Bandeng Presto TINJAUAN PUSTAKA 1. Deskripsi dan Karakteristik Kitosan

16 metode difusi agar dengan konsentrasi ekstrak 300 µgpaper disc memperlihatkan zona hambat terhadap pertumbuhan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Meskipun Solanum sp. memperlihatkan aktivitas antibakteri, namun zona hambat yang dihasilkan masih lebih rendah dibandingkan dengan kontrol yang menggunakan kloramfenikol Haswirna 2006.

2.7. Bandeng Presto

Jenis olahan bandeng presto atau bandeng duri lunak merupakan salah satu diversifikasi pengolahan hasil perikanan terutama sebagai modifikasi pemindangan yang mempunyai kelebihan yaitu tulang dan duri dari ekor hingga kepala menjadi lunak sehingga tidak menimbulkan gangguan pada mulut saat dimakan. Prinsip pengolahan bandeng presto adalah dengan menggunakan suhu tinggi 115-121 o C dengan tekanan 15 psi. Suhu dan tekanan yang tinggi dapat dicapai dengan menggunakan autoclave atau pressure cooker Hadiwiyoto dan Naruki 1999. Persyaratan mutu bandeng presto dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Persyaratan mutu bandeng presto berdasarkan SNI 01-4106-1996 Jenis Uji Satuan Persyaratan Mutu a Organoleptik 1. Nilai minimum 2. Kapang 7 tidak tampak b Cemaran Mikroorganisme 1. ALT, maksimum 2. Escherichia coli 3. Vibrio cholerae 4. Salmonella 5. Staphylococcus aureus Koagulasi positif, maksimum kolonig APMg per 25 g per 25 g kolonig 2 x 10 5 3 negatif negatif 100 c Cemaran Kimia 1. Timbal, maksimum 2. Tembaga, maksimum 3. Seng, maksimum 4. Timah, maksimum 5. Raksa, maksimum 6. Arsen, maksimum mgg mgg mgg mgg mgg mgg 2,0 20,0 100,0 40,0 0,5 1,0 d Kimia 1. Air, maksimum bobotbobot 60 e Fisika 1. Berat bersih sesuai label

3. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan sejak Desember 2006 sampai dengan Nopember 2007. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan di Lab. Bioteknologi Hasil Perairan, pembuatan bandeng presto dilakukan di Lab. Pengolahan Hasil Perikanan dan analisis TVB dan pH dilakukan di Lab. Mikrobiologi Hasil Perairan Dep. THP FPIK IPB. Analisis TBA, a w dan kadar air dilakukan di Laboratorium Biokimia PAU-Pangan dan Gizi IPB.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: 1. Kitosan diproduksi oleh PT Araminta Sidhakarya menggunakan teknologi dari Dep. THP FPIK IPB. Stok larutan dibuat 3, dimana sebanyak 9 g kitosan dilarutkan dalam akuades 300 ml yang telah ditambahkan asam asetat 2, lalu disaring untuk memisahkan partikel yang tidak terlarut. 2. Kalium sorbat dan natrium benzoat menggunakan bahan teknis yang umumnya dibeli pedagang makanan. Stok larutan yang dibuat adalah 2,5, dimana sebanyak 125 mg bahan dilarutkan dalam 5 ml akuades. 3. Ekstrak terung pungo Solanum sp. diperoleh dari Lab. Bioteknologi Hasil Perairan Dep. THP FPIK IPB. Stok bahan dibuat 0,1 dengan melarutkan 1 mg bahan dalam 1 ml metanol. 4. Media nutrient broth NB dibuat dengan melarutkan 10 g peptone, 5 g yeast extract dan 15 g NaCl dalam 1 liter akuades pH 7, kemudian disterilisasi pada suhu 121 C selama 15 menit. Media nutrient agar NA dibuat sama seperti NB dengan ditambahkan bacto agar 15 g. 5. Bakteri uji yang digunakan adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus diperoleh dari Lab. Bioteknologi Hasil Perairan Dep. THP FPIK IPB. 6. Ikan bandeng Chanos sp. segar dan bumbu-bumbu garam, kunyit, lengkuas dan bawang putih diperoleh dari pasar lokal dan proses pengolahan bandeng presto mengacu pada Hadiwiyoto dan Naruki 1999.