BAB II PENGATURAN PEMBIAYAAN TERHADAP KREDIT USAHA MIKRO,
KECIL DAN MENENGAH MENURUT UU NO. 20 TAHUN 2008 TENTANG UMKM
A. Pengertian Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Dalam rangka era globalisasi dewasa ini yang diikuti dengan percepatan arus teknologi dan informasi terutama di bidang ekonomi seperti dewasa ini.
Kesanggupan masyarakat akan meminjam uang atau kesanggupan akan mengadakan transaksi dagang atau memperoleh penyerahan barang atau jasa,
dilakukan dengan perjanjian akan membayarnya kelak
28
Elemen dari kredit adalah adanya dua pihak dalam kesepakatan pinjam- meminjam, kepercayaan, prestasi, imbalan dan jangka waktu tertentu. Kredit
dalam pengertian lain dapat berarti percaya atau kepercayaan. Tetapi dalam hukum kredit berlaku ketentuan bahwa untuk bisa percaya, kepadanya dapat
diberikan kredit. Oleh karena itu, terlebih dahulu calon debitur harus dicurigai. Hal ini sangat beralasan, sebab kata kredit itu berasal dari bahasa Latin “Creditus”
yang merupakan bentuk past participle dari kata credere, yang berarti to trust. Kata trust itu sendiri berarti kepercayaan. Sesungguhnya kata kredit sudah
berkembang luas terutama dalam kehidupan sehari–hari, akan tetapi dalam tahap apapun dan kemanapun arah perkembangannya, dalam setiap kata kredit tetap
mengandung unsur “kepercayaan”, walaupun sebenarnya kredit itu tidak hanya sekedar kepercayaan.
.
29
28
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 5.
29
Rachmadi Usman, Op.cit, hal. 236.
Universitas Sumatera Utara
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
30
Dari pengertian kredit sebagaimana yang telah disebutkan di atas dapat dilihat bahwa dalam suatu perjanjian kredit terdapat beberapa unsur pemberian
kredit yaitu:
31
1. Adanya sejumlah uang ataupun yang dapat dipersamakan nilainya dengan
uang. 2.
Berdasarkan kesepakatan dua atau lebih sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu perjanjian.
32
3. Adanya unsur pemenuhan prestasi yang harus dipenuhi baik oleh pihak
debitur maupun pihak kreditur. Prestasi yang dimaksud dalam Pasal 1234 KUH Perdata meliputi:
a. Untuk memberikan sesuatu.
b.Untuk berbuat sesuatu. c.
Tidak berbuat sesuatu. 4.
Adanya unsur jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dengan pengembalian kredit.
5. Adanya unsur risiko dalam pemberian kredit.
6. Adanya balas jasa berupa bunga maupun imbalan dalam bentuk lainnya bagi
kreditur
30
Pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
31
Ibid.
32
Pasal 1320 KUHPerdata.
Universitas Sumatera Utara
Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas kepercayaan. Melihat sifatnya yang demikian, maka pemberian suatu kredit
kepada debitur dilakukan dalam suatu perjanjian. Fasilitas kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah diatur dan
memiliki ketentuan serta prosedur yang berbeda, yang secara mudah dapat dilihat dari nama skim fasilitas kredit yang akan diberikan. Oleh karena itu, sekalipun
fasilitas kredit diperuntukkan bagi usaha mikro, kecil, dan menengah, tetapi prosedur dan tata cara pemberiannya berbeda antara kebijakan yang satu dengan
yang lain.
33
Beberapa alternatif dan pendekatan pengelompokan yang digunakan oleh sebuah lembaga belum tentu berlaku universal dan kriteria yang digunakan oleh
lembaga yang sama dapat berubah sesuai dengan perkembangan bisnis dan berjalannya waktu. Salah satu pendekatan umum yang banyak digunakan secara
internasional, antara lain: Kredit yang diberikan oleh Bank Pemerintah atau Bank Swasta kepada
dunia usaha untuk ikut membiayai sebagian kebutuhan permodalan danatau kredit dari bank kepada individu untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup
berupa barang dan jasa. Biasanya masing–masing pemerintah memiliki defenisi dan kriteria untuk mengelompokkan bisnis dengan tujuan pembangunan sesuai
dengan program – program pemerintah untuk menggerakkan sektor riil. Defenisi dan kriteria dari pemerintah belum tentu sesuai dengan kebutuhan bank dan pihak
lainnya, tetapi dapat digunakan sebagai acuan dalam menyiapkan produk dan jasa layanan perbankan kepada masing–masing kelompok bisnis tersebut.
34
33
Tulus Tambunan, Op.cit, hal. 230.
34
Ali Nuridin, Membangun Bank UMKM, Jakarta : IRPA, 2007 , hal. 4.
Universitas Sumatera Utara
1. Bisnis Makro
Umumnya bisnis informal dan tidak memiliki status legal yang formal, dilakukan oleh dari orang kelompok miskin, khususnya wanita yang tidak
memiliki perencanaan bisnis yang formal, line bisnis tetap, pertumbuhan tidak cepat, catatan keuangan jarang dilakukan bahkan biasanya dilakukan oleh orang
yang buta huruf. 2. Bisnis Kecil
Umumnya terdaftar dan dijalankan oleh keluarga atau kelompok, pemilik dan pengelola dilakukan oleh orang yang sama, biasanya belum memiliki catatan
keuangan dan catatan bisnis yang akurat dan belum memiliki auditor, dalam beberapa hal telah memiliki legalitas formal.
3. Bisnis Menengah Umumnya skala bisnis cukup besar telah memiliki struktur organisasi dan
delegasi wewenang dalam pengambilan keputusan, catatan keuangan sudah tertib, transparan dan akurat, telah menggunakan auditor independen, memiliki direktur
keuangan yang bertanggung jawab dalam kebijakan pembiayaan perusahaan. Salah satu acuan yang menjadi rujukan perbankan di Indonesia antara lain
kesepakatan bersama Menko Kesra selaku Ketua Komite Penanggulangan Kemiskinan dengan Gubernur Bank Indonesia tentang Penanggulangan
Kemiskinan melalui Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang tertuang dalam Surat Keputusan
No.11KEPMENKOKESRAIV2002 dan No. 42KEP.GBI2002 tanggal 22 April 2002 yang mendefinisikan UMKM sebagai berikut :
1. Kredit Usaha Mikro
Universitas Sumatera Utara
Kredit Usaha Mikro adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha mikro, baik langsung maupun tidak langsung yang dijalankan oleh penduduk
miskin atau mendekati miskin, dengan kriteria penduduk miskin sesuai Badan Pusat Statistik, dengan plafond kredit maksimal Rp. 50.000.000 lima puluh juta
rupiah. 2.
Kredit Usaha Kecil Kredit Usaha Kecil adalah kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil
yang memiliki kekayaan bersih maksimal Rp. 200.000.000 dua ratus juta rupiah. Di luar tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan
maksimal Rp. 1.000.000.000 satu milyar rupiah per tahun dengan plafond kredit maksimal sebesar Rp. 500.000.000 lima ratus juta rupiah.
3. Kredit Usaha Menengah Kredit Usaha Menengah adalah kredit yang diberikan kepada pengusaha di
luar usaha mikro, dan usaha kecil atau kepada pengusaha yang kriterianya akan ditetapkan kemudian, dengan plafond di atas Rp. 500.000.000 lima ratus juta
rupiah sampai dengan Rp. 5.000.000.000 lima milyar rupiah.
Bagi perbankan ada variabel fundamental yang penting untuk diperhatikan dalam penggolongan UMKM yang memiliki relevansi dengan filosofi pemberian
kredit, yaitu:
35
1. Omset Penjualan
Kriteria tersebut sangat penting karena dari variabel omset dapat dihitung kemampuan usaha menghasilkan laba yang menjadi dasar untuk menentukan
35
Ibid, hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
kemampuan usaha debitur yang menyerap dana kredit dan membayar kembali kredit.
2. Kekayaan Bersih dan jumlah tenaga kerja yang dipakai, sangat penting digunakan untuk menentukan kapasitas usaha proyek dan kebutuhan jumlah
kredit. Dalam Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995, tentang Usaha Kecil dan
Menengah, disebutkan bahwa secara rinci kriteria dan karakteristik usaha kecil adalah sebagai berikut:
1. Usaha produktif milik warga Negara Indonesia, yang berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan
hukum termasuk koperasi. 2. Bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar.
3. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp. 100
juta per tahun. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Keuangan Kemenkeu Nomor
571KMK032003 definisi pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan barang kena pajak danatau kena pajak dengan
jumlah peredaran bruto danatau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000 enam ratus juta rupiah. Usaha Menengah menurut Instruksi
Presiden Nomor 10 tahun 1999, tentang Pemberdayaan Usaha Menengah didefinisikan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Usaha produktif milik warga Negara Indonesia yang berbentuk badan usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan
hukum termasuk koperasi. 2. Berdiri sendiri, dan bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi, baik langsung maupun tidak langsung, dengan usaha besar.
3. Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta, sampai dengan Rp. 10 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil
penjualan paling banyak Rp. 100 juta per tahun. Sementara itu, sebagaimana telah diubah dalam Pasal 6 UU No. 20 Tahun
2008 tentang UMKM menyebutkan secara terperinci mengenai kriteria UMKM, yakni:
1
Kriteria usaha Mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000 lima puluh juta
rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b.
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000 tiga ratus juta rupiah.
2
Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 lima puluh juta rupiah
sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
Universitas Sumatera Utara
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 tiga ratus juta
rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 dua milyar lima ratus juta rupiah.
36
3
Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000 lima ratus juta rupiah
sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000 sepuluh milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000 dua milyar
lima ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000 lima puluh milyar rupiah.
4 Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf a, b dan ayat 2 huruf a, b
serta ayat 3 huruf a, b nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan Presiden.
36
Try Widiyono, Op.cit, hal. 306.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Kriteria UMKM
Kriteria UMKM Usaha Mikro
Usaha Kecil Usaha Menengah
Kekayaan Bersih
tidak termasuk
tanah bangunan Paling banyak
Rp. 50 juta Lebih dari Rp. 50
juta sampai
dengan paling banyak Rp. 500
juta Lebih dari Rp. 500
juta sampai dengan paling banyak Rp.
10 Milyar
Hasil Penjualan Tahunan
Omsettahun Paling banyak
Rp.300 juta Lebih dari
Rp.300 juta sampai dengan
paling banyak Rp. 2,5 Milyar
Lebih dari Rp. 2,5 Milyar sampai
dengan paling banyak Rp. 50
Milyar
Sumber : Deddy Edward Tanjung 2009 Menurut Undang – Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah, yang dimaksud dengan kekayaan bersih adalah nilai jual dari kekayaan usaha yang dimiliki asset setelah dikurangi kewajibannya seperti
hutang-hutang. Yang dimaksud dengan penjualan tahunan adalah hasil penjualan bersih yang berasal dari penjualan barang dan jasa usahanya dalam satu tahun.
Yang dimaksud dengan milik warga negara Indonesia adalah usaha yang sepenuhnya milik warga negara Indonesia.
Kriteria tersebut perlu diketahui oleh para pelaku UMKM agar dapat menyesuaikan usahanya dengan kriteria sesuai UU No. 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, terutama dalam berhubungan dengan pihak lain lembaga keuangan banknon bank dan rekan bisnis termasuk pula untuk
Universitas Sumatera Utara
penyesuaian dokumen legal surat-surat ijin. Kriteria di atas sudah jauh berubah apabila dibandingkan dengan kriteria sebelumnya. Tentunya semua dilakukan
untuk kemajuan usaha para pelaku usaha UMKM. Kegiatan ekonomi rakyat yang merupakan bagian integral dunia Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah mempunyai kedudukan, potensi dan peran strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang dan
pemerataan pembangunan berdasarkan demokrasi ekonomi. Sektor usaha mikro, kecil dan menengah menjadi fokus pemerintah untuk lebih diberdayakan dan
dikembangkan secara optimal karena dipandang bahwa sektor ini mampu bertahan daripada pengusaha besar pada saat krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997.
Di samping itu, sektor ini mampu menyerap tenaga kerja karena lebih cenderung padat karya. Penelitian menyebutkan bahwa kenaikan pertumbuhan ekonomi di
Indonesia sebesar 1 berarti telah mengurangi jumlah pengangguan sebesar 400.000 orang.
37
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang
dan berkeadilan. Hal ini sejalan dengan apa yang telah digariskan oleh pemerintah
dalam UU No. 20 Tahun 2008 yang menyebutkan bahwa tujuan pemberdayaan Usaha Kecil antara lain:
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha mikro, kecil dan
menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. c.
Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan
ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
37
Soetanto Hadinoto, Cara Efektif Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo, 2006, hal. 272.
Universitas Sumatera Utara
Keadaan ini memihak pada konsep demokrasi ekonomi kerakyatan yang sejalan dengan trilogi pembangunan nasional yang mengutamakan aspek
pemerataan. Perlindungan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mempunyai nilai yang strategis yang dapat dilihat dari beberapa manfaatnya yaitu:
38
1. Menciptakan dan menyediakan pekerjaan melalui usaha padat tenaga kerja
labour intensive. Adanya investasi dalam bentuk industri akan semakin memperbesar jumlah
penyerapan tenaga kerja. Teori klasik menyebutkan bahwa tenaga kerja dapat digunakan secara penuh melalui mekanisme pasar tenaga kerja. Dengan demikian,
jika terjadi pengangguran berarti penawaran tenaga kerja akan lebih besar daripada permintaan tenaga kerja sehingga tingkat upah akan diturunkan karena
banyaknya tenaga kerja yang mau bekerja. Dengan demikian, biaya produksi akan menurun sehingga dapat diperoleh keuntungan yang dapat digunakan untuk
memperluas kegiatan ekonomi serta menampung tenaga kerja yang menganggur. Dikaitkan dengan tenaga kerja tersebut, menurut Keynes, pengangguran dapat
diatasi dengan dua cara pendekatan yakni dengan memperluas penyerapan tenaga kerja atau menurunkan jumlah angkatan kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan
penanaman modalinvestasi dengan menambah kegiatan ekonomi baru melalui bantuan pinjaman modal kredit dari bank ataupun non bank.
39
2. Sebagai alat distribusi pendapatan melalui kesempatan berusaha.
3. Mencegah urbanisasi melalui penyediaan lapangan kerja di pedesaan dan
menimbulkan persoalan baru di perkotaan.
38
Nurul Widyaningrum, Pola-Pola Eksploitasi Terhadap Usaha Kecil, Bandung : Yayasan Akatiga, 2003, hal. 50.
39
M. Tohar, Membuka Usaha Kecil, Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 1999, hal. 13.
Universitas Sumatera Utara
4. Mengoreksi kelemahan yang terdapat pada pendekatan pembangunan ekonomi
yang menekankan pada pertumbuhan. Perlindungan terhadap usaha kecil dan menengah telah diatur pemerintah
dengan lahirnya UU No. 20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Undang-Undang ini merupakan landasan utama dalam pembinaan dan
pengembangan usaha kecil di Indonesia, namun undang-undang ini belum mampu membuka lebar terhadap kemapanan dan pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah. Sampai saat ini perhatian terhadap pertumbuhan UMKM masih dilayani
belum maksimal. Panjangnya birokrasi dan sulitnya akses perbankan menjadi kendala besar bagi UMKM dalam hal permodalan, padahal UMKM salah satu
sektor usaha yang terbukti menyerap tenaga kerja bersifat padat karya. Dalam Pasal 2 UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM dinyatakan bahwa
pemberdayaan usaha kecil diselenggarakan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Hal ini berarti usaha kecil merupakan tanggung jawab bersama
pemerintah, swasta dan masyarakat. Dari segi pendanaan, pemerintah telah menetapkan peraturan perundangan-undangan dan kebijakan untuk:
1. memperluas sumber pendanaan;
2. meningkatkan akses pada sumber pendanaan;
3. memberikan kemudahan dalam pendanaan.
Dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316KMK.0161994 disebutkan bahwa pembinaan usaha mikro, kecil dan menengah dapat dilakukan
dengan sumber dana bagian dari laba keuntungan yang diperoleh Badan Usaha Milik Negara BUMN. Pada dasarnya kewirausahaan pelaku UMKM jika diatur
Universitas Sumatera Utara
dan dikelola dengan baik akan dapat tumbuh menjadi usaha besar. Beberapa upaya pemasaran usaha kecil yang harus diatur adalah menyangkut strategi
produk, strategi penetapan bunga, strategi promosi perusahaan dan saluran distribusi yang tepat.
40
1. Kelebihan UMKM
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri dalam tatanan struktur perekonomian Indonesia.
Usaha Kecil pada kenyataannya mampu bertahan dan mengantispiasi kelesuan perekonomian yang diakibatkan oleh inflasi. Tanpa subsidi maupun
proteksi, beberapa pelaku Usaha Kecil mampu menambah devisa negara khususnya industri kecil di sektor informal dan mampu berperan sebagai
penyangga dalam perekonomian masyarakat menengah ke bawah. Beberapa nilai strategis UMKM bagi perkembangan perekonomian negara adalah:
41
b. Merupakan pemerataan konsentrasi dari kekuatan-kekuatan ekonomi dalam
masyarakat. a. Adanya indikasi yang menunjukkan bahwa banyak produk tertentu yang
dikerjakan oleh sektor riil yang justru hasilnya tersebut digunakan oleh industri menengah dan besar dengan alasan margin yang lebih ekonomis.
c. Prosedur hukum UMKM sangat sederhana dalam proses pendiriannya.
d. Umumnya mampu untuk survive karena dalam usaha UMKM terkadang
adalah perintisan produk baru yang belum ada pesaingnya. e.
Diversifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu karena pasar UMKM yang masih luas, sehingga dapat digali melalui kreatifitas pelaku UMKM.
40
Justin G. Longenecker, Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil, Jakarta : Salemba Empat, 2000, hal. 339.
41
M. Tohar, Op.cit, hal. 29.
Universitas Sumatera Utara
f. Relatif tidak membutuhkan investasi terlalu besar, tenaga kerja tidak
berpendidikan tinggi dan sarana produksi lainnya tidak terlalu mahal. g.
Memberikan peluang dan kemudahan dalam peraturan dan kebijakan pemerintah demi berkembangnya Usaha Kecil.
2. Kelemahan Pengelolaan UMKM
Kelemahan dalam pengelolaan, Usaha Kecil berkaitan dengan faktor ekstern dan intern yakni meliputi:
42
a. Tidak mengetahui secara tepat kebutuhan modal kerja karena tidak memiliki
perencanaan kas yang baik. b.
Sering terjadi kesalahan manajemen dan ketidakpedulian pengelolaan terhadap prinsip-prinsip manajerial.
c. Sumber modal yang terbatas pada kemampuan pemilik.
d. Tidak memiliki program pengendalian dalam memulai usaha.
e. Tidak pernah memiliki studi kelayakan, penelitian pasar dan analisis
perputaran uang. Berdasarkan tipe atau macamnya, kredit dapat dilihat dari beberapa segi
yakni:
43
1. Kredit menurut tujuan penggunaannya.
Dilihat dari segi penggunaannya, kredit ini dibagi menurut dua hal yakni kredit konsumtif, yang merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan
konsumsi; kredit produktif khususnya kredit investasi dan kredit modal kerja yang berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi. Di samping itu, ada kredit
42
Ibid.
43
Hadiwidjaja dan Rivai Wirasasmita, Analisis Kredit, Bandung : CV. Pionir Jaya, 2007, hal. 16.
Universitas Sumatera Utara
investasi yang diperlukan untuk kredit perluasan perusahaan, rehabilitasi, dan modernisasi perusahaan.
2. Kredit dalam pengalihan hal materinya, dibagi atas dua hal, yakni kredit dalam
bentuk uang Money Credit dan kredit dalam bentuk bukan uang Non Money Credit. Berdasarkan plafond kredit segmentasinya, maka kredit dapat
digolongkan menjadi: a. Kredit Usaha Mikro
: Rp. 100 Juta b. Kredit Kecil
: Rp. 100 juta s.d. Rp. 500 juta. c. Kredit Menengah
: Rp. 500 juta s.d. Rp. 5 milyar. d. Kredit Usaha BesarCoorporate
: Rp. 5 milyar. 3.
Kredit menurut cara penggunaannya. Kredit menurut cara penggunaannya yakni kredit tunai Cash Credit dan
kredit tidak tunai Non Cash Credit. Kredit bukan tunai yaitu kredit yang tidak dibayarkan langsung pada saat perjanjian pinjaman dibuat seperti garansi
bankjaminan bank dan Letter of Credit LC. 4.
Kredit menurut jangka waktunya. Kredit menurut jangka waktunya dibagi menurut kredit jangka pendek, yakni
kredit yang jangka waktunya tidak melebihi 1 tahun; kredit jangka menengah, yakni kredit yang mempunyai jangka waktu antara 1 sampai 3 tahun; kredit
jangka panjang, yakni kredit yang mempunyai jangka waktu di atas 3 tahun. 5.
Kredit dilihat dari segi jaminannya. Setiap kredit yang diberikan harus jelas jaminan pengembalian. Adapun
jaminan-jaminan tersebut terdapat berbagai macam yakni jaminan perorangan, jaminan kebendaan secara fisik dan jaminan kebendaan non fisik.
Universitas Sumatera Utara
6. Kredit tanpa jaminan.
Kredit tanpa jaminan yaitu kredit yang diberikan tanpa jaminan sama sekali. Artinya kredit tersebut diberikan semata-mata atas kepercayaan belaka, sehingga
tidak ada pengamannya sama sekali. Beberapa prinsip dalam penilaian permohonan kredit dapat ditinjau dari
beberapa hal, yakni:
44
1. Prinsip 5 C yang meliputi:
1.character watakkepribadian 2.capacity kemampuan
3.capital modal 4.condition of economy
5.collateral agunan atas kredit. 2.
Prinsip 5 P yang meliputi: 1.party golongan dari calon peminjam sesuai dengan prinsip 5 C
2.purpose tujuan penggunaan kredit menurut calon debitur 3.payment sumber pembayaran
4.profitability kemampuan memperoleh laba calon debitur 5.protection perlindungan atas perusahaan yang diberikan oleh calon
kreditur dan yang aman bagi kreditur 3.
Prinsip 3 R yang meliputi: 1.returnreturning hasil yang dicapai
2.repayment pembayaran kembali 3.risk bearing ability kemampuan untuk menanggung risiko
44
Ibid, hal. 34.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip pemberian kredit yang dilandasi oleh prinsip kehati-hatian sesungguhnya dilakukan sebagai upaya perbankan agar terhindar seminimal
mungkin dari peluang munculnya kredit bermasalah di kemudian hari. Berbicara mengenai kredit bermasalah merupakan penyebab kesulitan pada bank sendiri
yang menyangkut terhadap tingkat kesehatan bank, karenanya bank wajib meminimalkan potensi timbulnya kredit bermasalah.
Dalam kebijakan penanganan kredit bermasalah, hal-hal yang diperhatikan adalah masalah administrasi kredit, kredit yang dinilai layak mendapat perhatian
khusus, perlakuan terhadap kredit yang tunggakan bunganya dikapitalisasi credit plafondering, prosedur penyelesaian kredit bermasalah, dan prosedur
penghapusan kredit macet.
45
Tujuan pemberian fasilitas kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berpedoman pada tujuan dari pemberian kredit secara umum. Tujuan kredit secara
umum didasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang dianut oleh negara yang bersangkutan yaitu dengan
pengorbanan sekecil – kecilnya untuk memperoleh manfaat keuntungan sebesar–besarnya.
B. Tujuan dan Fungsi Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah