96
5.4.3 Perbandingan DDK dan EFA
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa DDK dan EFA merupakan dua pendekatan yang digunakan dalam menghitung kemampuan kawasan Pulau
Matakus dalam menampung jumlah wisatawan. DDK menunjukan jumlah wisatawan yang dapat ditampung dalam tiap sub zona wisata berdasarkan luas
area dan panjang pantai yang sangat sesuai, sedangkan EFA menunjukan jumlah wisatawan total yang dapat ditampung di kawasan Pulau Matakus berdasarkan
kondisi biocapacity yang tersedia dan konsumsi terhadap sumberdaya dalam satua luas area. Perbandingan jumlah wisatawan dan luas lahan berdasarkan pendekatan
DDK dan EFA dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 24 Kapasitas Lahan dan Jumlah Wisatawan Berdasarkan Gambar 23 terlihat bahwa dengan pendekatan DDK, total
wisatawan yang dapat melakukan aktifitas di tiap sub zona wisata adalah 39 946 orang per hari sedangkan dengan pendekatan EFA, terlihat bahwa jumlah
wisatawan pada kondisi awal existing adalah 150 orang dengan konsumsi lahan EF sebesar 98.68 ha. Sementara itu dengan kondisi biocapacity ketersedian
lahan produktif kawasan Pulau Matakus sekitar 4 715 ha, total wisatawan yang dapat ditampung di kawasan Pulau baik di lahan daratan maupun di perairan
adalah 7 168 orang setiap tahun. Hal ini menggambarkan bahwa dengan pendekatan EFA, walaupun lahan potensial yang tersedia di Pulau Matakus cukup
besar namun jumlah wisatawan yang dapat ditampung setiap tahunnya sangat
EF 98 .6 8; 15 0 Biocapacit y
4 71 5 .0 5 ;716 8 DDK 88 2 .53 ; 39946
5000 10000
15000 20000
25000 30000
35000 40000
45000
1000 2000
3000 4000
5000 Ju
m la
h W
is a
ta w
a n
Luas Lahan ha
97 kecil dibandingkan dengan pendekatan DDK yang mana menghasilkan jumlah
wisatawan yang besar sementara lahan yang dimanfaatkan sangat kecil. Tingginya jumlah wisatawan dengan pendekatan DDK disebabkan karena
penghitungan jumlah wisatawan didasarkan pada lama waktu tiap aktifitas wisata jam per hari tanpa memperhitungkan waktu untuk mobilisasi wisatawan waktu
mobilisasi dianggap nol. Namun metode ini memiliki kelebihan karena dapat menentukan secara detail jumlah wisatawan di tiap sub zona wisata berdasarkan
luas kawasan ruang dan sumberdaya yang sesuai. Berbeda dengan pendekatan DDK, pendekatan EFA lebih konservatif
karena menghasilkan jumlah wisatawan minimal. Hal ini disebabkan karena penghitungannya berdasarkan input – output sumberdaya kebutuhan akan
sumberdaya di pulau baik dilahan daratan dan perairan per tahun dengan dengan rata – rata lama kunjungan wisata 6 hari, namun kelemahannya tidak dapat
menentukan jumlah wisatawan secara detail di tiap zona ekowisata. Jika menggunakan pendekatan kehati-hatian precusionary approach
dalam pengelolaan sumberdaya, maka dari dua pendekatan yang digunakan untuk menghitung daya dukung wisata di Pulau Matakus dikaitkan dengan penentuan
kebijakan pengelolaan, banyaknya wisatawan yang diperkenankan mengunjungi kawasan Pulau Matakus setiap tahun harus mengacu pada hasil pendekatan EFA
karena menghasilkan jumlah wisatawan minimal, namun hasil penghitungan DDK tetap akan dijadikan acuan dalam penentuan jumlah wisatawan yang akan
melakukan kegiatan di setiap sub zona wisata.
5.5 Persepsi Stakeholder Tentang Pengembangan Ekowisata