Upaya Peningkatan Fasilitas Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pada Penumpang Di Bandara Kualanamu

(1)

UPAYA PENINGKATAN FASILITAS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PADA PENUMPANG DI BANDARA

KUALANAMU

KERTAS KARYA OLEH

FADHLAN ZAMZAMY 112204005

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

UPAYA PENINGKATAN FASILITAS DALAM MENINGKATAN

KUALITAS PELAYANAN PADA PENUMPANG DI BANDARA

KUALANAMU

OLEH

FADHLAN ZAMZAMY

112204005

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

Dr. Asmyta Surbakti, M. Si.Arwina Sufika, SE, M. Si.

NIP. 19600325 198601 2 001NIP. 19640821 199802 2 001


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : Upaya Peningkatan Fasilitas

Dalam Meningkatkan Kualitas

Pelayanan Pada Penumpang Di

Bandara Kualanamu

Oleh : Fadhlan Zamzamy

NIM : 112204005

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A

NIP. 1511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, SE, M.Si.

NIP. 19640821 199802 2 001


(4)

ABSTRAK

Bandara Kualanamu merupakan bandara bertaraf International dan merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Soekarno-Hatta.Bandara Kualanamu dapat kiranya menampung kebutuhan pelayanan angkutan udara yang cenderung terus meningkat.Fasilitas dan pelayanan merupakan faktor pendukung sangat penting dalam perusahaan jasa, sebab bandar udara bisa dikatakan international harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Untuk itu bandara kualanamu perlu diperhatikan danditingkatkan lagi soal fasilitas dan pelayanan yang terdapat didalamnya, Sebab fasilitas yang ada sekarang ini kurang memadai karena tidak adanya fasilitas pendukung.Fasilitas yang sudah ditingkatkan bandara Kualanamu salah satunya adalah terminal cargo Kualanamu International Airport (KNIA) yang memiliki 2 lini cargo dan kualitas pelayanan yang sudah diterapkan dan ditingkatkan di bandara international kualanamu salah satunya adalah sistem penanganan bagasi yang terintegrasi atau disebut integrated baggage handling system (IBHSS) dengan tingkat keamanan tertinggi. Fasilitas yang terdapat di bandara Kualanamu meliputi : centralized digital CCTV system,centralized acces control system,building management system,common use passenger processing system, baggage handling system, flight information display system, airport management system, network monitoring system, automatic public announcement system, master clock, parking management system, dan contact center service. Oleh karenanya masyarakat Indonesia bisa saling menjaga dan memelihara fasilitas yang anda di kawasan bandara, terutama bandara international Kualanamu agar para pengguna jasa bandara bisa aman dan nyaman ketika berada di kawasan bandara tersebut.

Kata Kunci (keyword): Fasilitas Bandara,Upaya Peningkatan Fasilitas Bandar Udara International Kualanamu.


(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan dan kemampuan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan kertas karya ini tepat waktu dan sesuai dengan apa yang penulis harapkan. Salawat beriring salam juga penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga mendapat safaat diakhirat kelak. Amin.

Kertas karya ini merupakan tugas akhir untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Diploma III Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun kertas karya ini berjudul “Upaya Peningkatan Fasilitas Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pada Penumpang Di Bandara Kualanamu” .

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belum sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan sumber acuan yang diperoleh penulis. Tidak ada yang sempurna di dunia ini, demikian juga penulis yang membuat kertas karya ini yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, untuk itu dengan hati yang terbuka penulis bersedia menerima saran dan keritikan yang sifatnya membangun dari pembaca guna penyempurnaan kertas karya ini.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh sebab itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :


(6)

1. Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Arwina Surfika, S.E, M.Si. selaku Ketua Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Asmyta Surbakti, M.Si. selaku dosen Pembimbing yang telah mengarahkan dan membimbing penulis dengan baik selama penyusunan kertas karya ini.

4. Arwina Surfika, S.E, M.Si. selaku dosen Pembaca yang telah memberikan saran kepada penulis.

5. Seluruh staf pengajar atau dosen Program Studi Pariwisata.

6. Kepada kedua orang tuaku tersayang dan tercinta Ayahanda Priyanto dan Ibunda Jumini yang selalu penulis banggakan yang telah melahirkan dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang yang tiada tara dan selalu mengiringi langkah penulis dengan doa-doa dan nasehat yang banyak dan bermanfaat hingga sampai sekarang ini.

7. Buat abang dan adikku tersayang dan tercinta Zakiyuddin dan Dina Khairiyah yang selalu memberi masukan, nasehat dan memberikan semangat kepada penulis serta selalu meluangkan waktu untuk canda tawa yang selalu ada di hari-hari penulis.

8. Buat kakak iparku Anggi terimakasih doa dan nasehat yang tidak bosan-bosan-Nya yang dilanturkan setiap hari.


(7)

9. Buat sahabat-sahabat terhebat penulis, ( Riski ali, Dean, Riski pakam, Edwin, Dwi, Fadil broto ) dan teman lainnya anak UW 011 yang selalu berkumpul bersama.

10.Buat sahabat di komplek Farid, Deni, Amektoy dan sahabat lainnya yang penulis belum sebutkanyang selalu berkumpul bersama sampai pagi. 11.Buat tim futsal IMAPA 011, Dean, Rido, Benvri, Rizki pakam, Riski ali,

Obed, Abdi yang telah membanggakan nama pariwisata di kanca olahraga yang meraih gelar tiga kali dalam turnament futsal.

12.Terima kasih buat PT. ANGKASA PURA II yang telah mengizinkan penulis melakukan PKL disana selama dua bulan.

13.Terima kasih buat PT. LOVELY HOLIDAYS yang juga mengizinkan penulis melakukan PKL selama dua bulan.

Akhir kata penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini. Semoga kertas karya ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.

Medan, Desember 2014 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penulisan ... 3

1.4 Metode Penulisan ... 4

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata ... 7

2.2Pengertian Industri Pariwisata ... 9

2.3Sarana Dan Prasarana Kepariwisataan ... 11

2.3.1 Sarana Kepariwisataan ... 11

2.3.2 Prasarana Kepariwisataan ... 12

2.4Motivasi Perjalanan Wisata ... 13

BAB III GAMBARAN UMUM PT. ANGKASA PURA II BANDARA INTERNATIONAL KUALANAMU 3.1Sejarah Perusahaan ... 20

3.1.1 Peran Perusahaan Angkutan Wisata ... 23

3.1.2 Bandar Udara Internasional Kualanamu ... 25

3.2 Masa Pembangunan Bandara Kualanamu ... 29


(9)

BAB IV UPAYA PENINGKATAN FASILITAS DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PADA PENUMPANG DI BANDARA KUALANAMU

4.1 Kualitas Pelayanan Pada Penumpang Di Bandara Kualanamu ... 35

4.2 Standard Internasional Bandara ... 37

4.2.1 Peraturan Internasional ... 37

4.2.2 Peraturan Nasional... 39

4.3 Fasilitas Bandara Kualanamu ... 42

4.4 Masalah Yang Terjadi Di Bandara Kualanamu ... 46

4.5 Upaya Peningkatan Fasilitas Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pada Penumpang Di Bandara Kualanamu ... 48

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA


(10)

ABSTRAK

Bandara Kualanamu merupakan bandara bertaraf International dan merupakan bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Soekarno-Hatta.Bandara Kualanamu dapat kiranya menampung kebutuhan pelayanan angkutan udara yang cenderung terus meningkat.Fasilitas dan pelayanan merupakan faktor pendukung sangat penting dalam perusahaan jasa, sebab bandar udara bisa dikatakan international harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Untuk itu bandara kualanamu perlu diperhatikan danditingkatkan lagi soal fasilitas dan pelayanan yang terdapat didalamnya, Sebab fasilitas yang ada sekarang ini kurang memadai karena tidak adanya fasilitas pendukung.Fasilitas yang sudah ditingkatkan bandara Kualanamu salah satunya adalah terminal cargo Kualanamu International Airport (KNIA) yang memiliki 2 lini cargo dan kualitas pelayanan yang sudah diterapkan dan ditingkatkan di bandara international kualanamu salah satunya adalah sistem penanganan bagasi yang terintegrasi atau disebut integrated baggage handling system (IBHSS) dengan tingkat keamanan tertinggi. Fasilitas yang terdapat di bandara Kualanamu meliputi : centralized digital CCTV system,centralized acces control system,building management system,common use passenger processing system, baggage handling system, flight information display system, airport management system, network monitoring system, automatic public announcement system, master clock, parking management system, dan contact center service. Oleh karenanya masyarakat Indonesia bisa saling menjaga dan memelihara fasilitas yang anda di kawasan bandara, terutama bandara international Kualanamu agar para pengguna jasa bandara bisa aman dan nyaman ketika berada di kawasan bandara tersebut.

Kata Kunci (keyword): Fasilitas Bandara,Upaya Peningkatan Fasilitas Bandar Udara International Kualanamu.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Indonesia adalah salah satu negara berkembang di dunia yang kurang lebih wilayahnya merupakan perairan. Oleh karena itu bandar udara merupakan sarana terpenting dalam transportasi udara untuk kepentingan perhubungan baik antar pulau maupun antar negara. Jenis transportasi yang sangat memadai untuk jarak jauh, antar pulau ataupun antar daerah adalah transpotasi udara dan transportasi laut. Ditinjau dari segi waktu dan jarak tempuh perjalanan, tranportasi udara relatif lebih unggul bila dibandingkan dengan yang lainnya. Selain itu juga kelebihan transportasi udara adalah dapat menjangkau daerah terpencil yang tidak dapat dilalui oleh transportasi darat maupun transportasi laut. Dari penjelasan yang diatas dapat kita lihat bahwa tranportasi udara merupakan pilihan yang paling tepat. Bandara udara juga merupakan faktor pendukung bagi perkembangan dalam segi ekonomi,sosial, budaya, dan industri. Maka dari itu pembangunan bandar udara sangatlah penting demi perkembangan daerah tersebut. Dalam merencanakan sebuah bandara udara, dibutuhkan pengetahuan sifat-sifat pesawat terbang secara umum untuk merencanakan prasaranannyasalah satunya Bandara Kualanamu.

Bandara Kualanamu merupakan salah satu pintu gerbang masuknya wisatawan domestik atau internasional ke Sumatera Utara. Untuk itu dalam melayani kebutuhan masyarakat dalam jasa transportasi udara perlu diperhatikan pelayanan dan


(12)

fasilitas yang maksimal seputar informasi tentang bandara ke seluruh penumpang ataupun pengunjung.

Bandara Kulanamu sebagai bandara bertaraf international terbesar kedua di Indonesia dapat kiranya menampung kebutuhan pelayanan angkutan udara yang cenderung terus meningkat. Apalagi sekarang Indonesia ditunjuk melayani ASEAN open sky, lima bandara di indonesia ditunjuk siap melayani asean open sky tersebut salah satunya bandara Kualanamu. Oleh karena itu bandara Kualanamu terus berbenah dan meningkatkan fasilitas dan kualitas pelayanan dalam menyambut ASEAN open sky yang direncanakan mulai bulan Desember mendatang.

(sumber:bappenas.go.id)

Fasilitas yang sudah ditingkatkan bandara kualanamu salah satunya adalah terminal cargo Kualanamu International Airport (KNIA) yang memiliki 2 lini itu akan dioperasionalkan seluruhnya, Pasalnya, hal tersebut untuk memenuhi standar bandara internasional. Dengan beroperasinya lini 2 cargo maka lini 1 akan ditutup aksesnya untuk umum. Nantinya pengguna jasa mengambil barang ke lini 2 yang terletak di depan lini 1 terminal cargo bandara Kualanamu.Kemudian fasilitas yang perlu ditingkatkan adalah skybridge yang bertujuan untuk penumpang KA bandara dapat langsung naik ke konter check-in. Artinya, penumpang lebih menghemat waktu dapat tiba di counter check-in, dan fasilitas telepon umum.

Kualitas pelayanan yang sudah diterapkan dan ditingkatkan di bandara international kualanamu salah satunya adalah sistem penanganan bagasi yang


(13)

terintegrasi langsung dengan sistem monitor atau disebut integrated baggage handling system (IBHSS) dengan tingkat keamanan tertinggi, kemudian yang perlu ditingkatkan adalah sistem pelayanan maskapai penerbangan yang sering kali terjadi pada saat check-in counter.

Berkenaan dengan hal tersebut penulis tertarik untuk menulis kertas karya dengan judul “ Upaya Peningkatan Fasilitas Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pada Penumpang Di Kualanamu International Airport” yang akan menguraikan gambaran umum Bandara Kualanamu yang dikelola oleh Perusahaan Umum Angkasa Pura II yang mempunyai kegiatan di bidang jasa pelayanan operasi lalu lintas udara dan jasa.

1.2Batasan Masalah

Dalam kegiatan perjalanan transportasi udara, penumpang cenderung menyoroti fasilitas dan pelayanan dari pihak airlines/maskapai penerbangan, yang tanpa didasari ada pihak yang sangat penting di dalam pengoperasian airlines tersebut. Yaitu PT. Angkasa Pura II Bandara Kualanamu, sehingga penulis tertarik untuk menginformasikan kegiatan upaya peningkatan fasilitas bandara dalam kualitas pelayanan pada penumpang di Bandara Kualanamu yang bekerjasama dengan pihak airlines.

1.3Tujuan Penulisan


(14)

1. Memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya Pariwisata Program Diploma III, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 2. Memperkenalkan Upaya Peningkatan Fasilitas Dalam Meningkatkan

Kualitas Pelayanan Pada Penumpang Di Kualanamu International Airport. 3. Untuk menambah wawasan penulis dan menerapkan dan mengembangkan

ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah.

1.4Metode Penulisan

Untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan kertas karya ini, penulis menggunakan dua metode penulisan, yaitu :

1. Studi kepustakaan (Library Research)

Penulis mengumpulkan data secara teoritis dari pustaka berupa buku-buku,referensi dan internet yang ada hubungannya dengan pembahasan judul kertas karya ini.

2. Penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data dengan cara penelitian langsung kelapangan, yang dilakukan dengan mewawancarai pihak-pihak yang terkait yang dapat membantu melengkapi isi kertas karya ini.

1.5Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan isi kertas karya ini, maka penulis membaginya ke dalam lima bab yaitu sebagai berikut :


(15)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang alasan pemilihan judul, batasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II URAIAN TEORITIS

Bab ini menguraikan tentang pengertian kepariwisataan, pengertian wisatawan, bentuk dan jenis pariwisata, motif perjalanan wisata, manfaat pariwisata, sarana dan prasarana pariwisata serta tinjauan umum mengenai pelayanan.

BAB III GAMBARAN UMUM BANDARA INTERNATIONAL KUALANAMU

Bab ini berisi tentang sejarah singkat perusahaan/instansi dari masa pembangunan

Bab ini juga memberi penjelasan tentang pengelola Bandara Kualanamu hingga sekarang ini.

BAB IV UPAYA PENINGKATAN FASILITAS DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PADA

PENUMPANG DI KUALANAMU INTERNATIONAL AIRPORT Bab ini menjelaskan tentang pembangunan tahap I ,II dan III bandara kualanamu, dan upaya peningkatan fasilitas bandara serta menguraikan informasi


(16)

umum bandara mulai dari fasilitas, khususnya di dalam memberikan informasi, serta tujuan

dari setiap fasilitas pelayanan kepada penumpang yang dimiliki oleh PT.ANGKASA PURA II BANDARA KUALANAMU.

BAB V PENUTUP

Merupakan rangkuman dari seluruh isi kertas karya ini yang dibuat dalam bentuk kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian pariwisata

Pariwisata merupakan suatu gejala yang kompleks dan memiliki banyak unsur-unsur yang terkait didalamnya seperti akomodasi, transportasi, restoran, dan lain sebagainya. Masing- masing unsur tersebut di atas saling berkaitan satu sama lain dan saling melengkapi serta saling mendukung. Kata pariwisata pertama kali disebutkan oleh Bapak Herman V. Schulard seorang ahli ekonomi berkebangsaan Austria pada tahun 1910. (dalam Yoeti, 1996:114)

Menurut pendapat Herman V. Schulard, tahun 1910 “Kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya budaya asing, adanya pendiaman dan bergeraknya orang-orang keluar masuknya suatu kota, daerah maupun negara”.

Secara etimologi kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yaitu pari,artinya perjalanan atau berkali-kali, berputar-putar, dan keliling tempat wisata, sedangkan wisata, artinya perjalanan keliling atau dilakukan dari satu tempat ketempat lain.

Menurut Hunzieker dan Krapt, “Kepariwisataan menjadi batasan yang bersifat etnis bunyinya: “Kepariwisataan adalah keseluruhan hubungan dan gejala yang ditimbulkan oleh penerapan sementara wisatawan dimana wisatawan itu tidak


(18)

melakukan kegiatan apapun yang menghasilkan pendapatan”. Batasan yang diberikan oleh Hunzieker dan Krapt ini merupakan batasan yang diterima secara official oleh The Association International desexprets Scientifique du Tourism (AIEST) .(dalam Yoeti, 1996:112)

Kemudian Prof. Salah Wahab berkebangsaan Mesir, dalam bukunya yang berjudul An Introduction On Tourism Theory mengemukakan bahwa batasan pariwisata hendaknya memperlihatkan anatomi dari gejala-gejala yang terdiri dari tiga, yaitu : manusia ( man ), yaitu orang yang melakukan perjalanan, dan waktu ( time ), waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata. (dalam Yoeti, 1982:107)

Suatu negara yang menganggap pariwisata sebagai suatu industri yang menghasilkan produk yang dikonsumsi ditempat tujuan, maka pariwisata dapat dianggap sebagai ekspor yang tidak kelihatan ( invisible-exports ), dan manfaat yang diperoleh dapat berpengaruh positif dalam perekonomian, kebudayaan dan kehidupan sosial masyarakat.

Dari berbagai usaha pariwisata terbentuk lah industri pariwisata, yaitu : 1. Secara umum

Industri pariwisata adalah kumpulan berbagai perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan pengunjung pada umumnya dalam perjalanan.


(19)

Industri pariwisata adalah suatu kelompok atau gugusan perusahaan perusahaan yang terkait dengan kepariwisataan, yang bersama-sama menghasilkan produk barang dan jasa yang diperlukan oleh wisatawan maupun pengungjung didalam perjalanannya di suatu tempat.

3. Menurut Dr. Hunzieker (Yoeti, 1994:38)

Tourism Enterprices all business with by combining varies means of production, provide good and services of a specially tourist nature “. Maksudnya industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan para wisatawan.

2.2 Pengertian Industri Pariwisata

Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa ( goods and services ) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya travelers pada umumnya, selama dalam perjalanan.

Perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata adalah :

a. Perusahaan Angkutan Wisata : Perusahaan yang melakukan kegiatan perjalanan dalam bentuk transportasi udara, laut dan darat dimana wisatawan dapat berpindah-pidah tempat.


(20)

b. Hotel dan Akomodasi : Perusahaan yang melakukan kegiatan nya dalam memberikan tempat beristirahat atau penginapan antara lain : hotel, motel, wisma, villa dan sebagainya.

c. Objek Wisata dan Atraksi Wisata : Tempat dimana wisatawan dapat berkunjung ke suatu tempat karena tertarik oleh sesuatu, hal tersebut yang menyebabkan wisatawan datang ke objek wisata tersebut.

d. Travel Agent : Perusahaan perjalanan yang melakukan kegiatannya dalam memberikan jasa pemesanan tiket, angkutan, akomodasi.

e. Tour Operator : Perusahaan perjalanan yang melakukan kegiatannya dalam bentuk arahan dalam perjalanan wisata.

f. Restaurant, Bar, Catering : Perusahaan yang bergerak di bidang usaha boga antara lain : makanan dan minuman yang merupakan hal yang sangat penting bagi wisatawan.

g. Toko-toko Cendramata dan Pusat Kerajinan ( Souvenier ) : Perusahaan atau toko yang bergerak di bidang oleh-oleh dimana wisatawan ingin membawa pulang kenang-kenangan berupa cendramata yang merupakan hasil masyarakat dimana wisatawan itu berkunjung.

Perusahaan ini secara langsung memberikan pelayanan kepada wisatawan. Selain itu, ada juga perusahaan-perusahaan jasa yang secara tidak langsung dibutuhkan oleh wisatawan, seperti photo supplier, kantor pos bank, tourist promotion office dan lain sebagainya. ( Yoeti, 1983:147)


(21)

2.3 Sarana dan Prasarana Kepariwisataan

Sarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang menghasilkan barang maupun jasa yang sudah disediakan, dan beroperasi langsung dalam kegiatan pariwisata. Sedangkan prasarana kepariwisataan adalah sesuatu yang berfungsi sebagai penu njang untuk keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pariwisata. Untuk memperlancar laju pertumbuhan industri pariwisata diperlukan adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat daerah objek wisata. Pemerintah dan masyarakat setempat daerah objek wisata berperan sebagai penyedia sarana dan prasarana kepariwisataan. Selain menciptakan sarana dan prasarana yang baru, masyarakat setempat pun juga berperan untuk memelihara sarana dan prasarana tersebut.

2.3.1 Sarana Kepariwisataan

Sarana kepariwisataan secara umum adalah semua bentuk perusahaan yang dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan, namun perusahaan tersebut tidak selamanya tergantung pada wisatawan. Ada tiga macam sarana kepariwisataan, yaitu: (Yoeti, 1983:170)

1. Sarana Pokok Kepariwisataan ( Main Tourism Suprastructure ) adalah perusahaan yang usahanya sangat tergantung pada kedatangan wisatawannya. Perusahaan-perusahaan yang dimaksud adalah : Perusahaan-perusahaan yang usaha kegiatannya mempersiapakan dan merencanakan suatu perjalanan wisata seperti : Travel Agent, Tour Operator, Tourist Transportation. Selain


(22)

itu perusahaan lain juga dapat memberikan pelayanan dan fasilitas di daerah tujuan wisatawan itu sendiri seperti : Hotel, Motel, Cottages dan lain sebagainya. Ketentuan apabila tidak ada wisatawan, maka perusahaan tersebut tidak dapat hidup sebagai mana biasanya.

2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan ( Supplementing Tourism Superstructure ) adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas-fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya dapat membuat para wisatawan dapat lebih lama tinggal atau di daerah yang di kunjunginya. Perusahaan ini mendorong wisatawan agar lebih lama tinggal di suatu tempat, yang termasuk kelompok ini adalah :

• Sarana Olah Raga meliputi : Golf, Tennis, Kolam renang, dan lain sebagainya.

• Sarana Ketangkasn meliputi : Billyard, Poker dan lain sebagainya. 3. Sarana Penunjang Kepariwisataan ( Supporting Tourism Superstructure )

adalah perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok yang berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal akan tetapi lebih penting agar wisatawan lebih banyak membelajankan uangnya ditempat yang dikunjungi. Yang termasuk dalam kelompok ini meliputi : opera, souvenir, steambath, night club

2.3.2 Prasarana Kepariwisataan ( Tourism Infrastructures )

Prasarana Kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga memudahkan


(23)

manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan. Dalam pengertian ini yang termasuk dalam prasarana adalah :

a) Prasarana Umum

Prasarana umum yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak ( umum ) yang bertujuan untuk membantu kelancaran roda perekonomian, yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

• Sistem penyediaan air bersih • Pembangkit tenaga listrik

• Sistem jaringan jalan raya dan rel kereta api • Sistem telekomunikasi

• Airport, pelabuhan laut, terminal, stasiun

b) Kebutuhan Masyarakat Banyak

Prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak, dan termasuk dalam kelompok ini adalah rumah sakit, kantor pos, apotik, pompa bensin, bank.

2.4 Motivasi Perjalanan Wisata

Untuk memahami makna kegiatan pariwisata yang sebenarnya, kita harus mengetahui bagaimana hubungan antara motif perjalanan dengan perjalanan yang aktual diadakan. Dengan memahami bagaimana motif yang menyebabkan


(24)

seseorang mengambil keputusan untuk benar-benar mengadakan perjalanan, maka dari sinilah kita dapat mengerti makna kegiatan pariwisata ( Soekadijo 1997:35 ).

Berikut ini adalah beberapa motivasi perjalanan wisata yang dibuat oleh Mclntosh ( 1997 ) yang diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan, yaitu :

1. Motif Fisik , yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti olahraga, istirahat,kesehatan, dan sebagainya.

2. Motif Budaya, yaitu semua hal yang bersifat budaya dan menjadi motif bagi wisatawan, bukan hanya berupa atraksi saja. Wisatawan datang ke suatu tujuan wisata untuk mempelajari atau sekedar untuk mengenal serta memahami tata cara dan kebudayaan bangsa atau daerah lain, yaitu berupa kebiasaan, kehidupan sehari-hari, kebudayaannya yang berupa bangunan, musik,tarian dan sebagainya.

3. Motif Interpersonal, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, berkenalan dengan orang-orang tertentu, atau sekedar dapat melihat tokoh-tokoh terkenal: penyanyi, penari, bintang film, tokoh-tokoh politik, dan sebagainya.

4. Motif Status atau Motif Prestise. Banyak orang beranggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi tempat-tempat tertentu dengan sendirinya dianggap melebihi sesamanya yang tidak pernah berpergian. Orang yang pernah berpergian ke daerah-daerah lain dianggap atau merasa naik gengsi atau statusnya. Dalam wisata aktif prestise itu sangat penting untuk negara-negara berkembang atau negara bekas jajahan.


(25)

Klasifikasi yang dibuat oleh Mclntosh tersebut dapat dibagi lagi menjadi motif-motif yang lebih kecil lagi/subkelas. Motif-motif yang lebih kecil itu oleh international Union of Official Travel Organization ( IUOTO ) sekarang WTO ) dijadikan sebagai acuan untuk menentukan tipe perjalanan wisata.

Di bawah ini tercantum beberapa subkelas motif wisata beserta tipe wisatanya ( Soekadijo 1997 : 38 )

A. Motif bersenang-senang atau tamasya

• Ingin mengumpulkan pengalaman sebanyak-banyaknya.

• Mendengarkan dan menikmati setiap hal yang menarik perhatian. • Tidak terikat pada satu sasaran yang telah ditentukan dari tempat

asalnya ( place of origin ).

• Biasanya suka berpindah-pindah dari satu objek wisata ke objek wisata lainnya untuk menikmati pemandangan alam setempat, pesta rakyat, hiruk-pikuk kota besar, atau ketenangan tempat yang sepi, monumen, peninggalan sejarah, dan sebagainya.

B. Motif rekreasi

• Untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohani. Kegiatannya bisa berupa mendaki gunung, membaca, mengerjakan hobi, sightseeing, berbelanja, dan sebagainya.

• Hanya menghabiskan waktu di satu tempat saja, tidak berpindah-pindah.


(26)

C. Motif wisata bisnis

• Untuk menghadiri kunjungan bisnis, pertemuan-pertemuan bisnis, termasuk perjanjian kerjasama.

• Untuk menghadiri pekan raya dagang.

• Untuk menghadiri pameran dan meninjau proyek. D. Motif kebudayaan

• Tidak hanya mengunjungi satu tempat untuk menyaksikan dan menikmati atraksi wisata.

• Untuk mempelajari atau meneliti tentang keadaan setempat, menaambah pengalaman, dan bagi seniman biasanya untuk memperkaya diri dan mempertajam penghayatannya terhadap karya seni.

• Untuk menyaksikan berbagai peristiwa khusus ( special event ), misalnya: upacara keagamaan, penobatan raja, pemakaman tokoh tersohor, pertunjukan kesenian yang terkenal, upacara adat, dan sebagainya.

• Untuk mengetahui atau melihat cara hidup suatu suku atau masyarakat.

E. Motif wisata olahraga

Dalam hubungan pariwisata dengan olahraga harus dibedakan antara pesta olahraga atau pertandingan olahraga ( sporting events ) dan olahraga


(27)

sebagai kegiatan berolahraga. Untuk tipe wisata seperti ini, mampu mendatangkan jumlah wisatawan yang cukup besar ke suatu daerah/negara. Misalanya: Asean Games, World Cup, atau European Cup.

Dalam pesta olahraga, yang menjadi atraksi yaitu kegiatan pertandingan olahraga. Sedangkan dalam kegiatan olaharaga yang menjadi atraksinya adalah fasilitas untuk berolaharaga, misanya: lapangan golf, jalur ski, lapangan sepak bola, dan sebaginya. Selain itu, yang menjadi wisatawan di tempat itu tidak untuk menyaksikan olahraga, akan tetapi untuk berolahraga.

F. Motif spiritual

• Untuk berziarah ke tempat-tempat yang dianggap suci.

• Untuk melakukan ibadah keagamaan, seperti: ibadah haji dan umroh. • Untuk berziarah ke makam pahlawan, makam-makam yang dianggap

keramat serta makam para leluhur.

G. Motif wisata konvensi

• Untuk menghadiri pertemuan nasional maupun internasional untuk membicarakan masalah kenegaraan.

• Untuk menghadiri pertemuan-pertemuan tahunan antara ahli-ahli di bidang tertentu.


(28)

• Untuk menghadiri kerjasama internasional guna membicarakan masalah-masalah yang sifatnya global.

• Untuk menghadiri ataupun menyelenggarakan seminar, simposium, lokakarya, dan sebagainya

H. Motif interpersonal

• Untuk bertemu seseorang, misalnya: keluarga atau artis.

• Untuk menyaksikan pertunjukan yang dilakukan oleh manusia, misalnya: konser musik dan pertujukan tari-tarian erotis.

I. Motif kesehatan

• Untuk mengunjungi tempat-tempat sumber air mineral ( spa ) yang dianggap memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit.

• Untuk menjalani operasi, terapi, dan check-up.

• Untuk menjalani pengobatan alternatif, termasuk menjalani pengobatan melalui dukun.

J. Motif wisata sosial

• Perjalanan wisata yang diberi subsidi sepenuhnya ataupun hanya dengan membayar separuh harga.

• Untuk menjalakan misi kemanusiaan.


(29)

BAB III

GAMBARAN UMUM PT ANGKASA PURA II BANDARA INTERNATIONAL KUALANAMU

3.1 Sejarah Perusahaan

PT Angkasa Pura II (Persero), disebut “Angkasa Pura II” atau “Perusahaan” merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang usaha pelayanan jasa kebandar udaraan dan pelayanan jasa terkait bandar udara di wilayah Indonesia Barat. Angkasa Pura II telah mendapatkan kepercayaan dari Pemerintah Republik Indonesia untuk mengelola dan mengupayakan pengusahaan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng yang kini berubah nama menjadi Bandara Internasional Jakarta Soekarno-Hatta serta Bandara Halim Perdanakusuma sejak 13 Agustus 1984.

Keberadaan Angkasa Pura II berawal dari Perusahaan Umum dengan nama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng melalui Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1984, kemudian pada 19 Mei 1986 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II. Selanjutnya, pada 17 Maret 1992 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1992 berubah menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Seiring perjalanan perusahaan, pada 18 November 2008 sesuai dengan Akta Notaris Silvia Abbas Sudrajat, SH, SpN Nomor 38 resmi berubah menjadi PT Angkasa Pura II (Persero).


(30)

Berdirinya Angkasa Pura II bertujuan untuk menjalankan pengelolaan dan pengusahaan dalam bidang jasa kebandarudaraan dan jasa terkait bandar udara dengan mengoptimalkan pemberdayaan potensi sumber daya yang dimiliki dan penerapan praktik tata kelola perusahaan yang baik. Hal tersebut diharapkan agar dapat menghasilkan produk dan layanan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat sehingga dapat meningkatkan nilai Perusahaan dan kepercayaan masyarakat.

Kiprah Angkasa Pura II telah menunjukkan kemajuan dan peningkatan usaha yang pesat dalam bisnis jasa kebandarudaraan melalui penambahan berbagai sarana prasarana dan peningkatan kualitas pelayanan pada bandara yang dikelolanya.

Angkasa Pura II telah mengelola 13 Bandara, antara lain yaitu ; • Bandara Soekarno-Hatta (Jakarta),

• Halim Perdanakusuma (Jakarta),

• Kualanamu (Medan),

• Supadio (Pontianak),

• Minangkabau (Padang),

• Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang),

• Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru),

• Husein Sastranegara (Bandung),


(31)

• Raja Haji Fisabilillah (Tanjungpinang),

• Sultan Thaha (Jambi),

• Depati Amir (Pangkal Pinang),

• Silangit (Tapanuli Utara).

Angkasa Pura II telah berhasil memperoleh berbagai penghargaan dari berbagai instansi. Penghargaan yang diperoleh merupakan bentuk apresiasi kepercayaan masyarakat atas performance Perusahaan dalam memberikan pelayanan, diantaranya adalah “The Best BUMN in Logistic Sector” dari Kementerian Negara BUMN RI (2004-2006), “The Best I in Good Corporate Governance” (2006), Juara I “Annual Report Award” 2007 kategori BUMN Non-Keuangan Non-Listed, dan sebagai BUMN Terbaik dan Terpercaya dalam bidang Good Corporate Governance pada Corporate Governance Perception Index 2007 Award. Pada tahun 2009, Angkasa Pura II berhasil meraih penghargaan sebagai 1st The Best Non Listed Company dari Anugerah Business Review 2009 dan juga sebagai The World 2nd Most On Time Airport untuk Bandara Soekarno-Hatta dari Forbestraveller.com, Juara III Annual Report Award 2009 kategori BUMN Non- Keuangan Non-Listed, The Best Prize ‘INACRAFT Award 2010’ in category natural fibers, GCG Award 2011 as Trusted Company Based on Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2010, Penghargaan Penggunaan Bahasa Indonesia Tahun 2011 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, penghargaan untuk Bandara Internasional Minangkabau Padang sebagai Indonesia Leading Airport dalam Indonesia Travel & Tourism Award


(32)

2011, dan Penghargaan Kecelakaan Nihil (Zero Accident) selama 2.084.872 jam kerja terhitung mulai 1 Januari 2009-31 Desember 2011 untuk Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru,serta berbagai penghargaan di tahun 2012 dari Majalah Bandara kategori Best Airport 2012 untuk Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru) dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), kategori Good Airport Services untuk Bandara Internasional Minangkabau dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng) dan kategori Progressive Airport Service 2012 untuk Bandara Internasional Soekarno-Hatta Terminal 3 (Cengkareng).

Sebagai Badan Usaha Milik Negara, Angkasa Pura II selalu melaksanakan kewajiban untuk membayar dividen kepada negara selaku pemegang saham. Angkasa Pura II juga senantiasa berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan perlindungan konsumen kepada pengguna jasa bandara, menerapkan praktik tata kelola perusahaan yang baik, meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya serta meningkatkan kepedulian sosial terhadap masyarakat umum dan lingkungan sekitar bandara melalui program Corporate Social Responsibility.

3.1.1 Peran Perusahaan Angkutan Wisata

Perusahaan angkutan wisata adalah perusahaan yang melakukan kegiatan perjalanan dalam bentuk transportasi udara, laut dan darat, dimana wisatawan dapat berpindah-pindah tempat. Dalam hal ini salah satunya adalah perusahaan angkutan wisata yang kegiatan perjalanannya dalam bentuk transportasi udara salah satunya bandara kualanamu. Bandara ini terdaftar dalam ASEAN open sky yang bertujuan


(33)

agar indonesia bisa masuk dalam kawasan elit dunia dalam hal kemajuan bandara tersebut.Lima bandara Indonesia yang akan sepenuhnya dibuka untuk ASEAN open sky yang dimasuki maskapai-maskapai dari negara Asean antara lain Soekarno-Hatta (Jakarta), Kualanamu (Medan), Juanda (Surabaya), Ngurah Rai (Denpasar), dan Hasanuddin (Makassar). Tahun 2015 nanti hanya ada lima bandara internasional, ini bukan bentuk proteksi, tapi lebih pada economic of skill untuk beri pelayanan yang lebih baik.

Sebagai bandara internasional, pemerintah harus menyiapkan infrastruktur fisik yang memadai, termasuk di antaranya ketersediaan petugas imigrasi, bea cukai dan lain-lain. Jika semua bandara mengklaim sebagai bandara internasional maka negara harus menyediakan biaya operasional yang cukup besar agar sesuai standar internasional. Itu akan menjadi high cost bagi negara. Harus ada aturan khusus yang mengatur syarat menjadi bandara internasional. Pihaknya mengusulkan agar pemerintah membuat standar khusus menjadi bandara internasional, seperti minimal harus ada 10 kali penerbangan internasional yang menggunakan bandara itu, atau setidaknya daerah itu dikunjungi 1 juta wisatawan mancanegara dalam setahun. "Jika kepala daerah setempat bisa membuktikan itu maka, boleh saja disebut bandara internasional.

Indonesia memiliki lebih dari 230 juta penduduk yang kecenderungannya berkumpul di kota-kota besar. Bahkan populasi satu wilayah di Indonesia bisa melebihi jumlah penduduk di satu negara di Asia Tenggara. Dengan pertumbuhan ekonomi yang baik otomatis pendapatan perkapita masyarakatnya juga akan


(34)

meningkat. "Unemployment rate (tingkat pengangguran) turun signifikan, dengan sendirinya kemampuan membeli produk maskapai semakin tinggi.Secara geografis, Indonesia yang merupakan negara kepulauan menjadikan moda transportasi udara menjadi lebih utama dibanding moda yang lain. Secara komposisi maskapai nasional melayani 67 persen penerbangan melintasi lautan (over the water). Hal itu berbeda dengan negara lain yang lebih banyak memiliki daratan. Seperti di India bisa saja moda transportasi udara digantikan dengan kereta api, tapi di indonesia tidak bisa kalau diganti moda laut akan membutuhkan waktu yang panjang,

3.1.2 Bandar Udara Internasional Kualanamu

Bandar udara internasional Kualanamu bandar udara yang terletak di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Bandara ini terletak 39 km dari kota Medan. Bandara ini adalah Bandara terbesar kedua di Indonesia setelah bandar udara Internasional Soekarno-Hatta yang terletak di daerah kawasan di Cengkareng

Lokasi Bandara ini dulunya bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Kecamatan Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pembangunan Bandara ini dilakukan untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang sudah berusia 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan dapat menjadi “Main Hub” yaitu pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatera dan sekitarnya.


(35)

Selain itu, adanya kebijakan untuk melakukan pembangunan Bandara Internasional Kualanamu adalah karena keberadaan Bandar Udara Internasional Polonia di tengah kota Medan yang mengalami keterbatasan Operasional dan sulit untuk dapat dikembangkan serta kondisi fasilitas yang tersedia di Bandar Udara Polonia sudah tidak mampu lagi menampung kebutuhan pelayanan angkutan udara yang cenderung terus meningkat.

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara dan secara administrasi berbatasan langsung dengan Kota Medan. Kabupaten ini adalah wilayah pedalamam (hinterland) dari Kota Medan, sehingga perkembangan wilayahnya pun sebagaian besar dikarenakan adanya pengaruh yang ditimbulkan dari perkembangan Kota Medan. Namun, pada saat ini yang menjadi salah satu faktor penyebab berkembangannya Kabupaten ini dikarenakan adanya pembangunan Bandara Internasional Kualanamu yang merupakan rencana Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dengan tujuan untuk menggantikan fungsi Bandara Internasional Polonia Medan. Alasan adanya rencana pemindahan fungsi bandara tersebut dikarenakan Bandara Polonia Medan memiliki lokasi yang kurang layak yaitu berada di pusat perkotaan Kota Medan. Maka dari itu, pemerintah pun membuat kebijakan dengan pemindahan bandara tersebut.

Perencanaan pembangunan Bandara Kualanamu sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1994, hanya saja terjadi beberapa kendala yang menyebabkan proyek pembangunan tersebut mengalami penundaan. Pada saat ini Bandara Kualanamu sudah beroperasi, hanya saja kegiatan pembangunan masih


(36)

belum 100 persen selesai. Hal ini dikarenakan masih ada beberapa akses menuju bandara yang belum selesai secara keseluruhan.

Bandara Kualanamu, 29 September 2014 – PT Angkasa Pura II (Persero) akan mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu menjadi kawasan Aerotropolis. John D. Kasarda professor University of North Carolina Kenan-Fagler Business School, memperkenalkan konsep Aetropolis sejak puluhan tahun lalu. Beliau mengatakan bahwa : “Airport leaves the city, the city follow the airport and the airport become a city!”.. Kawasan Aerotropolis yaitu kawasan dimana sebuah bandar udara menjadi seakan menyatu dengan kegiatan bisnis yang berada di sekitarnya, yang akan menjadi pusat kegiatan yang dikelilingi oleh berbagai fasilitas pendukung seperti perkantoran, area komersil, area hiburan, layanan kesehatan berkelas, hingga dunia akademis dan industri. Bandara yang tadinya terpencil jauh dari mana-mana, sekarang menjadi satu dan menjadi komunitas tersendiri. Kawasan ini nantinya akan terintegrasi dengan pelabuhan Belawan Medan dan Kuala Tanjung di Kabupaten Batu bara, Sumatera Utara. Konsep tentang aerotropolis tersebut akhirnya disosialisasikan kepada masyarakat dalam acara seminar “membangun daya saing sumatera utara melalui pengembangan aerotropolis Kualanamu” yang di gelar di Grand Ballroom Hotel JW Marriot Medan. Kualanamu nantinya diharapkan dapat menjadi motor penggerak roda perekonomian di wilayah Sumatera Utara khususnya Kota Medan, Deli Serdang dan kawasan di sekitar Bandara tersebut.

Dalam konsep Aerotropolis suatu bandara akan menjadi pusat kegiatan yang dikelilingi oleh berbagai fasilitas pendukung yang terletak di dalam pagar bandara


(37)

maupun di luar pagar bandara. Fasilitas tersebut dapat berupa perkantoran, gudang logistic, arena permainan, hotel, perumahan, pusat industri, rumah sakit, pusat pendidikan, mall maupun sarana pendukung lainnya. Untuk mengembangkan kawasan Aerotropolis kualanamu, PT Angkasa Pura II (Persero) bekerja sama dengan ahli aerotropolis dunia Prof. Jhon Kasarda dan Ahli aerotopolis dalam negeri dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kualanamu merupakan bandara yang sangat strategis untuk mengembangkan konsep aerotropolis, seperti yang telah dilakukan di beberapa negara. Mengingat masih sangat banyak lahan kosong yang tersedia dan siap untuk dikembangkan. Selain itu letak Bandara Internasional Kualanamu yang strategis dekat dengan kawasan Asia Tenggara, Australia dan timur Tengah dan juga merupakan satu satunya Bandara yang saat ini terintegrasi langsung dengan kereta api.

Tentu saja peran pemerintah sangat diperlukan dalam mengembangkan kawasan Aerotropolis ini. Nantinya diharapkan Aerotropolis Kualanamu dapat bersinergi dengan pengembangan di kawasan MEBIDANGRO (Medan, Binjai, Deli Serdang dan Tanah Karo). tentu saja aerotropolis tidak hanya akan memberikan dampat pada pengelola Bandara tesebut, namun juga terhadap pemerintahan dan masyarakat di sekitarnya. Kawasan Aerotropolis akan mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.

Melalui sosialisasi Aerotropolis ini diharapkan akan banyak pihak yang mendukung terselenggaranya kawasan tersebut, terutama dukungan dan partisipasi dari pemerintah setempat.


(38)

3.2 Masa Pembangunan Bandara Kualanamu

Pada tahun 1992Dilakukan studi pemilihan lokasi bandar udara baru sebagai pengganti bandar udara Polonia oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, dimana terhadap 6 (enam) alternatif lokasi di Propinsi Sumatera Utara yang berada di kawasan Kualanamu, Pantai Cermin & Hamparan Perak (masing-masing dua lokasi). Dengan memperhatikan enam aspek sebagai berikut:

a. Rencana Tata Ruang Wilayah; b. Pertumbuhan Ekonomi;

c. Kelayakan ekonomis, teknis, operasional, lingkungan dan usaha angkutan udara; d. Keamanan dan keselamatan penerbangan;

e. Keterpaduan intra dan antar moda; dan f. Pertahanan keamanan Negara;

Terpilih dua alternatif lokasi Bandar Udara Baru sebagai pengganti Bandar Udara Polonia yaitu di kawasan Kualanamu dan Pantai Cermin (masing-masing satu lokasi). Pada tahun 1994 dilakukan studi pembuatan Master Plan & Basic Design Bandar Udara Baru sebagai pengganti Bandar Udara Polonia oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara terhadap 2 alternatif lokasi terpilih yaitu di kawasan Kualanamu & Pantai Cermin (masing-masing satu lokasi).


(39)

Pada tahun 1995 Penetapan lokasi bandar udara baru di Kualanamu sebagai pengganti Bandar Udara Polonia melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 41 Tahun 1995 (21 September 1995) yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 66 Tahun 1996 (6 Nopember 1996).

Pada tahun1996 dimulainya proses pembebasan lahan lokasi bandar udara baru Kualanamu seluas 1.365 Ha oleh PT. Angkasa Pura II (Persero) selaku BUMN penyelengara bandar umum.

Pada tahun1997 dilakukan studi review master plan & basic design fasilitas sisi darat bandar udara baru Kualanamu oleh PT. Angkasa Pura II (Persero).

Pencanangan membangun bandara baru Kualanamu dengan sistem “Ruislag” (tukar guling dengan bandar udara Polonia), pada saat itu sudah ada investor yang berminat yaitu konsorsium PT. Citra Lamtoro Gung Persada.

Terkait terjadinya krisis ekonomi pada era pemerintahan Orde Baru, maka status pembangunan bandar udara baru Kualanamu “Ditangguhkan Pelaksanaannya” melalui KEPPRES Nomor 39 Tahun 1997 pada tanggal 20 September 1997. Kemudian terjadi perubahan status pembangunan bandar udara baru Kualanamu “Untuk Diteruskan Pelaksanaannya” melalui KEPPRES Nomor 47 Tahun 1997 pada tanggal 1 Nopember 1997;

Pada tahun 1998 : Kembali terjadi perubahan status pembangunan bandar udara baru Kualanamu “Untuk Ditangguhkan Pelaksanaannya” melalui KEPPRES Nomor 5 Tahun 1998 pada tanggal 10 Januari 1998;


(40)

Pada tahun 2002 : Diterbitkan KEPPRES Nomor 15 Tahun 2002 tentang Pencabutan KEPPRES Nomor 39 Tahun 1997 dengan mengintruksikan kepada Kementrian terkait untuk melakukan penilaian kelayakan penerusan proyek-proyek yang ditangguhkan pelaksanaannya (termasuk proyek-proyek pembangunan bandar udara baru Kualanamu) pada tanggal 22 Maret 2002;

Selanjutnya Kementrian Perhubungan c/q Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melakukan pengkajian ulang yang didasarkan pada tingkat kebutuhan, ketersediaan dana dan kriteria/ karakteristik khusus proyek dan dinyatakan pembangunan Bandar Udara Baru di Kualanamu layak untuk diteruskan pelaksanaanya.

Dan atas persetujuan Presiden RI pada Era Reformasi, Menteri Perhubungan menetapkan pembangunan Bandar Udara Baru Kualanamu dapat diteruskan pelaksanaanya dengan pola pendanan dari BLN/LOAN, namun kebijakan pemerintah pada Era Indonesia Bersatu menyetujui pendanaan dari APBN dan Sharing dengan PT. Angkasa Pura II (Persero) selaku BUMN penyelenggara Bandar Udara umum. Pada tahun 2003 : Pembuatan Detail Engineering Design pembangunan bandar udara Kualanamu oleh Ditjen Perhubungan Udara dan PT. Angkasa Pura II (Persero). Pada tahun 2006 : Peletakan Batu Pertama sebagai awal dimulainya pelaksanaan pembangunan bandar udara baru Kualanamu oleh Wakil Presiden RI M. YUSUF KALLA.


(41)

Pada tahun 2007 : Penetapan rencana induk bandar udara Baru Kualanamu dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 30 Tahun 2007 (16 Juli 2007) dan perubahannya dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. : KM 61 Tahun 2007 (29 November 2007 ). Penetapan KKOP (Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan) Bandar Udara Baru Kualanamu dengan Peraturan Menteri Perhubungan No. : KM 57 Tahun 2007 (2 Nopember 2007).

Pada tahun 2008 : Pelaksanaan pembangunan bandar udara baru Kualanamu sampai dengan saat ini dan diharapkan dapat diselesaikan sesuai target pengoperasian bandar udara yang telah ditetapkan pemerintah.

Pada tahun 2013 : Perngoperasian bandar udara internasional Kualanamu pada 25 Juli 2013.

Pada tahun 2014 : Tanggal 27 Maret 2014 bandar udara internasional Kualanamu di resmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.

3.3 Runway & Safe Area Bandara Internasional Kualanmu

 Kode IATA KNO

 Kode ICAO WIMM

 Elevasi 7 m 23 ft)  Zona Waktu UTC + 7  Runway 3.750 m x 60 m


(42)

 Kekuatan Runway PCN 71 F/B/W/T Asphalt Concrete  Kekuatan Apron PCN 109 R/C/W/T Rigid

 Koordinat 3�38'32"N 98�53'7"E

 Dimensi Apron 200.000 m2

 Stand 33

 Terminal Penumpang 118.930 m�

 Check-in Area 7.085,9 m� 101 Counter (4 islands)

 Ruang Tunggu Domestik 4.568,98 m�

 Ruang Tunggu International 2.068,2 m�

 Baggage Claim Domestik 3.244,15 m�

 Baggage Claim International 1.614,85 m�

 Area Komersil 19.514,33 m�


(43)

 Kapasitas 22.180.000 passengers/year

 Curb Side 3.200 m2

 Area Check-in 1.109 m2 18 Counter

 Hall Kedatangan 7.262,32 m�


(44)

BAB IV

UPAYA PENINGKATAN FASILITAS DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PADA PENUMPANG DI BANDARA

KUALANAMU

4.1 Kualitas Pelayanan Pada Penumpang Di Bandara Kualanamu

Pelayanan penumpang dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan yang bertujuan memuaskan dan menyenangkan masyarakat dalam mendapatkan suatu pelayanan yang baik dan sopan. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63 Tahun 2003 mendefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang penumpang maupun jasa penumpang yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah, daerah, lingkungan BUMN dan BUMD dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan peraturan perundang-undangan.

Semua bidang jasa terkait erat dengan pelayanan yang akan diberikan terhadap konsumennya. Demikian pula dengan bidang jasa transportasi terkait erat dengan pelayanan yang akan diberikan pada pengguna alat transportasi yang disediakan. Penilaian terhadap pelayanan diperlukan untuk (dalam jangka panjang) meningkatkan pelayanan kepada publik di satu sisi, dan di sisi lain, menurunkan biaya operasi. Penetapan tingkat pelayanan perlu memperhatikan berbagai aktor yang terlibat. Konsumen menghendaki tingkat pelayanan yang setinggi-tingginya. Dilain


(45)

pihak, operator bertujuan untuk meningkatkan pendapatan yang sebanyak-banyaknya. Sementara itu, masyarakat berkepentingan untuk tidak memperoleh dampak negatif dari beroperasinya sebuah sistem angkutan. Dengan demikian tingkat pelayanan akan bersifat subyektif. Fakta menunjukkan bahwa kualitas pelayanan angkutan jalan berada pada kondisi yang cukup memprihatinkan, meskipun saat ini pemerintah terus berupaya meningkatkan kualitas pelayanan angkutan, melalui penyediaan angkutan umum massal berbasis jalan (BRT) dibeberapa kota besar di Indonesia. Namun hal tersebut ternyata belum optimal untuk mendorong masyarakat menggunakan angkutan umum. Pada tahun 2014 Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan telah memprogramkan bantuan pengoperasian angkutan massal berbasis jalan untuk wilayah Medan, Binjai dan Deli Serdang.

Adalah alasan klasik yang yang mengatakan bahwa biaya yang tersedia tidak cukup untuk meningkatkan pelayanan yang ada saat ini. Tentu saja ini berkaitan dengan tarif yang sangat rendah. Dalam konteks ini, maka pemerintah sudah selayaknya berupaya meningkatkan kualitas pelayanan tanpa harus membebani terlalu banyak pada masyarakat.

Menurut Vuchic dkk (1992) kualitas pelayanan merupakan elemen kualitatif dari suatu pelayanan yang sesuai dan mudah digunakan dalam suatu sistem, kenyamanan perjalanan, keindahan, kebersihan, dan kepuasan penumpang. Sedangkan LPM-UGM (2000) mendefinisikan tingkat pelayanan (level of service). adalah ukuran menyeluruh dari karakteristik operasi dan pelayanan


(46)

yangmempengaruhi penumpang. Faktor-faktor yang dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat pelayanan adalah:

1. Elemen kinerja yang mempengaruhi penumpang, seperti: operating speed, reliability dan keselamatan;

2. Service quality yang terdiri dari aspek-aspek kualitatif, seperti:

kenyamanan dan kemudahan menggunakan sistem angkutan, riding comfort, estetika, kebersihan;

3. Tarif yang harus dibayar oleh konsumen.

Kemudian menurut LPM-UGM (2000) kualitas pelayanan didefinisikan melalui dua fungsi, yaitu kualitas pelayanan sebagai fungsi tarif dan observed variabels (waktu perjalanan, keterlambatan dan load factor) serta kualitas pelayanan.

4.2 Standard International Bandara 4.2.1 Peraturan Internasional

Setiap bandara memiliki standar dan prosedur peraturan penerbangan, oleh karena itu bandara wajib harus memiliki peraturan internasional. Berikut peraturan internasional yang dimiliki oleh sebuah bandara :

1. ICAO Annex 1 tentang Personnel Licensing

2. ICAO Annex 2 tentang Rules Of The Air


(47)

4. ICAO Annex 4 tentang Aeronautical Charts

5. ICAO Annex 5 tentang Unit Of Measurement To Be Used In Air and Ground Operation

6. ICAO Annex 6 tentang Operetions Of Aircraft Part

7. ICAO Annex 7 tentang Aircraft Nationality and Registration Marks

8. ICAO Annex 8 tentang Airworthiness of Aircraft

9. ICAO Annex 9 tentang Facilitation

10. ICAO Annex 10 tentang Aeronautical Telecomunications Part

11. ICAO Annex 11 tentang Air Traffic Service

12. ICAO Annex 12 tentang Search and Rescue

13. ICAO Annex 13 tentang Airccraft Accident and Incident Investigation

14. ICAO Annex 14 tentang Aerodromes

15. ICAO Annex 15 tentang Aeronautical Information Service

16. ICAO Annex 16 tentang Environmental Protection

17. ICAO Annex 17 tentang Security

18. ICAO Annex 18 tentang The Safe Transport of Dangerous Goods by Air


(48)

4.2.2 Peraturan Nasional

Bandara memiliki peraturan nasional yang telah diatur melalui perundang-undangan, peraturan pemerintah, peraturan menteri perhubungan, dan juga peraturan direktorat jenderal perhubungan udara. Berikut peraturan nasional tersebut :

1.) Undang-Undang

• Undang - Undang Nomor 2 Tahun 1976 Tentang Pengesahan Konvensi Tokyo 1963, Konvensi The Hague 1970 dan Konvensi Montreal 1971. • Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 Tentang

Penerbangan.

2.) Peraturan Pemerintah

• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan.

• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan.

• Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara.

3.) Peraturan Menteri Perhubungan

• Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 48 Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum;


(49)

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 41 Tahun 2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Bandar Udara.

• Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 11 Tahun 1991 Tentang Penetapan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo.

• Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 504 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo di Boyolali.

• Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 20 Tahun 2009 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System). • Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 24 Tahun

2009 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulations Part 139) Tentang Bandar Udara (Aerodrome). • Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 8 Tahun

2010 Tentang Program Keselamatan Penerbangan Nasional.

• Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 55 Tahun 2011 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 176 (Civil Aviation Safety Regulation Part 176) Tentang Pencarian dan Pertolongan (Search and Rescue).

• Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 31 Tahun 2013 Tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional.


(50)

• Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 90 Tahun 2013 Tentang Keselamatan Pengangkutan Barang Berbahaya Dengan Pesawat Udara • Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 77 Tahun 2011 Tentang

Tanggung Jawab pengangkut Angkutan Udara

4.) Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

• Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor SKEP/124/VI/2009 Tentang Pedoman Pelaksanaan Bandar Udara Ramah Lingkungan (Eco Airport).

• Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 116 Tahun 2013 Tentang Pemindahan Pesawat Udara Yang Rusak Di Bandar Udara.

• Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP 262 Tahun 2013 Tentang Petunjuk dan Tata Cara Pemeriksaan dan Pengujian Kinerja

Peralatan Kemanan.

• Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP 114 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 41 Tahun 2011 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Otoritas Bandar Udara

• Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :

SKEP/2765/XII/2010 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Penumpang, Personil Pesawat Udara dan Barang Bawaan yang Diangkut dengan Pesawat Udara dan Orang Perseorangan


(51)

• Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : SKEP/43/III/2007 Tentang Penanganan Cairan, Aerosol dan Gel (Liquids, Aerosols and Gels) Yang Dibawa Penumpang Ke dalam Kabin Pesawat Udara pada

Penerbangan Internasional.

• Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :

SKEP/100/VII/2003 Tentang Petunjuk Teknis Penanganan Penumpang Pesawat Udara Sipil yang Membawa Senjata Api beserta Peluru dan Tata Cara Pengamanan Pengawalan Tahanan dalam Penerbangan Sipil

• Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :

SKEP/100/XI/1985 Tanggal 12 Nopember 1985 Tentang Peraturan dan Tata Tertib Bandar Udara.

• Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor : KP. 29 Tahun 2014 Tanggal 30 Januari 2014 Tentang Manual Standar Teknis dan Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil – Bagian 139 (Manual Of Standars CASR – Part 139) Volume 1 Bandar Udara (Aerodrommes).

4.3 Fasilitas Bandara Kualanamu

Berikut fasilitas yang dapat dinikmati oleh penumpang di Bandara Kualanamu:


(52)

Sistem yang digunakan untuk memonitor kondisi lingkungan strategis dimana dibutuhkan level sekuritas tinggi.

2. Centralized acces control system

Sistem yang digunakan untuk membatasi hak akses seseorang terhadap fasilitas yg menggunakan metode access card,fingerprint maupun metode recognition dimana sistem ini tersentralisasi kepada suatuserver dan storage sehingga memudahkan dalam pengelolaannya.

3. Building Management system (BMS)

Sistem pengiriman informasi yg melakukan monitor & kontrol pada berbagai sistem & fungsi suatu gedung.

4. Common Use Passenger Processing System (CUPPS)

Layanan yg diberikan pada maskapai penerbangan untuk dapat menggunakan counter check-in bersama-sama, dalam perkembangannya CUPPS dapat diintegrasikan dengan Aiport Management System (AMS) dan Baggage Handling System (BHS). 5. Baggage Handling System

konveyor untuk mengangkut bagasi setelah check-in & di sortir otomatis untuk dikirim ke pesawat sesuai nomor penerbangan.

6. Flight Information Display System (FIDS)

Layanan yang menyediakan informasi penerbangan (keberangkatan dan kedatangan) yang biasanya mengguanakan TV flat screen sebagai


(53)

alat display-nya di lokasi-lokasi strategis di bandara, hotel, serta lokasi lainya diluar bandara. Teknologi terbaru FIDS antara lain bisa melakukan reservasi untuk penerbangan,hotel, ataupun taksi. Selain itu, informasi realtime mengenai cuaca yang mempengaruhi penerbangan juga penerbangan pada FIDS.

7. Airport Management System (AMS)

Sistem yang digunakan untuk pengelolaan kegiatan operasional bandara maupun kegiatan yang terkait dengannya disisi aoronautical, mulai dari pengaturan jadwal penerbangan, alokasi sumber daya (gate,parking stand,baggage claim, garbarata dan lain-lain), pencatatan kegiatan penerbangan (block on/block off, take off, landing, dan lain-lain), penyampaian informasi penerbangan baik secara tampilan (FIDS) maupun voice (Public Announcement), pembuatan billing untuk maskapai penerbangan, pelaporan data statistik serta kegiatan lain nya.

8. Network Monitoring System

Sebuah sistem untuk melakukan monitoring jaringan di seluruh bandara, sehingga administrator dapat menerima peringatan ketika terjadi gangguan pada jaringan.

9. Automatic Public Announcement System

Layanan public menggunakan pengeras suara berfungsi pemanggilan boarding, pemberitahuan informasi penerbangan, dan lainnya secara


(54)

otomatis sesuai data penerbangan realtime, dimana dalam prosesnya sistem ini dapat diintegrasikan dengan sistem AMS.

10. Master Clock

Sistem yang mensinkrinisai seluruh informasi waktu pada perangkat yang terdapat didalam maupun diluar terminal bandara.

11. Parking Management System

Sistem parkir yang dapat memberikan informasi kapasitas parkir, jumlah parkir ersedia di tiap area, laporan pendapaan parkir yang mengguanakan man-less counter pada pintu masuk, dan menggunakan gate yang dilengkapi kamera.

Teknologi terbaru yang dapat di terapkan saat ini adalah, dengan menempatkan kios untuk memberi kemudahan pembayaran dengan electronic cash, dan menambahkan RFID digunakan untuk mobil atau motor yang menggunakan fasilitas parkir berlangganan.

12. Contact Center Service

Layanan pusat informasi tentang jadwal penerbangan, informasi tenant,serta mengakomodir handling complaint dengan bantuan Customer Relationship Management. Sehingga memudahkan untuk memonitor unit yang banyak menghadapi permasalahan dan meningkatkan Customers Satisfacation Level.

Selain itu, terdapat layanan tambahan lain seperti Electronic Point of Sales (E-POS) yakni layanan berupa perangkat-perangkat yang


(55)

dipasang pada tenant-tenant dibandara untuk mencatat seluruh kegiatan transaksi penjualan.

Kemudian Airport Advertising System untuk fasilitas berikan. Ada pula Airport Mobile Apps, E-Kiosk, fasilitas Bebas Wi-Fi.

4.4 Masalah Yang Terjadi Di Bandara Kualanamu

Bandara kualanamu international airport di klaim berkelas international, namun pelayanan terhadap penumpang pun masih minim, faktanya banyak penumpang yang mengeluhkan kurangnya fasilitas troli, masalah toilet, tempat duduk dan tempat makan masih menjadi keluhan mereka yang sedang menikmati fasilitas bandara tersebut.

Selain itu masalah Airport tax juga menjadi kendala bagi para penumpang ,Passenger Service Charge (PSC) airport tax untuk domestik disesuaikan menjadi Rp 60.000, dari semula Rp 35.000. Untuk penerbangan internasional, airport tax naik menjadi Rp 200.000. Ini merupakan tahap pertama dari rencana penyesuaian.

Untuk tahap kedua, hanya airport tax domestik yang akan mengalami penyesuaian lagi menjadi sebesar Rp 75.000, dan baru akan berlaku per 1 Januari 2015.

Selain Kualanamu, kenaikan airport tax juga akan berlaku di 2 bandara lain yaitu Bandara Haji Fisabillah Tanjung Pinang (TNJ) dan Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru (PKU). Kenaikan ini dipandang perlu dalam rangka meningkatkan layanan dan fasilitas, kenaikan tarif dilakukan untuk menambah daya tampung bandara serta


(56)

dengan sistem otomatis. kenaikan ini diajukan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan penambahan fasilitas kereta api bandara, kereta api ini dioperasikan oleh PT Railink yang merupakan pertama di Indonesia sehingga masyarakat memiliki alternatif lain selain moda angkutan jalan untuk menjangkau bandar udara ini dari Kota Medan.

Kalau memang menaikkan tarif PSC terpaksa dilakukan, mestinya masalah non-fisik terlebih dahulu dapat dituntaskan. Seterusnya, mengapa pembayaran PSC/airport tax tidak dimasukkan saja ke dalam struktur harga pembelian tiket. Saat ini tinggal Indonesia memang satu-satunya negara yang belum memasukan PSC dalam perhitungan struktur tiket pesawat. Faktanya penggabungan itu akan menguntungkan maskapai penerbangan karena memangkas waktu pelayanan darat dan pada akhirnya meningkatkan rasio ketepatan waktu (on time performance). Dengan masuknya PSC dalam perhitungan tiket membuat penumpang lebih nyaman. Waktu penumpang bisa lebih banyak di bandara. Bukan antri check-in.

Menyangkut biaya PSC digabung dengan tiket pesawat telah ada pada akhir tahun 2012, direncanakan seluruh maskapai penerbangan besar di Indonesia akan menggabungkan PSC dengan tiket pesawat. Hal ini tidak sama dengan menaikkan harga tiket pesawat. Yang terjadi adalah harga tiket pesawat normal ditambah dengan PSC, pembayaran yang sebelumnya dilakukan terpisah akan disatukan. Tujuan digabungkannya pembayaran PSC dan tiket pesawat adalah untuk menyederhanakan pembayaran dan mengurangi panjangnya antrean yang terjadi pada saat pembayaran


(57)

PSC. Selain itu, biaya operasional seperti biaya pegawai dan biaya pembuatan kuitansi PSC dapat diminimalisasi, penumpang juga dapat memaksimalkan waktunya untuk beraktivitas sambil menunggu pesawat datang.

Selain masalah troli, toilet dan airport tax, bandara kualanamu juga masih minim fasilitas umum, buktinya hingga kini pengelola bandara tidak juga menyediakan fasilitas telepon umum bagi pengujung bandara. Padahal di bandara lain khususnya bertaraf internasional, fasilitas telepon umum tetap ada. Keberadaan telepon umum seharusnya sangat diperlukan sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan bagi pengunjung.

4.5 Upaya Peningkatan Fasilitas Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Pada Penumpang Di Bandara Kualanamu

Peningkatan pelayanan dan fasilitas dilakukan terus menerus untuk menunjang pelayanan prima yang sudah diterapkan di Bandara Internasional Kualanamu, salah satunya adalah sistem penanganan bagasi yang terintegrasi atau disebut integrated baggage handling system (IBHSS) dengan tingkat keamanan tertinggi.

Bandara berkode KNO ini juga menjadi satu-satunya bandara di Indonesia yang terkoneksi dengan jaringan kereta guna menghadirkan pilihan moda transportasi bagi masyarakat.Di samping itu, PT Angkasa Pura II juga selalu memperhatikan kondisi serta kebersihan dari fasilitas publik seperti toilet, tempat ibadah, dan


(58)

sebagainya. Adapun di Bandara Internasional Kualanamu juga sudah tersedia toilet khusus lansia dan penyandang cacat.

Bandara kebanggaan Sumatra Utara dan Indonesia ini juga memiliki klinik emergency yang diperkuat 2 unit ambulans, Untuk pengembangan, PT Angkasa Pura II telah menjalin kerjasama dengan pengelola Bandara Internasional Incheon, Seoul, Korea Selatan, pengembangan yang dilakukan di bandara international kualanamu akan dimulai selambatnya pada awal tahun 2016 untuk meningkatkan kapasitas terminal dari saat ini sebanyak 8 juta penumpang menjadi 16 juta penumpang

Adapun perencanaan peningkatan kapasitas terminal di bandara internasional kualanamu sebagai berikut :

• Tahap I bandara diperkirakan dapat menampung tujuh hingga 10 juta penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat pertahun,

• Tahap II bandara ini rencananya akan menampung 25 juta penumpang pertahun

• Tahap III dimana akan meningkatkan kapasitas terminal menjadi 24 juta penumpang.

Konsep pengembangan yang diusung PT.Angkasa Pura II untuk bandara internasional kualanamu ini adalah konsep aetropolis atau suatu kawasan bandara yang menyediakan fasilitas penunjang untuk berbagai kegiatan bisnis maupun wisata,konsep kota bandara yang akan dikembangkan di kualanamu terdiri dari


(59)

beberapa elemen diantaranya, bangunan fisik fasilitas bandara seperti terminal dan landasan pesawat, pembangunan fasilitas dan sarana dikawasan sekitar bandara, dan pengembangan rute penerbangan.Untuk terminal, akan di lengkapi dengan pusat perbelanjaan, hiburan, dan kebugaran. Sementara itu, untuk pembangunan di kawasan bandara akan di siapkan lahan khusus bagi hotel, kompleks perkantoran dan perdagangan, bahkan jika memungkinkan pusat pemerintahan daerah.

Pembangunan Tahap I disertai pula oleh pembangunan jalur 450 meter. Stasiun Araskabu sendiri terhubung ke kilometer. Jarak tempuh dari Medan hingga menuju bandara diprioritaskan dalam penggunaan rel tunggal Medan-Kualanamu). Stasiun di bandara sudah jadi dan telah dioperasikan sejak 25 Juli 2013. Harga tiket kereta api Kualanamu-Medan PP adalah Rp80.000.00. Frekuensi perjalanan terus ditingkatkan, dari awalnya 13 kali per arah pada awal pengoperasian, meningkat menjadi 17-18 perjalanan, dan mulai Mei 2014, 20 kali per arah. Pada awalnya kereta api yang dipakai adalah dari INKA. Layanan kereta api ini dioperasikan oleh PT Railink yang merupakan Kereta api ini merupakan kereta api bandara pertama di Indonesia.

Dana investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan tahap II khusus pembangunan terminal baru berkisar Rp2 triliun hingga Rp2,4 triliun. Kami


(60)

menyiapkan Bandara Internasional Kualanamu untuk dapat bersaing dengan bandara-bandara di negara tetangga yang telah beberapa kali meraih penghargaan internasional.

Manajemen Angkasa Pura II Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Kualanamu, telah melakukan banyak koordinasi terkait pengamanan dan peningkatan pelayanan pengguna jasa menjelang hari lebaran, di antaranya:

• Bekerjasama dengan Airlines dalam peningkatan pelayanan pengguna jasa, terkait dengan ketersediaan tiket dan informasi penerbangan yang jelas.

• Bekerjasama dengan seluruh tenant dan mitra kerja yang berada di wilayah terminal Bandar Udara Internasional Kualanamu untuk turut serta dalam menyemarakkan suasana lebaran dengan meletakkan berbagai ornamen maupun hiasan lebaran di setiap area toko dan perkantoran.

• Bekerjasama dengan Kepolisian Daerah Sumatera Utara dalam menjaga dan mengawal keamanan di wilayah sekitar Bandara menjelang dan sesudah hari Lebaran.

• Kemudian untuk terus memberikan rasa aman dan nyaman kepada calon penumpang, pihak Bandara akan mendirikan posko angkutan lebaran terpadu, yang akan me-monitoring setiap pergerakan arus penumpang, baik yang datang maupun pergi melalui Bandara Internasional Kualanamu.


(61)

Berdasarkan data Angkutan Lebaran di tahun 2013, lonjakan arus penumpang mulai atau H-5 lebaran, dengan rincian jumlah pesawat yang datang dan berangkat setiap harinya:

AIRCRAFT DOMESTIC PAX INTERNATIONAL PAX

Arrival 87 9798 27 2445

Departure 88 8526 27 1886

Sedangkan jumlah pesawat dan penumpang pada Lebaran tahun 2014 diperkirakan naik sebesar 5 % dengan rincian:

AIRCRAFT DOMESTIC PAX INTERNATIONAL PAX

Arrival 92 10.287 28 2567

Departure 93 8952 28 1980

• Pihak bandara juga terus membenahi berbagai fasilitas yang ada di kawasan terminal guna meningkatkan pelayanan terhadap pengguna jasa seperti ketersediaan mushola dan peralatan sholat yang memadai serta ruang rest room untuk ibu dan bayi yang masih menyusui.

• Manajemen Angkasa Pura II Kantor Cabang Kualanamu juga terus menghimbau kepada setiap unsur yang terkait di dalam pelayanan jasa


(62)

bandara untuk bersikap sopan dan ramah dalam melayani setiap pengguna jasa bandara, sehingga persiapan arus mudik dan balik penumpang dapat berjalan dengan lancar tanpa kendala.

• Kualanamu International Airport (KNIA) sejak diresmikan 27 Maret lalu kini semakin meningkatkan fasilitas. Kali ini hadir fasilitas baru dari KNIA yakni Wrapping barang dan tas calon penumpang.

• Wrapping bertujuan untuk menjaga keselamatan barang dan tas dari penggguna jasa. Hal tersebut untuk menghindari terjadinya kerusakan yang menimpa pengguna jasa. Maka Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Kualanamu menyediakan fasilitas tersebut.

• Adapun bandara di Indonesia yang telah menghadirkan fasilitas Wrapp yakni Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Cengkareng, Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru, Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang, Bandara Halim Perdana Kusumah, Bandara Internasional Husein Sastranegara di Bandung, Bandara Internasional Supadio di Pontianak dan Bandara Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh.

• Angkasa Pura II menghadirkan pelayanan itu demi meningkatkan fasilitas serta kenyamanan dari calon penumpang, Calon penumpang di Bandara Kualanamu yang ingin memakai jasa Wrapp tersebut dapat ditemukan di terminal keberangkatan di dekat counter check-in B dan C.

PT Angkasa Pura (AP) II tengah mengembangkan 9 dari 12 bandara yang sudah ada. Perbaikan ini untuk meningkatkan daya tampung bandara. Salah satu


(63)

bandara yang mendapat perhatian AP II adalah Bandara Internasional Kuala Namu, Sumatera Utara, pengembangan bandara ini karena pergerakan pesawat kian bertambah banyak selama 2010, pergerakan pesawat telah tumbuh 10,9% menjadi 558.347 pergerakan. Sementara pergerakan penumpang

Pada 2011 meningkat 19,2 persen dari tahun sebelumnya, dengan jumlah mencapai 72,308,686 pergerakan.Peningkatan kapasitas penumpang juga akan dilakukan dengan perbaikan segala fasilitas penunjang lain seperti lahan parkir (apron), landasan pacu (runway), serta aksesibilitas menuju bandara.

Berikut daftar kesembilan bandara yang tengah dikembangkan daya tampungnya oleh Angkasa Pura II :

• 1. Sultan Syarif Kasim II di Pekanbaru yang dikembangkan dari 0,7 juta penumpang per tahun menjadi 2,5 juta penumpang per tahun. Target selesai pengembangan pada akhir Agustus 2012. Investasi pengembangan Rp 170 miliar.

• 2. Supadio di Pontianak, dikembangkan dari 0,875 juta penumpang per tahun menjadi 2,5 juta penumpang per tahun dengan target penyelesaian akhir 2013. Investasi pengembangan Rp 65 miliar

• 3. Depati Amir Pangkal Pinang dari 0,35 juta penumpang per tahun menjadi 1,3 juta penumpang per tahun. Ditargetkan selesai pada Desember 2012. Investasi pengembangan Rp 107 miliar


(64)

• 4. Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang dari 1 juta penumpang per tahun menjadi 2,5 juta penumpang per tahun dengan investasi pengembangan Rp 87 miliar

• 5. Sultan Thaha di Jambi dari 0,5 juta penumpang per tahun menjadi 1,5 juta penumpang per tahun yang diharapkan selesai pada Desember 2012. Investasi pengembangan Rp 107 miliar.

• 6. Raja Haji Fisabilillah di Tanjung Pinang yang dikembangkan dari 0,1 juta penumpang per tahun menjadi 1 juta penumpang per tahun juga ditargetkan selesai pada akhir 2012 dengan total investasi pengembangan Rp 87 miliar.

• 7. Kuala Namu di Deli Serdang, Medan dibangun dengan kapasitas 8,1 juta penumpang per tahun (Tahap I) untuk menggantikan Bandara Polonia yang hanya berkapasitas 9 juta penumpang per tahun. Dengan investasi Rp 3,5 triliun.

• 8. Sementara pengembangan telah selesai dilakukan pada 2011 lalu adalah Minangkabau di Padang, dari kapasitas 1 juta penumpang per tahun menjadi 2,5 juta penumpang per tahun. Investasi pengembangan Rp 54 miliar.

• 9. Kemudian pada pertengahan bulan Juli 2012 mendatang, Angkasa Pura II akan memulai mengimplementasikan pengembangan Soekarno-Hatta di Jakarta dari kapasitas 22 juta penumpang per tahun menjadi 62 juta penumpang per tahun. Dengan nilai investasi pengembangan investasi Rp 1,4 triliun.


(65)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

1. PT Angkasa Pura II (Persero) akan mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu menjadi kawasan Aerotropolis. Kawasan ini nantinya akan terintegrasi dengan pelabuhan Belawan Medan dan Kuala Tanjung di Kabupaten Batu bara, Sumatera Utara. Kualanamu nantinya diharapkan dapat menjadi motor penggerak roda perekonomian di wilayah Sumatera Utara khususnya Kota Medan, Deli Serdang dan kawasan di sekitar Bandara tersebut.

Dalam konsep Aerotropolis suatu bandara akan menjadi pusat kegiatan yang dikelilingi oleh berbagai fasilitas pendukung yang terletak di dalam pagar bandara maupun di luar pagar bandara. Fasilitas tersebut dapat berupa perkantoran, gudang logistic, arena permainan, hotel, perumahan, pusat industri, rumah sakit, pusat pendidikan, mall maupun sarana pendukung lainnya.

Kualanamu merupakan bandara yang sangat strategis untuk mengembangkan konsep aerotropolis, seperti yang telah dilakukan di beberapa negara. Mengingat masih sangat banyak lahan kosong yang tersedia dan siap untuk dikembangkan. Selain itu letak Bandara Internasional Kualanamu yang strategis dekat dengan kawasan Asia Tenggara, Australia dantimur Tengah dan juga merupakan satu satunya Bandara yang saat ini terintegrasi langsung dengan kereta api.


(66)

Tentu saja peran pemerintah sangat diperlukan dalam mengembangkan kawasan Aerotropolis ini. Nantinya diharapkan Aerotropolis Kualanamu dapat bersinergi dengan pengembangan di kawasan MEBIDANGRO (Medan, Binjai, Deli Serdang dan Tanah Karo). tentu saja aerotropolis tidak hanya akan memberikan dampat pada pengelola Bandara tesebut, namun juga terhadap pemerintahan dan masyarakat di sekitarnya. Kawasan Aerotropolis akan mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.

Melalui sosialisasi Aerotropolis ini diharapkan akan banyak pihak yang mendukung terselenggaranya kawasan tersebut, terutama dukungan dan partisipasi dari pemerintah setempat.

2. Perencanaan peningkatan kapasitas terminal di bandara internasional kualanamu, tahap I bandara diperkirakan dapat menampung tujuh hingga 10 juta penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat pertahun, tahap II bandara ini rencananya akan menampung 20 juta penumpang pertahun, tahap III dimana akan meningkatkan kapasitas terminal menjadi 24 juta penumpang.

3. Sarana dan prasarana yang tersedia di bandara kualanamu sangat di rasakan kurang memadai. Hal ini terlihat pada fasilitas umum seperti telepon umum buktinya hingga kini pengelola bandara tidak juga menyediakan fasilitas telepon umum bagi pengujung bandara. Padahal di bandara lain khususnya bertaraf internasional, fasilitas telepon umum tetap ada. Keberadaan telepon umum seharusnya sangat diperlukan sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan bagi pengunjung.


(67)

5.2 Saran

Penulis menyarankan kepada PT. Angkasa pura II agar lebih diperhatikan fasilitas terhadap pelayanan pada penumpang khususnya bandara international kualanamu yang saat ini masih perlu ditingkatkan lagi fasilitas dan pelayanan yang tersedia di bandara, agar para penumpang merasa aman dan nyaman ketika berada di kawasan bandara international kualanamu yang sekarang ini bertaraf bandara international.

Penulis juga menyarankan agar para pengguna jasa bandara international kualanamu agar tidak merusak fasilitas yang telah diberikan oleh pihak bandara agar tetap terjaga dan dapat memeliharanya sebagaimana mestinya.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Aparatur Negara, Bappenas, 2004, Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Yoeti.A. Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Angkasa. Bandung

Yoeti. A. Oka. 1995. Tours and travel management. Jakarta: Pradnya Paramita

Ismayanti, 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta : Grasindo

Pendit, S. Nyoman, 1999. Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita

Pendit, S. Nyoman, 2003. Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.

Pitana, I. Gede, 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi

Manajemen transportasi/H.Abbas Salim,-Ed. 1,-8,- Jakarta: PT RajaGrafindo persada, 2006.


(69)

Internet :

http://analisadaily.com/news/read/tarif-passenger-service-charge-melesat- lalu/31920/2014/05/23

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30671/3/Chapter%20II.pdf


(70)

LAMPIRAN

Centralized digital CCTV system Centralized acces control system

sumber: forum.detik.comsumber: indonetwork.co.id

Building management system Common use passenger processing system


(71)

Baggage handling systemFlights information display

sumber: airport-technology.com sumber: kualanamu.com

Gambar airport management system Gambar master clock


(1)

Tentu saja peran pemerintah sangat diperlukan dalam mengembangkan kawasan Aerotropolis ini. Nantinya diharapkan Aerotropolis Kualanamu dapat bersinergi dengan pengembangan di kawasan MEBIDANGRO (Medan, Binjai, Deli Serdang dan Tanah Karo). tentu saja aerotropolis tidak hanya akan memberikan dampat pada pengelola Bandara tesebut, namun juga terhadap pemerintahan dan masyarakat di sekitarnya. Kawasan Aerotropolis akan mendorong peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.

Melalui sosialisasi Aerotropolis ini diharapkan akan banyak pihak yang mendukung terselenggaranya kawasan tersebut, terutama dukungan dan partisipasi dari pemerintah setempat.

2. Perencanaan peningkatan kapasitas terminal di bandara internasional kualanamu, tahap I bandara diperkirakan dapat menampung tujuh hingga 10 juta penumpang dan 10.000 pergerakan pesawat pertahun, tahap II bandara ini rencananya akan menampung 20 juta penumpang pertahun, tahap III dimana akan meningkatkan kapasitas terminal menjadi 24 juta penumpang.

3. Sarana dan prasarana yang tersedia di bandara kualanamu sangat di rasakan kurang memadai. Hal ini terlihat pada fasilitas umum seperti telepon umum buktinya hingga kini pengelola bandara tidak juga menyediakan fasilitas telepon umum bagi pengujung bandara. Padahal di bandara lain khususnya bertaraf internasional, fasilitas telepon umum tetap ada. Keberadaan telepon umum seharusnya sangat diperlukan sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan bagi pengunjung.


(2)

5.2 Saran

Penulis menyarankan kepada PT. Angkasa pura II agar lebih diperhatikan fasilitas terhadap pelayanan pada penumpang khususnya bandara international kualanamu yang saat ini masih perlu ditingkatkan lagi fasilitas dan pelayanan yang tersedia di bandara, agar para penumpang merasa aman dan nyaman ketika berada di kawasan bandara international kualanamu yang sekarang ini bertaraf bandara international.

Penulis juga menyarankan agar para pengguna jasa bandara international kualanamu agar tidak merusak fasilitas yang telah diberikan oleh pihak bandara agar tetap terjaga dan dapat memeliharanya sebagaimana mestinya.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Aparatur Negara, Bappenas, 2004, Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka

Yoeti.A. Oka. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Angkasa. Bandung

Yoeti. A. Oka. 1995. Tours and travel management. Jakarta: Pradnya Paramita

Ismayanti, 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta : Grasindo

Pendit, S. Nyoman, 1999. Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita

Pendit, S. Nyoman, 2003. Ilmu Pariwisata. Jakarta: Pradnya Paramita.

Pitana, I. Gede, 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Andi

Manajemen transportasi/H.Abbas Salim,-Ed. 1,-8,- Jakarta: PT RajaGrafindo persada, 2006.

Suwantoro, Gamal, 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta: Andi


(4)

Internet :

http://analisadaily.com/news/read/tarif-passenger-service-charge-melesat- lalu/31920/2014/05/23

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30671/3/Chapter%20II.pdf


(5)

LAMPIRAN

Centralized digital CCTV system Centralized acces control system

sumber: forum.detik.comsumber: indonetwork.co.id

Building management system Common use passenger processing system

sumber: wikipedia.com sumber: kualanamuairport.com


(6)

Baggage handling systemFlights information display

sumber: airport-technology.com sumber: kualanamu.com

Gambar airport management system Gambar master clock