Multikolinieritas Autokorelasi Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Normalitas

4.3.3. Hasil Uji Asumsi Klasik 4.3.3.1. Normalitas Dari hasil uji normalitas seperti terlampir, ditemukan bahwa Jarque-Bera normality test adalah 3,7194 dan angka probabilitas 0,1557 yang berarti lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti data yang tersedia berdistribusi normal.

4.3.3.2. Multikolinieritas

Tabel 4.3. Hasil Uji Multikolinieritas Berdasarkan hasil estimasi regresi pada tabel 4.8, diperoleh R 2 sebesar 0,7843. Hasil uji multikolinieritas pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa seluruh nilai korelasi antar variabel bebas lebih kecil dari 0,7843 dan tidak ada yang lebih besar dari 0,8. Hal ini berarti tidak terdapat multikolinieritas pada model regresi.

4.3.3.3. Autokorelasi

Cara 1: Dengan Uji DW Berdasarkan hasil estimasi regresi pada tabel 4.8 diperoleh DW hitung sebesar 0,3606. Sedangkan pada tingkat signifikansi 5 , dengan k = 5 dan n = 60, diperoleh nilai d L = 1,41 dan d U = 1,77 atau dapat ditulis bahwa 0 d d L 0 0,3606 1,41. Berdasarkan perbandingan nilai DW hitung dengan DW tabel tersebut, berarti terdapat autokorelasi pada model regresi. SUKUBUNGA INFLASI KURS EPS PER SUKUBUNGA 1.000000 0.740567 0.368278 -0.711174 -0.173328 INFLASI 0.740567 1.000000 0.340271 -0.501436 -0.304388 KURS 0.368278 0.340271 1.000000 0.110048 -0.423955 EPS -0.711174 -0.501436 0.110048 1.000000 -0.188809 PER -0.173328 -0.304388 -0.423955 -0.188809 1.000000 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Cara 2: Dengan LM Test Cara kedua yang digunakan untuk melihat apakah terdapat autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Langrange Multiplier LM Test. Hasil LM test ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.4. Hasil LM Test Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 70.76188 Prob. F2,52 0.000000 ObsR-squared 43.87795 Prob. Chi-Square2 0.000000 Berdasarkan hasil estimasi LM Test diperoleh nilai Obs R-squared sebesar 43,8879 dengan probability 0,0000 yang berarti lebih rendah dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hasil estimasi tersebut adalah signifikan. Dengan demikian, menurut uji serial korelasi LM Test, terdapat autokorelasi dalam hasil estimasi. Untuk mengatasi masalah autokorelasi yang ada, maka dilakukan metode dengan mencari nilai ρ yang sesungguhnya. Pada metode ini, nilai ρ diestimasi dengan menggunakan model AR1. Model AR1 ini daat menjadi dasar dalam membuat perbedaan guna menghilangkan autokorelasi pada persamaan. Untuk itu perlu ditambahkan AR1 sebagai variabel bebas Pratomo Paidi Hidayat, 2007. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Hasil estimasi regresi yang baru ditunjukkan oleh tabel 4.5. Tabel 4.5. Hasil estimasi regresi dengan model AR Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 63.97044 1516.932 0.042171 0.9665 SUKUBUNGA -8.823155 35.40691 -0.249193 0.8042 INFLASI -12.66539 9.978385 -1.269282 0.2100 KURS -0.029750 0.015099 -1.970353 0.0541 EPS 0.004943 0.009770 0.505943 0.6150 PER 2.010152 1.911984 1.051344 0.2980 AR1 1.014551 0.019770 51.31779 0.0000 Koefisien variabel AR1 adalah sebesar 1,0145. Angka tersebut merupakan nilai ρ, sehingga persamaan menjadi: Ihs t – ρihs t-1 = α 0 – ρα + α 1 sukubunga t – sukubunga t-1 + α 1 inflasi t – inflasi t-1 + α 1 kurs t – kurs t-1 + α 1 eps t – eps t-1 + α 1 per t – per t-1 + µ t - ρµ t-1 Untuk melihat apakah masih terdapat autokorelasi, maka dilakukan LM test. Hasil estimasi LM test ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.6. Hasil LM Test dengan Model AR Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 0.086313 Prob. F2,50 0.917444 ObsR-squared 0.202997 Prob. Chi-Square2 0.903483 Berdasarkan hasil estimasi LM Test yang baru, diperoleh nilai Obs R-squared sebesar 0,2029 dengan nilai probabilitas yang cukup besar, yaitu 0,9034 yang berarti lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, H diterima yaitu tidak terdapat autokorelasi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.3.4. Hasil Test Goodness of Fit