Kesesuaian Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil

19 kegiatan yang bersifat saling mendukung compatible serta memisahkannya dari kegiatan yang bersifat bertentangan incompatible. Prinsip penetapan zonasi adalah : 1 Sumberdaya alam maupun budaya memiliki karakteristik dan toleransi tertentu untuk dapat dintervensi, dan 2 Pengelola harus dapat melakukan sesuatu untuk memelihara dan mempertahankan karakteristik dan kemampuan tersebut untuk menjamin tercapainya tujuan pengelolaan dari penggunaan sekarang maupun yang akan datang Basuni 1987 dalam Purnama, 2005. Menurut Yulianda 2007, zonasi di kawasan ekowisata bahari terbagi atas empat bagian. Pertama, zona inti yang bertujuan melindungi satwa dan ekosistem yang sangat rentan sehingga pengunjung dilarang untuk masuk ke dalam. Kedua, zona khusus atau pemanfaatan terbatas dengan tujuan khusus bagi peneliti, pencinta alam, petualang, penyelam. Jumlah pengunjung terbatas dengan ijin dan aturan – aturan khusus agar tidak menimbulkan gangguan terhadap ekosistem. Ketiga, zona penyangga. Merupakan kawasan penyangga yang dibuat untuk perlindungan terhadap zona-zona inti dan khusus. Dapat dimanfaatkan terbatas untuk ekowisata dengan batasan minimal gangguan terhadap zona inti dan khusus. Keempat, zona pemanfaatan. Ditujukan untuk pengembangan kepariwisataan alam, termasuk pengembangan fasilitas-fasilitas wisata alam dengan syarat kestabilan bentang alam dan ekosistem, resisten terhadap berbagai kegiatan manusia yang berlangsung di dalamnya.

2.8 Kesesuaian Pemanfaatan Pulau-pulau Kecil

Pembangunan yang berkelanjutan sustainable development dan kesejahteran masyarakat akan sangat bergantung pada kondisi lingkungan, sistem sosial dan ekonomi yang sehat, produktif dan aman protective. Oleh karena itu perlu selalu dipertimbangkan sifat khas pulau kecil yang rentan terhadap dampak kegiatan manusia. Pembangunan berkelanjutan suatu wilayah kepulauan secara ekologis memerlukan empat persyaratan Dahuri et al., 2004. Pertama, setiap kegiatan pembangunan seperti tambak, pertanian, perkebunan dan pariwisata harus ditempatkan pada lokasi yang secara biofisik “sesuai”. Persyaratan ini dapat 20 dipenuhi dengan cara membuat peta kesesuaian lahan, termasuk perairan land suitability. Kedua, jika kita memanfaatkan sumberdaya dapat pulih, seperti penangkapan ikan di laut, maka tingkat penangkapannya tidak boleh melebihi potrnsi lestari dari stok ikan tersebut. Demikian juga jika kita menggunakan air tawar biasanya merupakan factor pembatas terpenting dalam suatu ekosistem pulau kecil, maka laju penggunaannya tidak boleh melebihi kemampuan pulau termaksud untuk menghasilkan air tawar dalam kurun waktu tertentu. Ketiga, jika kita membuang limbah ke lingkungan pulau, maka jumlah limbah bukan limbah B3, tetapi limbah yang biodegradable tidak melebihi kapasitas asimilasi lingkungan pulau tersebut. Keempat, jika kita memodifikasi bentang alam landscape suatu pulau seperti penambangan pasir reklamasi atau melakukan kegiatan konstruksi di lingkungan pulau, khususnya di tepi pantai, seperti membangun dermaga jetty dan hotel, maka harus sesuai dengan pola hidrodinamika daerah setempat dan proses-proses alami lainnya design with nature. Menurut Bengen 2002, pemanfaatan pulau-pulau kecil secara optimal dan lestari terwujud apabila memenuhi tiga persyaratan ekologis, yaitu a keharmonisan spasial; b kapasitas asimilasi dan daya dukung lingkungan, dan c pemanfaatan potensi sesuai daya dukungnya. Keharmonisan spasial berhubungan dengan bagaimana menata suatu kawasan pulau-pulau kecil bagi peruntukan pembangunan pemanfaatan sumberdaya berdasarkan kesesuaian suitability lahan pesisir dan laut dan keharmonisan antara pemanfaatan. Keharmonisan spasial mensyaratkan suatu kawasan pulau-pulau kecil tidak sepenuhnya diperuntukan bagi zona pemanfaatan tetapi juga harus dialokasikan untuk zona preservasi dan konservasi. Keharmonisan spasial, juga menuntut pengelolaan pembangunan dalam zona pemanfaatan dilakukan secara bijaksana. Artinya kegiatan pembangunan ditempatkan pada kawasan yang secara biofisik sesuai dengan kebutuhan pembangunan yang dimaksud Bengen 2002. 21 2.9 Daya Dukung 2.9.1 Daya Dukung Lingkungan Pulau-Pulau Kecil