47
4. PROFIL KAWASAN PULAU MATAKUS
4.1 Gambaran Umum
Pulau Matakus merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di depan Teluk Saumlaki serta berada tepat di Selat Egron yang terletak antara Pulau
Yamdena dan Pulau Selaru. Secara geografis terletak pada posisi 131 11’445”
Bujur Timur dan 08 03’682” Lintang Selatan.
Secara adminstratif, Pulau Matakus termasuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Saumlaki dan Pulau Yamdena
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafura Sebelah Barat berbatasan dengan Pulau Selaru
Sebelah Timur dengan Pulau Asutubun dan laut Arafura
Di pulau ini terdapat sebuah desa yang dihuni oleh 97 kepala keluarga dengan jumlah jiwa sekitar 410 orang. Pada awalnya secara administrative
Matakus berstatus sebagai lingkungan dan berada dibawah kelurahan Saumlaki dan baru ditingkatkan statusnya sebagai desa defenitif berdasarkan Peraturan
Bupati Maluku Tenggara Barat No: 40 tahun 2008 tentang Pembentukan Lingkungan Matakus menjadi Desa dan baru saja diresmikan pada tanggal 10
Maret 2009. Luas Pulau Matakus adalah sekitar 474 ha dengan keliling pulau ± 9 972 m
2
. Pulau ini hampir seluruhnya dikelilingi oleh pasir putih yang halus, hanya pada
bagian selatan pulau tipe pantainya berbatu karang dengan sedikit tutupan mangrove.
Aksesibilitas ke Pulau Matakus sangat mudah dan dapat ditempuh dengan menggunakan speed boat maupun motor laut milik masyarakat dari pelabuhan
Saumlaki. Apabila menggunakan speed boat, waktu yang dibutuhkan kurang lebih 15 – 20 menit, sedangkan jika menggunakan mator laut, dibutuhkan waktu
sekitar 40 – 50 menit untuk mencapai Pulau Matakus.
48
4.2 Kondisi Biofisik Kawasan 4.2.1 Iklim
Kondisi iklim di Pulau Matakus yang termasuk dalam gugus Pulau Tanimbar dipengaruhi oleh laut Banda, Laut Arafura, juga dibayangi oleh Pulau
Irian bagian Timur dan Benua Australia bagian Selatan sehingga sewaktu – waktu mengalami perubahan. Keadaan musim di pulau ini berlangsung teratur, musim
timur berlangsung dari bulan April sampai Oktober. Musim ini adalah musim kemarau sedangkan musim barat berlangsung dari bulan Oktober sampai Pebruari.
Musim hujan pada bulan Desember sampai bulan Pebruari dan yang paling deras terjadi pada bulan Desember dan Pebruari.
Musim pancaroba
berlangsung dalam
bulan MaretApril
dan OktoberNopember. Bulan April sampai Oktober bertiup angin Timur Tenggara.
Angin kencang bertiup pada bulan Januari dan Pebruari diikuti dengan hujan deras dan laut yang bergelora DKP MTB, 2007. Data klimatologi rata – rata bulanan
selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Rangkuman data klimatologi tahunan Kabupeten MTB
Tahun Suhu Udara
C Curah Hujan
P. Matahar
i Tek.
Udara milibar
Kelemb aban
Kec. Angin
knot Rata -
rata Max
Min Jumlah
mm Hari
Hujan Januari
27.8 32.0
24.3 272
16 45
1 018.5 84.7
5 Februari
27.8 31.8
24.1 304
18 53
1 009.7 85.0
6 Maret
27.5 31.7
24.0 259
19 56
1 010.2 85.5
4 April
27.4 31.1
24.0 234
21 58
1 011.1 83.6
4 Mei
27.3 30.4
24.0 326
16 67
1 012.4 80.0
7 Juni
26.4 29.0
23.5 212
21 54
1 012.9 80.8
8 Juli
25.9 28.8
22.9 52
11 71
1 014.0 77.4
8 Agustus
25.8 29.0
22.6 36
7 84
1 014.4 77.1
8 September
26.4 30.0
23.0 3.3
1 93
1 013.9 78.4
7 Oktober
27.6 31.5
23.7 26
4 91
1 012.4 78.0
5 November
28.5 33.0
24.3 57
8 79
1 010 6 78.6
4 Desember
28.2 32.6
24.3 200
17 54
1 009.7 82.1
4
Sumber: BMG stasiun Meteorologi Saumlaki 2009
4.2.2 Geomorfologi dan Geologi Lingkungan Pesisir Morfologi daratan pulau Matakus
. Bentuk lahannya terdiri dari dua kelas, yakni dataran dan berbukit dengan kelas lereng datar 0 – 3 dan
landaiberombak 3 – 8. Bentuk lahan dataran umumnya terdapat di daerah pesisir patai dengan vegetasi yang dominan adalah kelapa, sedangkan bentuk
49 lahan berbukit terdapat memanjang di tengah pulau dan memiliki tanah yang
subur sebagai tempat masyarakat untuk berkebun. Secara geologis, pulau Matakus memiliki morfologi pulau dataran dan tergolong sebagai pulau karang coral
yang memiliki topografi landai atau daerah rendah dengan ketinggian 0 – 100 m.
Proses Geomorfologi dan Bentuk lahan pesisir. Tenaga geomorfik yang
berperan terhadap perubahan geomorfologi sepanjang pesisir Pulau Matakus adalah tenaga marin yakni gelombang, pasang surut dan arus. Proses
geomorfologi di kawasan ini meliputi proses destruksional pelapukan sepanjang garis pantai dan erosi pantai, dan proses kontruksional pergerakan sedimen dan
deposisi sedimen. Proses deposisi terjadi pada bagian utara pulau depan desa yang ditandai dengan makin jauhnya pantai berpasir jika dibandingkan dengan 10
tahun yang lalu sedangkan pada bagian timur dan selatan, proses dekstruksi lebih dominan. Secara keseluruhan satuan bentuk lahan hasil proses tersebut adalah
gisik merupakan pantai tipe deposisional, rataan pasut bervegetasi mangrove di ujung pulau bagian selatan, rataan terumbu karang di bagian timur dan barat,
rataan pengikisan gelombang platform dan tebing terjal cliff di bagian timur pulau DKP MTB, 2007.
Penggunaan Lahan Pulau . Penggunaan lahan daratan pesisir dan pantai di
Pulau Matakus meliputi hutan primer, hutan sekunder, semak dan alang-alang, belukar, ladangtegalan, kebun campuran, tanah kosong, dan pemukiman.
Penggunaan lahan perairan pesisir di Pulau Matakus meliputi pantai berpasir, pantai berbatu, pantai tebing terjal, pantai berteras, saaru, rataan pasut berpasir,
rataan pasut bervegetasi hutan mangrove, rataan terumbu karang, tepi terumbu, perairan penangkapan dan budidaya laut. Material pantai umumnya didominasi
oleh pasir putih halus dengan substrat dasar perairan berpasir di sisi barat dan karang di sisi timur dan selatan pulau.
Sumber Air Tanah
. Kondisi topografi dan geologi di Pulau Matakus mempengaruhi ketersediaan sumber air tanah. Bentuk pulau yang datar
menyebabkan ketersediaan sumber daya air di pulau ini sangat terbatas. Terdapat sekitar 3 sumber air tanah yang berjarak sekitar 200 – 1000 meter dari pemukiman
penduduk, namun hanya satu sumber air yang digunakan untuk memenuhi
50 kebutuhan sehari-hari. Kedalaman sumber air berkisar antara 3 – 6 meter dan
debit airnya kecil.
4.2.3 Kondisi Oseanografi Perairan Pesisir dan Laut Batimetri.
Secara umum, distribusi kedalaman perairan yang dangkal di Kecamatan Tanimbar Selatan menyebar pada perairan pantai timur, termasuk
Pulau Matakus di bagian selatan. Kelandaian perairan yang dihitung terhadap kontur kedalaman referensi 200 meter menunjukkan bahwa kelandaian perairan
pantai Pulau Matakus sebesar 3 DKP MTB, 2007. Kondisi batimetri perairan Pulau Matakus dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Peta batimetri perairan Pulau Matakus
Pasang Surut. Pasang surut di perairan Pulau Matakus memiliki tipe yang
sama dengan daerah lainnya di gugus Pulau Tanimbar yaitu digolongkan sebagai pasang campuran mirip harian ganda predominantly semi diurnal tide . Ciri
utama tipe pasang surut ini adalah terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dimana pasang pertama selalu lebih besar dari pasang kedua. Tunggang air tidal
range maksimum perairan ini umumnya berkisar antara 2 – 2.5 meter. Tunggang air yang demikian dapat menyebabkan bagian perairan yang lebih dangkal akan
muncul kepermukaan. Peristiwa “Meti Kei” yang terjadi selama bulan Oktober memberikan dampak kekeringan yang luar biasa pada daerah ini sehingga dapat
51
1.16 1.18
1.2 1.22
1.24 1.26
1.28
Jan Feb
M r t Aprl
M ei Juni
Jul i Agst s
Sept Okt
Nov Des
Bu l a n T
in g
g i
m
berakibat fatal bagi organisme termasuk terumbu karang yang tidak mampu beradaptasi dengan kondisi eksrim tersebut DKP MTB, 2007. Kondisi pasang
surut yang terjadi disekitar lokasi penelitian berdasarkan ramalam pasut tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Kondisi pasang surut pada tahun 2008
Kecerahan. Kecerahan perairan atau transparansi adalah kemampuan
perairan untuk meloloskan cahaya matahari ke dalam kolom air dan sangat bergantung dari kandungan padatan tersuspensi, sudut matahari dan jenis awan.
Berdasarkan hasil pengukuran ketika penelitian ini berlangsung, tingkat kecerahan perairan di kawasan Pulau Matakus berkisar antara 82 – 100, sehingga jarak
pandang terhadap objek yang ada di dalam kolom perairan cukup jauh dan jelas. Hal ini tentu saja sangat menguntungkan bagi wisatawan yang ingin melakukan
aktifitas wisata selam dan snorkeling karena pesona bawah laut kawasan Pulau Matakus dapat dilihat dengan jelas.
Arus. Arus atau perpindahan massa air di perairan kecamatan Tanimbar
Selatan termasuk perairan Pulau Matakus merupakan kombinasi arus angin dan arus pasang surut . Arus angin mendominasi bagian timur Pulau Matakus karena
berhadapan langsung dengan perairan terbuka, sedangkan arus pasang surut lebih dominan pada bagian barat karena perairannya merupakan bagian dari selat
Egron. Kecepatan arus angin pada bulan Oktober di perairan ini dominan bergerak dari arah timur dan timur laut dengan kecepatan berkisar antara 1 – 1.5 m.s
-1
menuju perairan sisi timur Pulau Yamdena termasuk perairan di semua kecamatan
52 yang ada di Gugus Pulau Tanimbar. Kecepatan arus pasang surut yang terekam
bervariasi antara 0.06 – 0.26 m.s
-1
dengan nilai kecepatan rata – rata 0.17 m.s
-1
. Kecepatan masimum terekam pada perairan Pulau Matakus yang terletak antara
outlet Teluk Saumlaki dan Adaut di pantai utara Pulau Selaru DKP MTB, 2007. Ketika penelitian ini berlangsung, kecepatan arus yang terekam di beberapa
stasiun penelitian di perairan Pulau Matakus berkisar antara 3.8 – 17.5 cmdet. Pola arus di sekitar lokasi penelitian pada musim timur dan barat dapat dilihat
pada Gambar 7 dan 8.
Gambar 7 Pola Arus pada musim timur Sumber: PKSPL IPB, 2009
Gambar 8 Pola arus pada musim barat Sumber: PKSPL IPB, 2009
P. M at akus
P. M at akus
53
Gelombang.
Energi angin sebagai pembangkit gelombang utama di laut pada musim timur diestimasi mampu menghasilkan tinggi gelombang signifikan
maksimum setinggi 4 meter dengan periode 7.8 detik di perairan Kabupaten MTB. Besarnya tinggi gelombang dan energi yang dihasilkan diasumsikan sama untuk
seluruh kawasan perairan yang terbuka di Gugus Pulau Tanimbar termasuk
perairan Pulau Matakus yang posisinya berhadapan dengan arah angin.
Gelombang yang datang di perairan ini dominan menggempur perairan pantai bagian timur pulau dengan energi gelombang yang tinggi karena memiliki daerah
dataran terumbu yang luas mengarah ke arah Laut Arafura. Pada musim timur, tinggi gelombang yang ekstrim dapat terjadi di bagian timur pulau yang
berbatasan langsung dengan laut arafura sedangkan pada musim barat gelombang yang ekstrim terjadi pada bagian barat pulau yang berhadapan langsung dengan
Selat Egeron. Dengan demikian, wisatawan yang ingin melakukan aktifitas wisata di
kawasan Pulau Matakus perlu memperhatikan kondisi gelombang maupun arus yang terjadi. Jika musim timur tiba, sebaiknya aktifitas wisata difokuskan pada
pantai dan perairan bagian barat pulau, begitupun sebaliknya jika musim barat tiba
aktifitas wisata diarahkan kebagian bagian timur dan utara pulau. Suhu dan Salinitas.
Suhu permukan laut di Kecamatan Tanimbar Selatan relatif rendah bervariasi antara 25.80 – 26.20°C dengan nilai rerata 26°C. Suhu
perairan rendah dijumpai pada perairan Pulau Matakus. Rendahnya suhu permukaan perairan di kecamatan ini berhubungan dengan proses air naik yang
terjadi serempak di Laut Banda dan Arafura pada bulan Juli – Agustus. Kadar salinitas permukaan perairan relatif tinggi yaitu sebesar 35 ppt dijumpai pada
perairan Pulau Matakus dan Pulau Asutubun. Salinitas yang tinggi berhubungan erat dengan massa air hasil taikan di Laut Banda dan Arafura yang dingin dan
berkadar salinitas tinggi DKP MTB, 2007.
Kualitas Perairan. Kualitas air laut di wilayah studi dapat dikatakan
normal. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kesadahan air laut atau pH untuk perairan laut di sekitar kecamatan Tanimbar Selatan relatif tinggi berkisar antara 7.81 –
8.44. Konsentrasi oksigen terlarut di lapisan permukaan perairan bekisar antara
54 11.0 – 14.01 mgl dengan konsentrasi maksimum dijumpai pada perairan pantai
Pulau Matakus. Untuk kandungan unsur hara, konsentrasi fosfat pada lapisan permukaan perairan cukup tinggi dimana nilai berkisar dari 0.83 – 0.90 mgl.
Kadar minimum fosfat dijumpai pada perairan pesisir Pulau Matakus. Konsentrasi nitrit di perairan Tanimbar Selatan cenderung tinggi bervariasi antara 0.006 –
0.007 mgl dengan konsentrasi yang cukup tinggi terdeteksi di pantai Pulau Matakus. Sama halnya dengan nitrit, konsentrasi nitrat di permukaan perairan
tinggi bervariasi antara 1.20 – 1.40 mgl dimana distribusi konsentrasi nitrat dengan konsentrasi minimum dijumpai pada perairan Pulau Matakus. Untuk
logam berat, konsentrasi Cr diperairan berkisar antara 0.02 – 0.03 mgl. Konsentrasi minimum unsur ini dijumpai pada perairan pesisir Pulau Matakus
sedangkan konsentrasi Cu di perairan Pulau Matakus adalah 0.53 mgl DKP MTB, 2007.
4.2.4 Kondisi Flora dan Fauna Penutupan Lahan.
Penutupan lahan pantai merupakan salah satu kriteria penting dalam menilai kesesuaian lokasi wisata. Di Pulau Matakus penutupan
lahan yang paling dominan adalah kelapa, semak belukar dan vegetasi lain yang dijumpai antara lain Kasuari Pantai, Waru Laut Hibiscus tiliaceus L, Katang-
katang ipomoea pes-caprea, Pandan Pandanus tectorius, Ketapang Terminalia catappa, Sesepi Sesuvium portulacastrum dan Pecut kuda
Stachytarpheta jamaicensis. Menurut DKP MTB 2007, terdapat empat jenis mangrove pada bagian selatan pulau yaitu Sonneratia alba, Rhyzophora
mucronata, Avicennia alba, Aegealitis annulata dengan persen penutupan Anakan 23.19, Sapihan 24.64 Pohon 52.17 dan substrat pada daerah ini adalah
pasir berlumpur.
Terumbu Karang.
Terumbu karang coral reef merupakan ekosistem yang khas di daerah tropis. Terumbu karang di Pulau Matakus merupakan bagian dari
segitiga karang dunia coral triangle, selain mempunyai produktivitas organik yang tinggi, ekosistem ini memiliki keanekaragaman biota yang berasosiasi
dengannya. Formasi terumbu karang di Pulau Matakus tergolong terumbu karang pantai fringing reef. Menurut DKP MTB 2007, kekayaan spesies karang pada
55 perairan pesisir Pulau Matakus adalah sebanyak 90 spesies. Jumlahnya lebih
rendah dibandingkan dengan komunitas terumbu karang di Teluk Saumlaki yang berjumlah 114 spesies, akan tetapi kondisi terumbu karang di Pulau Matakus
termasuk kategori baik good dengan persen penutupan sebesar 63.14. Sumbangan terbesar untuk penutupan karang batu di pulau ini berasal dari karang
Acropora. Kekayaan spesies, persen tutupan komponen penyusun terumbu karang perairan pesisir di Kecamatan Tanimbar Selatan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Kekayaan spesies jenis, persen tutupan karang batu dan komponen penyusun terumbu karang perairan pesisir Kecamatan Tanimbar
Selatan, Kabupaten MTB.
Lokasi Jmlh
Spesies Persen Tutupan Komponen
Karang Hidup
Acropora Non
Acropora Bentik
Lain Abiotik
P. Matakus 90
63.14 40.98
22.16 9.02
27.84 Teluk Saumlaki
114 64.61
23.02 41.59
3.28 30.72
P. Astubun 60
36.46 7.74
28.72 38.34
35.20
Sumber: DKP MTB 2007
Ikan Karang. Ikan karang merupakan sumberdaya hayati utama yang
hidupnya berasosiasi dan menghuni terumbu karang. Ikan karang umumnya dikelompokan atas tiga kelompok besar yaitu ikan target untuk konsumsi, ikan
indikator dan ikan mayor ikan hias. Di Pulau Matakus, ditemukan sebanyak 110 spesies ikan karang yang tergolong ke dalam 76 genera dan 26 famili.
Jumlah spesies ikan hias lebih tinggi dari jumlah spesies ikan konsumsi yaitu 61 spesies ikan hias dan 49 spesies ikan konsumsi. Kepadatan ikan karang
rata-rata di perairan pesisir Pulau Matakus sebesar 5.54 ind.m
2
dan merupakan kepadatan ikan karang tertinggi jika dibandingkan dengan lokasi lain di
Kecamatan Tanimbar Selatan seperti di Pulau Asutubun 3.89 ind.m
2
. Berdasarkan kriteria pemanfaatan, ternyata kepadatan ikan konsumsi di Pulau
Matakus lebih tinggi dari ikan hias DKP MTB, 2007. Komposisi dan kepadatan ikan karang di kecamatan Tanimbar Selatan dapat dilihat pada Gambar 8.
56
1 10
5.5 4 9 3
3 .8 9 11 4
4 .0 3 2 0
4 0 6 0
8 0 10 0
12 0
P. M atakus P. Asut ubun
W e luan Olilit
Jumlah Spesies Kepadatan
Gambar 9 Jumlah spesies dan kepadatan ind.m
2
ikan karang di perairan karang kecamatan Tanimbar Selatan
Lamun. Lamun merupakan tumbuhan berbunga angiospermae yang hidup
di perairan dangkal yang agak berpasir dengan cara terbenam di dalam substrat. Lamun sering dijumpai juga di terumbu karang. Di perairan Pulau Matakus,
lamun dijumpai di depan desa Matakus dan di sisi barat pulau. Dari hasil pengamatan, perkembangan lamun di perairan ini masih baik, hal ini didukung
oleh kondisi fisik kimia perairan yang cukup baik untuk menunjang keberadaannya. Di perairan ini dijumpai 4 spesies lamun dari 9 spesies yang
ditemukan pada gugus kepulauan Tanimbar yang diklasifikasikan dalam 3 genus dan 2 famili, dimana komposisi taksa keempat spesies tersebut dapat dilihat pada
Tabel 13. Tabel 13 Komposisi taksa lamun yang ditemukan pada perairan pesisir Pulau
Matakus
Devisi Kelas
Famili Genus
Spesies Anthophyta Angiospermae
Patamogetanacea Cymodocea
C. serrrulata C. rotundata
Halodule H. pinifolia
Hydrocharitaceae Enhalus
E. acoroides
Sumber: Data Primer 2009
Sumberdaya Bentik. Spesies makro fauna bentos yang terdapat di Pulau
Matakus terdiri dari dua filum yaitu Molusca dan Echinodermata yang bernilai dimana filum moluska yang memiliki nilai ekonomis penting terdiri dari tiga kelas
yaitu gastropoda jenis-jenis keong seperti Lambis lambis, Trochus niloticus;
57 bivalvia jenis-jenis kerang seperti Anadara antiquata, Anadara granosa,
Tridacna sp, Gafrarium tumidum, Pinctada maxima, Barbatia decussate; dan Chepalophoda cumi-cumi, sotong dan gurita sedangkan filum Echinodermata
terdiri dari beberapa jenis teripang ekonomis penting yaitu Holothuria scabra, Holothuria edulis dan Holothuria nobilis. Selain sumberdaya bentik, potensi
lainnya adalah jenis crusracea seperti udang karang Panulirus sp, rajungan Portunus spp dan kepiting bakau Scylla serrata. Jenis-jenis sumberdaya ini
merupakan jenis yang selalu ditangkap oleh masyarakat desa Matakus untuk konsumsi sehari-hari maupun untuk dipasarkan ke kota Saumlaki DKP MTB,
2007.
4.3 Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Sejarah Pulau Matakus.