B. Lembaga Penjamin Kredit Sebagai Mitra Perbankan dan UMKM
Salah satu kendala yang dihadapi UMKM Indonesia untuk mendapatkan pinjaman modal dari perbankan adalah ketiadaan jaminan atau agunan. Lembaga
Penjaminan Kredit bertujuan untuk mengatasi kendala jaminan UMKM. Lembaga penjaminan kredit di Indonesia pada dasarnya telah ada sejak lama. Penjamin
kredit terutama bagi koperasi, antara lain Perum Sarana Pengembangan Usaha Perum SPU merupakan pengembangan dari Lembaga Jaminan Kredit Koperasi
LJKK yang didirikan tahun 1971 serta PT. Penjamin Kredit Pengusaha Indonesia PT. PKPI mewakili perusahaan swasta yang didirikan tahun 1995-
an.
98
Di samping lembaga penjaminan tersebut di atas, beberapa daerah sudah memiliki Lembaga Penjaminan Kredit Daerah LPKD. Payung hukum lembaga
penjaminan sebenarnya sangat kuat yaitu Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan. Pemerintah Daerah yang berinisiatif mendirikan
LPKD di daerahnya masing-masing untuk membantu UMKM mengakses modal dari Bank. Pada kenyataannya, LPKD yang sudah didirikan belum berfungsi, alias
mati suri. Pada saat ini paling sedikit ada delapan lembaga penjaminan kredit daerah. Lembaga tersebut adalah : Delapan LPKD nonaktif antara lain, PT LPKD
Yogyakarta, PT Penjamin Kredit Tanpa Agunan Mandiri, Sriwijaya, PT Sarana Usaha Mandiri KUKM, NTB, PT Sarana Pengembangan Kutai Kartanegara,
98
Konsultan Pengembangan Sektor Riil dan UMKM KPRSU, Lembaga Penjaminan Kredit UMKM, http:usaha-umkm.blog.comtaglembaga-penjaminan-kredit-umkm diakses
tanggal 1 Oktober 2010.
Universitas Sumatera Utara
Kaltim, PT Sarana Penjamin, Riau, Koperasi Penjamin Kredit, Jawa Barat Jabar, PT Penjamin Kredit Sipatuo, Makassar, dan PT Sarana Penjamin Kredit,
Denpasar. LPKD yang akan beroperasi pada Desember nanti, PT Jamkrida, Jawa Timur Jatim.
99
Seiring dengan kebijakan pemerintah yang tercantum dalam program pengembangan UMKM bagi ekonomi masyarakat kecil, maka dipandang perlu
untuk membuat suatu mekanisme percepatan penyaluran kredit bagi pelaku bidang riil. Oleh karena itu, pada November 2007, Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono meluncurkan lagi sebuah skema kredit baru bagi UMKM, yakni Kredit Usaha Rakyat KUR. Skema kredit ini adalah kredit tanpa agunan dengan
batas maksimum Rp. 500 jutanasabah untuk usaha-usaha produktif, perindustrian, perdagangan dan juga koperasi, khusus untuk UMKM yang belum
layak didanai oleh perbankan karena tidak memiliki jaminan yang cukup.
100
99
Nasroen Yasabari dan Nina Kurnia Dewi, Penjaminan Kredit, Bandung : PT Alumni, 2007, hal. 112.
100
Hasan M.Fadhil, Pemihakan Pemerintah Dalam Mendukung Pembiayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM, Jakarta : Bappenas, 2008, hal. 236.
Dengan program ini, kebuntuan permasalahan permodalan yang selama ini dihadapi oleh pelaku UMKM setidaknya dapat terpecahkan. Pemerintah terhadap
Kredit Usaha Rakyat KUR dapat membantu UMKM dalam meningkatkan usahanya dengan menambah modal sehingga dampak lanjutannya adalah semakin
banyaknya tenaga kerja yang dapat diserap oleh UMKM untuk mengurangi angka pengangguran. Untuk menyukseskan program ini, pemerintah telah menunjuk dua
lembaga penjamin, yaitu Lembaga Asosiasi Kredit Indonesia Askrindo dan Perum Sarana Pengembangan Usaha SPU sebagai lembaga resmi yang
menjamin kredit mikro tersebut. Jaminan KUR sebesar 70 ditutup oleh dua
Universitas Sumatera Utara
lembaga penjamin tersebut, sedangkan sisanya 30 oleh bank-bank pelaksana.
101
Kedua lembaga tersebut didukung dengan dana Rp. 1,4 Trilyun oleh pemerintah untuk menjamin kredit UMKM melalui Program KUR Kredit Usaha Rakyat.
Giring rasio dari sejumlah dana yang diberikan pemerintah adalah sebesar Rp. 14 Trilyun, artinya lembaga penjaminan bisa menjamin pinjaman kredit UMKM
melalui Progam KUR hingga Rp. 14 Trilyun.
102
Perjanjian kerja sama ini menjadi tindak lanjut dari kesepakatan kerja sama antara Askrindo dan SPU dengan departemen serta enam bank nasional yang
ditunjuk pemerintah yakni BRI, BNI, Bank mandiri, BTN, Bank Syariah Mandiri, dan Bank Bukopin. Dengan perjanjian kerja sama ini, memungkinkan asuransi
Askrindo dan SPU secara otomatis menjamin pemberian kredit atau pembiayaan yang dilakukan perseroan kepada pelaku usaha mikro dan kecil.
103
Dari segi persyaratannya, kredit bagi Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi dengan pola penjaminan KUMKP ini adalah kredit modal kerja danatau
investasi dengan plafond kredit sampai dengan Rp. 500 juta yang diberikan kepada pelaku usaha kecil, mikro dan koperasi dengan usaha produktifnya dan
mendapat penjaminan dari perusahaan penjamin yang proses pengajuannya lebih mudah dan cepat. Di samping itu, kendala selama ini yang menjadi hambatan bagi
pelaku mikro dan kecil untuk memperoleh modal sudah dapat diatasi, karena
101
Konsultan Pengembangan Sektor Riil dan UMKM KPRSU, Loc.cit.
102
Ibid.
103
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
kewajiban menyerahkan agunanjaminan tidak mutlak dibutuhkan, sehingga pelaku usaha kecil dapat memperoleh kredit tersebut.
104
Dengan adanya penjaminan kredit UMKM tersebut maka: Adapun mekanisme dalam penjaminan kredit menjadi kewajiban bank
pelapor agar secara rutin setiap bulan melaporkan daftar nama debitur secara kolektif ke perusahaan penjamin. Pelaporan yang dibuat harus mencakup daftar
nominatif data debitur secara keseluruhan termasuk fasilitas kredit yang diberikan. Sementara itu, biaya premi asuransi sebesar 1,5 dari total plafond kredit menjadi
beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN, debitur hanya dibebankan biaya administrasi sebesar 0,1.
105
1. Pengajuan kredit usaha kecil yang sebelumnya tidak memenuhi persyaratan
perbankan menjadi bankable, sehingga usaha kecil dapat mengembangkan usahanya.
2. Risiko bank menjadi berkurang, karena sebagian telah dialihkan menjadi
risiko perusahaan penjamin. 3.
Dengan terpenuhinya kecukupan agunan dan berkurangnya risiko, maka kemungkinan terjadinya penolakan proposal pinjaman menjadi lebih kecil.
4. Perusahaan penjamin juga melakukan kelayakan dan pengendalian atas
kredit yang dijamin. Dengan adanya pengendalian dari dua pihak yang berlainan diharapkan risiko dapat lebih diminimalkan.
104
Nasroen Yasabari dan Nina Kurnia Dewi. Op.cit, hal. 55.
105
Untoro Perry Warjiyo, Default Risk dan Penjaminan KUKM, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Maret 2008.
Universitas Sumatera Utara
5. Dengan berkurangnya risiko tersebut, maka seharusnya risk premium yang
ditetapkan menjadi salah satu komponen dalam perhitungan landing rate dapat diturunkan sehingga landing rate menjadi lebih rendah.
6. Perusahaan penjamin akan mendapatkan pendapatan fee penjaminan.
Apabila terjadi kemacetan atas kredit yang dijamin, maka:
106
1. Sejak klaim dibayarkan, maka atas kredit tersebut tidak dikenai bunga. Hal ini
akan meringankan beban nasabah. 2.
Agunan danatau fix asset yang dimilikinya tidak perlu dilikuidasi, karena kewajiban nasabah yang dijamin akan dipenuhi oleh perusahaan penjamin
sebesar porsi kredit yang dijamin. Hal ini memungkinkan usaha kecil tetap dapat dijalankan dan selanjutnya apabila usaha tersebut telah mengalami
pemulihan, nasabah tersebut dapat melakukan pembayaran subrogasi. 3.
Dengan adanya pembayaran klaim, maka bank akan lebih cepat mendapatkan likuiditas apabila dibandingkan dengan penjualan fix asset yang memerlukan
prosedur dan waktu relatif lama.
C. Kebijakan Pemerintah dalam Mendukung Usaha Mikro, Kecil dan Menengah