BAB III KENDALA-KENDALA DALAM PEMBERDAYAAN KREDIT USAHA
MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
A. Perkembangan Pembiayaan Perbankan Pada Sektor UMKM
Bank Indonesia sebagai alat perekonomian dari pemerintah bertugas mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan
kerja dalam upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam hal ini, pembinaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah senantiasa
menjadi salah satu tugas Bank Indonesia yang pelaksanaannya diwujudkan dalam kebijakan moneter.
Bukti peran pemerintah saat itu adalah dengan meluncurkan program pemberdayaan ekonomi masyarakat dari tahun 1975-1990 melalui kredit Usaha
Kecil dengan jenis KUK Kredit Usaha Kecil, KMKP Kredit Modal Kerja Permanen, KIK Kredit Investasi Kecil. Proyek ini dinilai gagal karena program
tersebut dinilai salah sasaran yang justru berdampak pada munculnya inflasi, sehingga pada akhirnya dihapuskan karena berpengaruh pada memburuknya
kondisi ekonomi makro.
65
65
Harimurti Subanar, Manajemen Usaha Kecil, Yogyakarta : BPFE, 2001, hal. 119.
Oleh karena itu, untuk lebih mengoptimalkan peran sektor UMKM dalam mendukung pertumbuhan ekonomi maka perlu adanya
upaya khusus melalui peran pada mekanisme pengembangan sektor UMKM agar lebih berkembang melalui peran pemerintah dan perbankan dalam pendanaan
kredit investasi, konsumsi maupun peluang ekspor terhadap produk UMKM tersebut. Pemerintah dalam hal ini tetap konsisten dengan rencana dan program
Universitas Sumatera Utara
kerjanya dalam pengembangan UMKM. Hal ini dibuktikan dengan kebijakan dan pengembangan industriusaha kecil oleh pemerintah melalui konsep:
66
1. Sistem keterkaitan bapak angkat mitra usaha.
2. Penjualan saham perusahaan besar yang sehat kepada koperasi.
3. Mewajibkan Badan Usaha Milik Negara BUMN menyisihkan dana
pembinaan sebesar 1-5 dari keuntungan bersih. 4.
Menugaskan lembaga perbankan mengalokasikan dana kredit untuk Usaha Kecil dan koperasi sebanyak 20 dari fortopolio kredit yang disalurkan.
5. Persediaan Kredit Likuiditas dari Bank Indonesia ke bank-bank untuk
membiayai sebagian besar dari kebutuhan dana kredit untuk anggota koperasi primer.
Secara konkret, kebijakan bagi perbankan mengalami sedikit perubahan. Beberapa paket kebijakan kredit dengan adanya peraturan Bank Indonesia No.
96PBI2007 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum merupakan upaya Bank Indonesia dalam percepatan fungsi intermediasi perbankan untuk
penyaluran kredit dengan tetap mengacu pada prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko bank.
67
66
Ibid.
67
Ferry N. Idroes, Manajemen Risiko Bank, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2006, hal. 6.
Kecenderungan kreditor bersikap hati-hati karena didasari pada itikad baik dalam pengucuran kredit untuk masyarakat dan berujung pada kondisi yang
menyulitkan pihak perbankan sebagai pemberi kredit. Masih lemahnya aturan hukum dalam lingkup hukum perbankan karena masih memegang prinsip lama
yang tidak mengikuti perkembangan sosial yuridis dan perkembangan sosial ekonomi.
Universitas Sumatera Utara
Bank Indonesia berperan penting dalam memberikan arah kebijakan bagi perbankan untuk mau membuka akses kredit sektor UMKM. Untuk itulah, Bank
Indonesia telah mengeluarkan ketentuan baru agar mendorong intermediasi perbankan pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM, serta untuk
mendorong penguatan manajemen risiko perbankan sebagai implementasi dari kebijakan tersebut. Oleh karena itu, dilakukan beberapa perubahan terhadap
pengaturan penilaian kualitas aktiva bank umum dalam rangka memfasilitasi percepatan pembiayaan, yang tetap memperhatikan faktor penerapan prinsip
kehati-hatian dan manajemen risiko pada bank. Hal ini terkait dengan upaya rangsangan terhadap perbankan agar menyalurkan dana bank dalam bentuk kredit,
khususnya kepada sektor UMKM. Kebijakan ini dimaksudkan agar mengurangi penyaluran dana bank ke aktiva yang terjadi selama ini, dimana bank lebih banyak
menyimpan dana seperti dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia SBI. Untuk itu, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan dengan menurunkan bobot Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko ATMR untuk beberapa jenis aktiva produktif. Risiko kredit dalam aktiva produktif bank adalah alokasi dana bank yang
ditempatkan pada pihak lawan transaksi atau peminjam atau debitur dimana peminjam berkewajiban untuk mengembalikannya kembali pada waktu yang telah
disepakati.
68
Pengembalian dana dari peminjam adalah berupa pokok pinjaman dan bunga atau bentuk hasil investasi lain. Aktiva produktif bank terdiri dari tiga
kelompok yaitu:
69
68
Ibid, hal. 80.
69
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
1. Cadangan sekunder secondary reserves berupa penempatan dana bank
pada lembaga keuangan lainnya. Penempatan berupa pembelian surat berharga. Jangka waktu di bawah satu tahun.
2. Kredit berupa penempatan bank pada nasabah peminjam atau debitur.
3. Investasi berupa penempatan bank pada perusahaan lain berupa penyertaan
modal. Hasil yang diperoleh berupa deviden dan selisih nilai saham. Jangka waktu biasanya di atas satu tahun.
Melihat perkembangan saat ini, pemerintah bersama Bank BUMN sedang menggalakkan program Kredit Usaha Rakyat KUR kepada masyarakat
menengah ke bawah dengan pola penjaminan dari perusahaan milik pemerintah maupun swasta. Dalam aturan KUR yang baru ini, Bank Indonesia mengaitkan
bobot risiko dengan perusahaan yang memberikan jaminan antara 20 s.d. 75, tergantung kepada peringkat dari perusahaan penjamin tersebut. Bank Indonesia
sendiri mempunyai penilaian tersendiri bagi lembaga jaminan kredit yang didasarkan pada penilaian eligibility criteria yakni, indepedensi, objektivitas,
keterbukaan, pengungkapan publik dan kredibilitas.
70
70
Konsultan Pengembangan Sektor Riil dan UMKM KPRSU, Lembaga Penjaminan Kredit UMKM,
Di saat kondisi perekonomian makro Indonesia yang saat ini masih belum stabil, perbankan harus lebih bersikap hati-hati dalam membidik sasaran
segmentasi kreditnya. Dari trend selama empat tahun terakhir berdasarkan pada tahun 2004 s.d 2007, terdapat kecenderungan penurunan terhadap realisasi kredit
UMKM.
http:usaha-umkm.blog.comtaglembaga-penjaminan-kredit-umkm. diakses
tanggal 1 Oktober 2010.
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan kredit sektor UMKM setiap tahunnya cenderung stagnasi. Jumlah nominalnya terlihat masih sangat kecil apabila dibandingkan dengan total
pangsa kredit yang diberikan bank. Terlihat bahwa pemberian kredit UMKM masih belum serius untuk ditangani oleh bank yang berarti bahwa masih banyak
UMKM yang belum dapat mengakses kredit perbankan. Kecenderungan kredit secara agregrat terhadap total realisasi kredit yang sedikit meningkat, diikuti pula
oleh peningkatan terhadap risiko kredit bermasalah perbankan yang meningkat juga. Hal ini yang justru membuat perbankan kurang serius dalam memberikan
kredit pada sektor UMKM.
71
B. Kendala-kendala Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah