dibangunnnya sebuah bangunan yang dijadikan untuk berbisnis disamping dibangunnya rumah yang mewah, seseorang yang merasa iri juga memiliki ingin
memiliki bangunan yang ingin dijadikan sebagai tempat berbisnis, rasa kecemburuan seseorang semakin tinggi.
Hal kecemburuan atau keirian yang dimiliki setiap individu yang ada di wilayah tersebut itu adalah rasa cemburu ingin memiliki apa yang sudah dimilki oleh
orang lain.
2.6.3 Konflik Antar Kelompok Masyarakat
Konflik pemanfaatan lahan yang menimbulkan konflik antar kelompok masayarakat seperti yang ada di wilayah tersebut, banyak lahan pertanian di satu
sisi dan di sisi lain mulai banyak pembangunan perumahan maupun non- perumahan, maka konversi pemanfaatan lahan pertanian menjadi bentuk
pemanfaatan non-pertanian tidak dapat dihindarkan sepenuhnya dan akan terjadi secara intensif. Makin dekat ke lahan kekotaan terbangun, maka makin intensif
proses konversi yang terjadi.Seperti yang ada di wilayah tersebut adanya benturan kepentingan antar kelompok penduduk yang bertempat tinggal di kompleks
perumahan baru dengan kelompok penduduk yang tinggal dekat dengan lahan pertanian atau lahan persawahan yang masih ada di wilayah tersebut.
Pembangunan kompleks perumahan yang dilakukan di banyak lahan pertanian inilah yang membuat banyak masyarakat sekitar memacu terjadinya
konflik yang semakin memuncak dan semakin lama hal ini sering dijumpai terutama seperti yang ada di wilayah tersebut. Pembangunan tersebut membuat
dampak yang negatif bagi lahan persawahan yang dimiliki oleh sebagian kecil masyarakat yang masih mengolah lahan pertanian tersebut, seperti pembuangan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
air limbah rumah tangga ke saluran irigasi, makin banyaknya hewan piaraan yang menggangu tanaman, sehingga mengurangi kuantitas produksi maupun
produktivitasnya. Penghuni perumahan yang elite tersebut juga merasa sok elite dengan gaya
hidup yang terkadang bertentangan dengan norma-noram religius, sosial dan kultural masayarakat setempat sangat potensial memicu konflik antar kelompok
masyarakat, yaitu terjadinya konflik secara perlahan antar pennghuni rumah yang mewah dengan kelompok masyarakat petani di sekitar perumahan yang ada di
wilayah tersebut. Penghuni perumahan yang elite dengan petani yang masih ada di sekitar perumahan wilayah tersebut memang sangat berbeda dalam arti pemikiran
yang tinggal di perumahan yang elite itu ada kalanya bersikap sombong dalam hal memandang orang petani yang tinggal di sekitar perumahan yang elite dan ada
kalanya tidak mempedulikan bagaimana kondisi lahan pertanian yang ada di daerah sekitar dia tinggal terutama lahan pertanian attau lahan persawahan yang
berada di daerah mereka tinggal. Seperti pembuangan limbah pada irigasi air untuk kebutuhan persawahan
yang dimiliki masyarakat petani tersebut itu bisa menyiksa atau merugikan bagi masyarakat yang mengolah lahan sawah tersebut, karena air limbah yang datang
dari berbagai perumahanyang elite itu tidak sesuai dengan kebutuhan pertanian terutama lahan persawahan yang ada di sekitar perumahan. Lahan persawahan
yang dimiliki oleh masyarakat petani semakin lama semakin banyak keluhan terutama keluhan yang sering dilakukan oleh petani yang masih mengolah lahan
pertanian di wilayah tersebut walaupun hanya tinggal sedikit. Seperti yang dipaparkan oleh salah satu informan:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
“ ai songonanma, tambah leleng tambah godangdo akka jolma on na mambahen jabuna na mewah-mewah, tambah leleng tambah soppit akka tano on
apalagi tano nami on nai, tambah leleng tambah soppit, gabe tersiksa tanonami on dikelilingi akka jabu ni namorai poang, gabe susah hami mandapot aek na
cocok tu eme nami on, hape holan tano na sajokkal on nama siolahon dabah. Adong musema on akka na tinggal dijabu na mewah on akka siginjang
roha dang perduli tu iba nalagi bertani on, olodo halakon asal mambolokkon aek limbah ni halaki tu hauma nami on, halaki kadang dang parduli tu halak
sekitarna”. “ Seperi inilah, makin lama makin banyak orang yang membangun rumah
terutama rumah yang mewah, semakin lama semakin sempit lahan pertanian kami, jadi tersiksa lahan pertanian kami terutama lahan persawahan yan masih
kami olah, yang dikelilingi rumah-rumah yanag mewah dan bangunan yang lainnnya, jadi susah untuk mendapatkan air yang cocok untuk sawah kami ini,
hanya lahan yang sedikit inilah yang kami punya tapi beginilah orang-orang kaya yang tinggal di wilayah ini, mereka tidak peduli dengan masyarakat yang masih
mengolah lahan sawah walaupun tinggal sedikit, adalah orang ini yang berlagak sombong dan tidak peduli antar sesama, tapi ya sudahlah suka- suka mereka lah
disitu walaupun agak kesal dikit mau gimana lagi lah...”.
Hal ini sering terjadi karena semakin banyak masyarakat yang datang serta melakukan atau membangun perumahan yang elite di sekitar lahan
persawahan yang masih ada di daerah ini, maka akan semakin tersiksa juga lahan pertanian karena sudah lebih banayak untuk yang sekarang ini lahan non-
pertanian daripada lahan pertanian. Seiring dengan berjalannya waktu hal ini sudah memang tidak bisa
dicegah lagi dan masyarakat petani yang ada di sekitar perumahan elite tersebut tidak bisa berbuat apa- apa yang ada hanya kekesalan karena lahan pertanian yang
mereka olah itu hanya bisa tersiksa dan tidak bisa mendapat kebutuhan yang sesuai dengan kebutuhan lahan persawahan yang masih diolah oleh sebagian kecil
masyarakat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III KESESUAIAN ALIH FUNGSI LAHAN DENGAN RENCANA TATA
RUANG KOTA MEDAN
3.1. Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan
Perencanaan tata ruang perkotaan dilakukan oleh pemerintahan kota dan diaplikasikan kepada masyarakat banyak yang berada di kota tersebut.
Perkembangan kota terutama kota yang berlangsung secara cepat maka penyusunan fungsi rencana tata ruang perkotaan menjadi sangat penting artinya
untuk menjaga perkembangan yang terjadi itu jangan menyimpang terlalu besar sehingga tidak terkendali. Jika sampai tidak terkendali maka hal ini akan
mengakibatkan kualitas hidup di daerah perkotaan menjadi tidak nyaman. Dimaklumi bahwa pasti terjadi penyimpangan dalam pemanfaatan tata ruang
perkotaan karena adanya benturan kepentingan, invervensi pihak pengambilan keputusan atau tidak adanya ketidak patuhan dari pihak pengembangan serta
kurang berfungsinya pengawasan pembangunan. Rencana Umum Tata ruang Kota Medan sesuai dengan pemerintahan kota
Pemko pembangunan pemukiman dikonsentrasikan ke kawasan Utara yang meliputi : Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Deli, Medan Helvetia dan
Medan Barat Medan Timur dan sekitarnya sedangkan pemanfaatan lahan di kawasan Selatan dibatasi. Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan daerah
BAPEDA kota Medan Ir.Harmes Jhoni kepada Medan Bisnis, penembangan pemukiman dikawasan utara akan didukung oleh lahan siap bangun lasiba dan
kawasan siap bangun kasiba akan tetapi pembangunan di kawasan selatan akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA