kelompok bertujuan untuk membantu anggota dalam memperkuat permodalan jika anggota memiliki usaha, kemudian membantu anggota untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam peminjaman uang KWT, anggota meminjam uang dengan ketentuan pinjaman uang dengan besaran Rp 500.000 yang pengembaliannya diangsur 5 kali, pinjaman uang Rp 1.000.000 diangsur 10 kali dan pinjaman uang lebih dari Rp 1.000.000 diangsur sebanyak 10 kali. Adapun jasa pinjaman uang di Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu ini sebesar 2%, jasa pinjaman langsung dipotong diawal jika ada anggota yang meminjam sehingga memudahkan anggota tersebut untuk mengembalikan uang pinjaman tanpa memikirkan jasa pinjaman.

f. Kegiatan Optimalisasi Lahan Pekarangan

Kegiatan optimalisasi lahan pekarangan merupakan kegiatan pertanian, peternakan, dan perikanan yang dikelola di lahan pekarangan rumah oleh anggota Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu. Mulanya kegiatan optimalisasi lahan pekarangan sudah dilaksanakan sejak peremajaan kelompok wanita tani akan tetapi masih belum maksimal dilakukan oleh anggota. Pada bulan November tahun 2013, setelah pemberian bantuan modal dari Bank Mandiri berupa bibit


(44)

tanaman jahe merah, maka pengurus KWT melakukan himbauan kepada setiap anggota untuk menanam sayuran yang bersifat organik, tanaman yang dibudidayakan oleh anggota pada saat itu adalah cabe, terong, loncang, kangkung dan jahe merah.

Kegiatan keberlanjutan optimalisasi lahan pekarangan Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu didukung juga oleh adanya bantuan dari program kegiatan kawasan rumah tangga Projotamansari Kabupaten Bantul yang merupakan salah satu program pemerintah Kabupaten Bantul dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Kegiatan program ini meliputi kegiatan pelaksanaan sekolah lapangan dan mengembangkan serta merawat pekarangan rumah. Kegiatan sekolah lapangan telah dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2014 -9 Juni 2014 dengan 6 kali pertemuan setiap hari Selasa dan hari Kamis di kediaman ketua kelompok Ibu Ch Sumiyem. Sedangkan, kegiatan pengembangan dan perawatan pekarangan rumah hingga sampai saat ini masih terus dilaksanakan. Bantuan yang didapatkan anggota adalah berupa bibit buah-buahan (mangga, sirsat, sawo, alpokat, rambutan, dan srikaya), bibit sayuran (cabe, terong, pare, bayam, cesin, gambas dan kangkung), bibit lele, makanan ternak (bekatul, pelet, dan jagung giling), ayam jantan dan ayam betina.

Dari 33 orang yang tergabung dalam KWT diketahui pemanfaatan lahan pekarangan yaitu budidaya tanaman, lele, maupun ayam yang dilakukan masih dalam tahap pemeliharaan yang berkelanjutan, anggota berharap dari hasil produk pertanian dari kegiatan optimalisasi lahan pekarangan dapat menjamin ketersediaan bahan pangan yang beranekaragam, guna pemenuhan gizi keluarga, menambah pendapatan, serta menjaga kelestarian lingkungan yaitu dengan memberikan contoh kepada masyarakat lain yang bukan anggota KWT untuk memanfaatkan lahan pekarangan yang tidak terurus.

g. Prestasi Kelompok

Sejak peremajaan kegiatan kelompok pada tahun 2006, Prestasi yang pernah diraih oleh Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu yakni ;

a. Juara I tingkat Kabupaten Bantul

Piagam juara I sebagai KWT terbaik diberikan kepada Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu yang mengikuti lomba KWT yang diadakan oleh Kabupaten Bantul pada bulan Juni tahun 2007.


(45)

b. Juara II tingkat Provinsi DIY

Pada Bulan Oktober 2007 Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu mewakili Kabupaten Bantul untuk mengikuti lomba kelompok wanita tani dan mendapatkan juara II sebagai kelompok wanita tani terbaik tingkat provinsi. Dari lomba tersebut Kelompok Wanita Tani Sedyo Rahayu mendapatkan hadiah berupa uang tunai senilai Rp 2.500.000 dan uang tersebut digunakan untuk membeli meja dan lemari yang digunakan untuk menunjang kegiatan kelompok.

B. Motivasi Anggota dalam Kegiatan Kelompok Wanita Tani

Motivasi anggota dalam kegiatan kelompok wanita tani dapat lihat dari kebutuhan yang ingin dicapai oleh anggota yaitu existence needs atau keberadaan (kebutuhan akan tetap bisa hidup meliputi kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman), relatedness needs atau hubungan (kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain) dan growth needs atau pertumbuhan (kebutuhan yang mendorong seseorang untuk tumbuh, maju berkembang meningkatkan kemampuan pribadinya). Dalam mengikuti kegiatan kelompok setiap anggota memiliki motivasi yang berbeda-beda. Berikut adalah tabel distribusi frekuensi perolehan motivasi tiap kegiatan kelompok.

Tabel 7. Distribusi frekuensi perolehan motivasi tiap kegiatan kelompok

Kegiatan Motivasi

Existence Relatedness Growth

Pertemuan rutin 3 14 16

Piket Rutin 0 20 13

Usaha Kelompok 11 3 19

Arisan 9 17 7

Simpan 0 15 18

Pinjam 16 7 10

Optimalisasi lahan pekarangan

19 0 14

Jumlah 58 76 97

Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa motivasi existence yang paling dominan dimiliki anggota adalah pada kegiatan optimalisasi lahan pekarangan yaitu sebanyak 19 orang anggota. Anggota termotivasi karena dorongan existence needs yaitu pemenuhan kebutuhan hidup yakni dengan anggota membudidayakan dan merawat tanaman, ternak ayam dan lele di pekarangan


(46)

rumah, kegiatan tersebut dapat memperoleh hasil yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup sehari-hari yaitu berternak ayam yang kemudian telurnya dapat dikonsumsi keluarga sehingga anggota tidak perlu untuk membeli telur. Begitu pula dengan sayuran yang tanam di pekarangan seperti terong, cabe, pare, bayam, cesin, gambas dan kangkung, anggota tidak perlu membeli sayuran tersebut apabila ingin mengkonsumsi, tinggal mengambil sayuran yang telah tersedia di pekarangan rumah. Serta dari hasil pemanfaatan pekarangan tersebut, anggota tidak khawatir untuk mengkonsumsi dikarenakan dalam perawatan sayuran tersebut tidak menggunakan bahan kimia yang membahayakan untuk dikonsumsi keluarga. Kegiatan optimalisasi lahan pekarangan telah mengalami perkembangan sejak tahun 2013 dan apabila terus dilakukan besar kemungkinan hasil telur ayam yang diternakkan bisa untuk dijual dan kemudian dari hasil penjualan telur tersebut anggota akan mendapatkan uang, hal ini juga merupakan motivasi anggota untuk memenuhi existence needs.

Kelompok yang beranggotakan wanita ini sebagaian besar hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan masih memiliki anak yang ditanggung serta penghasilan keluarga belum mencukupi sehingga untuk mencukupi kebutuhan tersebut anggota melakukan pinjaman uang ke kelompok, alasan lain anggota meminjam uang dikelompok adalah karena kemudahan dalam meminjam tidak ada syarat yang memberatkan anggota hanya saja anggota harus menyepakati waktu pengembalian uang kelompok sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati, kemudian jarak yang dekat dan jasa pinjaman rendah. Oleh karena itu sebanyak 16 orang anggota termotivasi ikut dalam kegiatan pinjam karena untuk memenuhi existence need.

Sebanyak 3 orang anggota termotivasi dalam mengikuti pertemuan karena dorongan existence needs, hal ini dikarenakan dalam kegiatan pertemuan rutin terdapat kegiatan arisan yang kemudian uang arisan tersebut sebagian digunakan untuk membeli makanan ringan dan minuman dan sebagian digunakan untuk keperluan pribadi dan kebutuhan rumah tangga. Dapat dilihat pula pada kegiatan piket rutin dan kegiatan simpan (iuran wajib) tidak ada anggota yang termotivasi untuk pemenuhan existence needs, hal tersebut karena dalam kegiatan piket anggota memang tidak akan mendapatkan pemenuhan kebutuhan untuk pangan atau untuk kebutuhan sehari-hari. Kegiatan iuran wajib yang mewajibkan anggota untuk menabung, mengeluarkan uang juga tidak memotivasi anggota untuk memenuhi kebutuhan eksistensi melainkan anggota


(1)

(2)

Lampiran 3

CURRICULUM VITAE

Nama : Retno Wulandari, SP, M.Sc

NIK : 133055

Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Lahir : Sleman Tanggal Lahir : 7 Maret 1977 Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Golongan/Pangkat : Penata/IIIB Jabatan Akademik : Asisten Ahli

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Alamat Kantor : Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul

Telepon : +62-274-387656

Fax : +62-274-387646

Website : www.umy.ac.id

Alamat Rumah : Perumahan Muslim Darussalam Blok A8, Mejing Wetan, Ambarketawang, Gamping, Sleman 55294

No HP : 08562877954


(3)

RIWAYAT PENDIDIKAN PERGURUAN TINGGI Tahun Lulus Kegiatan Pendidikan Perguruan Tinggi Jurusan/ Kegiatan Studi

2010 Master Universiti Putra

Malaysia

Komunikasi Organisasi

2000 Sarjana Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Sosial Ekonomi Pertanian

PUBLIKASI ILMIAH

1. Information Need and Information Behavior of Agricultural Extension Worker in DIY

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencarian Informasi Oleh Penyuluh Pertanian Di DIY

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Anggota Lumbung Dalam Pengelolaan Lumbung Padi Di Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen. 4. Partisipasi Anggota Lumbung dalam Pengelolaan Lumbung Pangan Di Dusun

Botokan, Sedayu, Bantul

5. Information Need and Information Source of Agricultural Extension Worker in DIY


(4)

(5)

CURRICULUM VITAE

Anggota 1

Nama : Afifah Hasanah

NIM : 20110220013

Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Lahir : Pangkalpinang Tanggal Lahir : 13 Juni 1993

Agama : Islam

Fakultas/ Jurusan : Pertanian/ Agribisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Alamat Rumah : Jalan Lingkar Selatan Ngebel RT 02 Taman Tirto, Kasihan, Bantul

No HP : 089690365070

E-mail : hana.afifah@rocketmail.com

Yogyakarta, 21 Juni 2016 Anggota 1


(6)

CURRICULUM VITAE

Anggota 2

Nama : Lintia Putri Nanda

NIM : 20110220032

Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Lahir : Kaliwungu Tanggal Lahir : 27 Oktober 1993

Agama : Islam

Fakultas/ Jurusan : Pertanian/ Agribisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Alamat Rumah : Perumahan Muslim Darussalam Blok A10, Mejing Wetan, Ambarketawang, Gamping, Sleman 55294

No HP : 085768677702

E-mail : lintia.pn@gmail.com

Yogyakarta, 21 Juni 2016 Anggota 2