111 6. Pengembangan sarana dan prasarana di kawasan Pulau Matakus seyogianya
memanfaatkan bahan baku lokal yang hemat energy dan ramah lingkungan serta tidak merubah topografi lahan dan lingkungan pantai dengan tidak
mendirikan bangunan yang asing dan bertentangan dengan budaya setempat. Fasilitas yang dibangun disesuikan dengan model lokal.
5.6.2 Aspek Ekonomi
Arahan pengelolaan pada aspek ekonomi ditekankan pada upaya mengoptimalkan pemanfaatan potensi yang ada untuk memberikan sumbangan
yang positif bagi kesejahteraan masyarakat desa Matakus dan memberikan keuntungan bagi pelaku wisata lainnya. Menurut Damanik dan Weber 2006,
kualitas jasa dan layanan yang dihasilkan dalam pengembangan ekowisata harus terjamin sehingga wisatawan yang menggunakannya dapat memperoleh kepuasan
yang optimal dan kepuasan inilah yang merupakan komoditas yang akan ditukarkan dalam bentuk keuntungan bagi para pemangku kepentingan.
Pengembangan ekowisata di Pulau Matakus akan memberikan kontribusi ekonomi yang positif bagi daerah, selain itu masyarakat lokal juga harus
memperoleh keuntungan secara adil dari kegiatan ekowisata. Masyarakat yang bermukim di kawasan Pulau Matakus merupakan pemain kunci dalam
pengembangan ekowisata karena sesungguhnya merekalah yang menyediakan atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Sumberdaya ekowisata
seperti air, terumbu karang, ikan karang, pantai pasir putih dan lainnya yang dikonsumsi wisatawan berada di tangan masyarakat Matakus. Oleh sebab itu
pemanfaatan sumberdaya tersebut harus dapat memberikan manfaat optimal bagi mereka. Kusumastanto 2003 berpendapat bahwa berkembangnnya wisata dalam
suatu kawasan pesisir dan sekitarnya akan mampu memberikan multiplier effect terhadap ekonomi masyarakatnya.
Beberapa strategi penglolaan secara konkrit yang dapat dilakukan terkait dengan aspek ekonomi antara lain:
1. Meningkatan kepuasan wisata melalui peningkatan jasa dan layanan yang dihasilkan. Hal ini akan membuat terjadinya peningkatan belanja di kawasan
ekowisata Pulau Matakus. Wisatawan selain akan memberikan pengeluaran
112 ekstra bagi upaya pelestsrian lingkungan, juga pengeluaran yang lebih besar
untuk produk – produk lokal dan pemanfaatan jasa lokal. 2. Menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat Matakus. Hal ini karena
dengan adanya kegiatan ekowisata di kawasan ini dapat membuka peluang berusaha dan peluang kerja bagi masyarakat setempat, misalnya menjadi
pengusaha penginapan, homestay, warung, pedagang asongan, pemandu wisata atau penyedia fasilitas wisata lainnya. Peluang usaha tersebut dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat lainnya untuk bekerja sehingga dapat menambah pendapatan guna mencukupi kebutuhan rumah tangganya.
3. Meningkatkan ketrampilan
dan pengetahuan
masyarakat melalui
pengembangan program – program pelatihan usaha produktif yang bermanfaat serta pendidikan yang relevan seperti pelatihan membuat
kerajinan tangan cindera mata, misalnya tenunan atau makanan khas Matakus, kegiatan kursus bagi pemandu wisata atau sejenisnya, pelatihan
kesenian lokal seperti tnabar yang dapat dijual sebagai salah satu atraksi ekowisata di kawasan ini.
4. Pemberian bantuan pinjaman lunak untuk membantu keterbatasan modal masyarakat. Hal ini dapat difasilitasi oleh pemerintah daerah MTB dengan
mempermudah akses pada bank – bank pemerintah atau lembaga keuangan resmi yang ada. Masyarakat Matakus perlu membentuk kelompok –
kelompok usaha sehingga pemberian pinjaman lebih efektif sekaligus mempermudah pertanggung jawaban penggunaanya kelak, juga agar lebih
mempermudah pemantauan pihak pemberi bantuan.
5.6.3 Aspek Sosial