2.2. Faktor Ekonomi
Pada faktor ekonomi adalah salah satu faktor yang biasaanya yang selalu dicapai dan dipenuhi oleh banyak masyarakat, terutama dan pilihan yang paling
utama adalah melakukan penjualan lahan dan mengalih fungsi lahan, seperti lahan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di kelurahan Tanjung Sari, dan lahan
tersebut itu banyak untuk dijadikan sebagai salah satu yang bisa diandalkan atau yang bisa diharapkan setiap orang untuk mendapatkan uang, itu bagi mereka yang
mempunyai lahan pertanian yang lumayan luas , akan tetapi ada juga masyarakat yang memutuskan untuk menjual lahnnya tersebut walaupun tidak begitu banyak
atau tidak begitu banyak untuk mendapatkan uang, karena memang uang itu sangat dibutuhkan terutama dalam faktor ekonomi baik itu untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam faktor ini banyak masyarakat yang melakukan proses jual lahan kepada orang lain, karena adanya permintaan yang tinggi dari
ssektor non-pertanian dibandingkan oleh sektor pertanian, atau masyarakat yang mempunyai kegiatan-kegiatan di kota tersebut, dan hasil dari pertanian juga relatif
rendah. Ada masyarakat yang berasal dari kalangan ekonomi yang rendah, dengan adanya tawaran dari pihak luar atau orang lain untuk membeli lahan pertanian
yang mereka miliki tentunya akan tergoda untuk menjual lahan tersebut dengan tawaran yang menjanjikan untuk mendapatkan uang dari si pembeli lahan
tersebut, secara bersamaan dan juga sejalan dengan desakan ekonomi untuk kebutuhan keluarga, baik itu untuk kebutuhan sehari-hari maupun untuk
kebutuhan yang lainnya. Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan yang ada di lingkungan XII Tanjung Sari:
“Molo soadongbe hepeng tumagon nama jualon tano nami i tu halak na naeng manuhor tano nami i, asa boi pakkeon hepeng na i tu haporluon na tu jabu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
on, apalagi kebutuhan sonarion asa boi mangan, apalagi adong muse tawaran sian halak, piccan arga tano kan lumayan”.
“Kalau tidak ada lagi uang lebih baik menjual tanah kepada orang lain yang mau membeli untuk keperluan rumah yang mendesak terutama untuk
kebutuhan makan,apalagi ada pula orang yang mau membeli lahan yang harganya lumayan tinggi harganya kan lumayan”.
Salah satunya yaitu ada keluarga ibu Roida, ibu ini sudah berumur 60 tahun dan ibu ini berprofesi sebagai petani, dimana keluarga ini adalah salah satu
keluarga yang berada di kelurahan Tanjung Sari, tepatnya yang di jalan Ring Road, keluarga ibu ini adalah termasuk keluarga yang sederhana suami dari ibu
ini berma Rahman Silalahi akan tetapi suami dari ibu ini sudah tiada lagi empat tahun yang lalu, ibu ini hidup bersama keempat anaknya dan anaknya tersebut
sudah tiga tamat SMA, ibu ini dan keempat anaknya tinggal bersama dan rumah yang mereka tempati tersebut adalah rumah mereka sendiri, itu adalah rumah
sepeninggalan suami ibu ini, rumah yang mereka tempati
tersebut memang sangat sederhana, akan tetapi mereka betah dan senang menempati rumah tersebut
karena rumah itu memang sangat berharga bagi ibi ini dan keempat anaknya. Adapun nama anak-anak dari ibu Roida ini adalah:
• Rio 27 tahun
• Sandy 25 tahun
• Tirta 23 Tahun
• Sihar 17 Tahun
Keempat dari anak-anak ibu ini tetap tinggal bersamanya walaupun tidak ada lagi suami ibu iniatau bapak dari keempat anaknya tersebut, akan tetapi keempat dari
anak-anak ibu ini masih tetap semangat untuk membantu ibunya yaitu dengan bekerja di tempat lain untuk membantu membutuhi kebutuhan rumah mereka.
Keempat dari anak-anak ibu ini sudah tiga orang yang bekerja dengan modal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hanya tamatan SMA dan satu orang lagi masih bersekolah, ibu ini mempunyai lahan pertanian sampai sekarang ini dan lahan tersebut masih diolah oleh ibu ini
sendiri, keempat anaknya memang jarang membantu ibu ini mengolah lahan pertanian tersebut, ibu ini hanya mengolah sendiri, inilah kegiatan sehari-hari ibu
Roida tersebut, selain mengerjakan pekerjaan rumah dan kegiatan-kegiatan lainnya yang diikuti oleh ibu ini, baik itu ke pesta maupun kegiatan yang lainnya,
lahan yang dimiliki oleh ibu initidak terlalu luas hanya saja lahan tersebut sebanyak 35 meter dan lebarnya 20 , seperti yang ditunjukan oleh ibu ini lahan
pertanian tersebut kebetulan tidak jauh dari tempat mereka tinggal, atau berada di belakang rumah mereka.
Lahan yang dimiliki oleh ibu ini sebagian sudah ada yang dijual kepada orang lain, lahan yang dijual kepada orang lain itu masih kondisi lahan pertanian,alasan
ibu ini menjual lahan pertanian tersebut kepada orang lain karena adanya desakan untuk memenuhi kebutuhan pada keluarga pada masa-masa yang saat sulit dulu
dimana uang pada saat itu memang sangat dibutuhkan, oleh karena itu tidak ada pilihan lain selain menjual lahan tersebut kepada orang lain dan uang tersebut bisa
digunakan keberbagai keperluan seperti kebutuhan untuk anak-anak ketika masih bersekolah baik itu kebutuhan untuk pendidikan yang semakin lama semakin
mahal, kebutuhan akan keluarga yang pada saat itu sulit untuk mendapatkan uang. Selain itu juga ada faktor yang bisa membuat ibu ini menjual lahan mereka
kepada orang lain dengan alasan untuk pendidikan anak dimana pada tiga tahun yang lalu ketika anak-anaknya serentak masih sekolah semuanya banyak
membutuhkan biaya terutama untuk biaya sekolah, mengingat pekerjaan ibu ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hanya sebagai petani saja dan kurang untuk membuthi kebutuhan terutama kebutuhan akan keperluan anak-anaknya.
Sampai sekarang juga masih ada salah satu anak ibu ini yang masih menuntut ilmu yaitu anak keempatnya yang masih duduk di bangku SMA, dan tentunya
akan membutuhkan biaya yang cukup banyak, berhubung juga karena anaknya yang paling bungsu atau anaknya yang paling kecil itu sekolah di slah satu
sekolah yang lumayan mahal biaya uang sekolah, ataupun biaya-biaya yang ada sangkut pautnya dengan sekolah anak yang masih sekolah terutama karena
mereka ini adalah keluarga yang sederhana dan untuk mendapatkan uang setiap harinya juga susah, ibu ini hanya mengolah lahan pertanian lah lahan dari
pembagian dari orang tua suami ibu ini, ibu ini mendapatkan hasil pertaniannya hanya dua kali dalam satu tahun. Jadi ibu ini menjual lahannya sebagian dua tahun
yang lalu seluas 35 meter dan lebarnya 20 meter, lahan tersebut dijual kepada orang pendatang, hal ini dilakukan oleh ibu ini karena memang keadaan terpaksa
mengingat kondisi keluarga pada saat itu memang sangat membutuhkan uang, lahan tersebut dijual kepada orang ketika suaminya masih hidup dan laahn
tersebut dijual dengan persetujuan dari suami ibu ini. Bagi mereka yang mempunyai anak yang masih dalam sekolah terutama bagi
mereka yang mempunyai beberapa anak terutama anaknya yang sudah dalam belajar, sebagai mahasiswa terutama yang kuliah di swasta, biaya untuk modal
dalam pengembangan pekerjaan seperti membuat suatu tempat berdagang, dan kebutuhan keluarga yang sangat mendesak, juga karena keadaan yang seperti
sekarang ini, dimana masyarakat yang lainnnya menggunakan lahan tersebut menjadi lahan non-pertanian, dengan keadaan yang seperti sekarang ini tentu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
masyarakat yang mempunyai lahan pertanian menjual lahan mereka dengan keadaan terpaksa, mengingat dengan desakan dari tuntutan kebutuhan yang harus
dipenuhi. Seperti penuturan oleh ibu Roida:
“Tumagonma hugadis tanoi asalma marsikkola akka gelenghi Asalma saut akka napinarsitta ni akka anakkoki, ai holan inama arta na
boi gadison asa boi mambiayai sikkola ni akka gelleng niba i, nijualanpe akka arta i dang gabe masalah, boi do i muse paulakon ni akka gelleng nibai molo
dung gabe jolma haduan dah inanggg.... “. “lebih baik tanah itu dijual untuk menyekolahkan anak-anak kami
Asalkan kesampaian cita-cita dari anak-anak kami itu, karena hanya tanah yang kami punya itu satu-satunya yang bisa dijual untuk membiayai
sekolah anak-anak kami, dijualpun tidak jadi maslah buat kami orang tua ini, bisanya itu nanti dibalikan oleh anak-anak kasmi itu kalau sudah sukses nantinya
”. Penjualan lahan yang dimiliki oleh ibu ini juga karena adanya permintaan
dari masyarakat luar yang datang membeli lahan tersebut untuk diolah yang artinya diolah ke dalam berbagai macam kegiatan untuk dijadikan menjadi lahan
non-pertanian pastinya. Pemilik lahan tersebut menjual lahannya dengan harga yang mahal kepada orang yang membeli lahan tersebut, harga lahan dijual kepada
orang dengan harga yang berbeda-beda, pemilik lahan menjualnya melihat orangnya juga, kalau masyarakat luar yang datang dan ingin membeli lahan
tersebut, mereka melakukan transaksi jual beli lahan dan si pemilik lahan berkesempatan membuat harga lahan tersebut agak mahal. Lahan yang dijual
tersebut dijual masih lahan pertanian beberapa tahun yang lalu dan lahan tersebut diolah dan ditimbun, serta dijadikan sebagai suatu bangunan baik itu rumah untuk
dijadikan tempat tinggal atau bangunan-bangunan yang lainnya. Seperti rumah dan rumah yang dibangun itu hasilnya dibagi, atau “Bangun Bagi” dalam arti
misalnya lahan yang diolah yang dijadikan bangunan tadi dijadikan menjadi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
banguna rumah yang terdiri dari enam rumah jadi sewa rumah tersebut dibagi kepada sipemilik lahan mendapatkan hasil sewa rumah dengan harga tiga sewa
rumah dan kepada si pembeli lahan tersebut mendapat hasil sewa dari sewa tiga rumah.
Pemilik lahan yang menjual lahannya kepada orang lain karena mereka sudah tidak ada waktu lagi untuk mengelolah lahan pertanian mereka tersebut,
karena ada kegiatan lain, juga kerena semakin banyaknya permintaan lahan untuk dijadikan rumah, dan untuk bisnis jadi mereka menjualnya dengan harga sesuai
dengan kebutuhan yang diinginkan orang yang ingin membeli lahan mereka tersebut, ada orang yang ingin membeli lahan mereka karena memang butuh
sekali untuk dijadikan sebagi tempat tinggal. Masyarakat menjual lahan pertanian yang mereka miliki dengan alasan
yang kuat dan mereka berfikir jika lahan pertanian yang mereka miliki masih terus dipertahankan untuk bertahan hidup sudah tidak mungkin lagi. Mereka merasa
bahwa menjual lahan yang mereka miliki akan mendapatkan hasil yang lebih menguntungkan baik itu secara cepat maupun secara lambat, mereka menjual
lahannya atau menyewakan lahan yang mereka punya membuat cara mendapatkan uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari lebih gampang dibandingkan
dengan mengolah lahan pertanian yang banyak proses untuk menunggu hasil dengan menjual atau menyewakan lahan tidak terlalu ribet untuk mendapatkan
hasil hanya saja menunggu beberapa waktu, misalnya mendapatkan sewa dari lahan yang mereka sewakan sekalian dalam satu bulan seperti dibangunnya satu
bangunan seperti bangunan rumah akan tetapi rumah itu dihuni oleh anak kost- kostan dan juga dibangunnya beberapa ruko-ruko yang ada di daerah pinggiran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
jalan dan mereka sewakan kepada orang lain atau mereka yang melakukan bisnis di tempat tersebut, dan setiap bulannya si pemilik bangunan tersebut akan
mendapatkan hasil sewa dari bangunan yang disewakannya kepada orang lain atau ada juga yang mendapatkan hasil sewa hanya sekali dalam setahun dari orang
yang menyewa lahan yang mereka sewakan seperti danya orang yang menyewa rumah dan akan memberikan sewa rumah tersebut hanya dalam sekali setahun.
Hasil penjualan lahan yang mereka jual kepada orang lain itu juga digunakan untuk membangun atau memperbaiki rumah untuk disewakan atau
dikontrakan kepada orang lain, dimana kalau rumah yag ingin dikontrakan kepada orang lain itu tidak
dalam keadaan yang baik tentunya orang yang ingin mengontrak rumah tersebut tidak terlalu suka dan otomatis pelanggan kontrakan
akan berali kepada orang lain, untuk mengatasi hal ini tentu lahan yang dijual tadi kepada orang lain akan dibuat untuk memperbaiki rumah yang ingin dikontrakan
kepada orang lain supaya mendapatkan hasil yang maksimal untuk kebutuhan ekonomi keluarga.
2.2 Faktor Kependudukan