Analisis Faktor Daya Saing
Penelitian  ini  mengidentifikasi  faktor-faktor  yang  berpengaruh  terhadap daya  saing  UMKM  alas  kaki  di  Ciomas.  Faktor-faktor  tersebut  dianalisis
berdasarkan Porter’s  Diamond  Model,  seperti  faktor  kondisi,  faktor  kondisi
permintaan,  industri  terkait  dan  industri  pendukung,  persaingan  industri,  peran pemerintah  dan  peran  kesempatan.  Dalam  menentukan  faktor  yang  paling
berpengaruh  terhadap  peningkatan  daya  saing  yang  menggunakan  sepuluh responden  dan  menggunakan  skala  1-4  berdasarkan  tingkat  yang  menentukan
faktor  terhadap  daya  saing  UMKM  alas  kaki  di  Ciomas.  Nilai  4  sangat menentukan,  nilai  3  menentukan,  nilai  2  sedikit  menentukan,  nilai  1  tidak
menentukan. Untuk mengetahui lebih jelasnya lihat pada Tabel 4. Tabel 4  Faktor yang berpengaruh terhadap daya saing UMKM alas kaki di
Ciomas
No. Atribut
Nilai Responden
Rata-rata nilai
1 2
3 4
Faktor Kondisi
1. Sumberdaya manusia
10 10
4,00
2. Sumberdaya modal
3 7
10 3,70
3. Sumberdaya alam dan
lingkungan 10
10
4,00
4. Teknologi
10 10
4,00
5. Infrastruktur
2 6
2 10
3,00
Kondisi Permintaan
6. Jumlah pembeli dan tingkat
pertumbuhan 4
6 10
3,60 7.
Preferensi konsumen 10
10 4,00
Industri Terkait dan Industri Pendukung
8. Pemasok
2 8
10 3,60
9. Pengrajin alas kaki
2 5
3 10
3,10
Persaingan Industri
10. Tingkat persaingan industri
alas kaki 10
10
4,00
11. Strategi bersaing
2 6
2 10
3,00
Peran Pemerintah
12. Regulasi
5 5
10
2,50 Peran Kesempatan
13. Iklim bisnis
2 5
3 10
3,10
Sumber: Data primer, diolah 2013
Dari  hasil  analisis  tersebut  dapat  diketahui  bahwa  atribut  yang  memiliki nilai  tertinggi  adalah  sumber  daya  manusia,  sumber  daya  alam  dan  lingkungan,
teknologi,  preferensi  konsumen,  dan  tingkat  persaingan  yang  masing-masing bernilai 4,00. Sementara atribut yang memiliki nilai paling rendah adalah regulasi
yang bernilai 2,50.
Faktor Kondisi 1.
Sumber Daya Manusia
Sumber  daya  manusia  merupakan  faktor  penentu  dalam  peningkatan dinamika  pembangunan  suatu  negara.  Sumber  daya  manusia  dapat  menjadi
faktor penggerak sumber daya lain yang bersifat statis. Sumber daya manusia sangat  penting  untuk  meningkatkan  daya  saing  terutama  dalam  suasana
persaingan  yang  sangat  ketat.  Hal  ini  terkait  dengan  UMKM  alas  kaki  di Ciomas yang memiliki jumlah tenaga kerja  yang tersedia baik di bagian hulu
hingga hilir serta kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.
Karakteristik  pengrajin  alas  kaki  merupakan  lulusan  SD,  SMP,  dan SMA. Para pengrajin yang tidak pernah menginjak pendidikan formal seperti
perguruan  tinggi  akan  menyebabkan  lemahnya  posisi  pengrajin  alas  kaki sehingga  rentan  terhadap  penipuan  dan  kerugian.  Namun,  kesadaran  akan
pendidikan  formal  yang  lebih  tinggi  menyebabkan  pengrajin  mencari  solusi untuk  mengikuti  pelatihan-pelatihan  yang  diadakan  oleh  Pemda.  Dengan
mengikuti  pelatihan  sangat  bermanfaat  bagi  mereka  sehingga  dapat memajukan usaha mereka.
Keahlian  membuat  alas  kaki  yang  dimiliki  sebagian  besar  para pengrajin  diperoleh  berdasarkan  pengalaman  mereka,  yang  sebelumnya
pernah  bekerja  sebagai  buruh  di  bengkel-bengkel  alas  kaki  sehingga  mereka sangat  menguasai  teknik-teknik  dalam  pembuatan  alas  kaki.  Dengan
bermodalkan  pengalaman  yang  dimiliki,  maka  mereka  beralih  untuk mendirikan  usaha  alas  kaki  secara  mandiri.  UMKM  alas  kaki  di  Ciomas
menggunakan  tenaga  kerja  yang  melibatkan  sanak  keluarga  atau  kerabat dekat.
2. Sumber Daya Modal
Sumber  daya  modal  termasuk  salah  satu  yang  mempengaruhi  daya saing  UMKM  alas  kaki  di  Ciomas.  Pada  UMKM  pengrajin  masalah
permodalan  merupakan  faktor  utama  yang  dihadapi.  Dengan  adanya  sistem pembayaran ‘bon putih’ dapat membantu pengrajin melanjutkan kegiatannya.
Pada  kenyataannya  bon  putih  dapat  merugikan  pengrajin  alas  kaki,  kerena adanya beberapa potongan serta rendahnya harga jual yang diterima pengrajin.
Pemerintah  melalui  kosebo  telah  mengeluarkan  beberapa  program  berkaitan dengan  permodalan.  Tapi  kosebo  ini  tidak  berlangsung  lama.  Para  pengrajin
tidak ingin melakukan pinjaman kepada bank, karena pinjaman yang diberikan memiliki  bunga  yang  cukup  tinggi  lebih  dari  15  dan  adanya  persyaratan
yang diberikan kepada pelaku usaha.
Pada  UMKM  mandiri  memiliki  keterbatasan  dalam  hal  permodalan. Permodalan  UMKM  mandiri  mengeluarkan  biaya  yang  cukup  besar  karena
banyaknya  pesanan  dibanding  UMKM  pengrajin.  UMKM  mandiri  berusaha secara  mandiri  mengeluarkan  modal  sendiri  yang  bersumber  dari  keluarga.
UMKM  mandiri  beranggapan  bahwa  dengan  modal  sendiri  akan menguntungkan  usaha  mereka  dan  menekan  risiko  yang  besar.  KPSB  yang
saat  ini  berdiri  sangat  membantu  pengrajin  alas  kaki  yang  telah  terdaftar menjadi  anggota  koperasi.  Program  bantuan  modal  yang  diberikan  KPSB
sedikit  mengurangi  beban  pengrajin  untuk  melakukan  usahanya.  Sehingga tidak  sepenuhnya  pengrajin  alas  kaki  yang  menggantungkan  usahanya  pada
bon putih.