Implikasi Kebijakan GAMBARAN UMUM

pada bisnis properti, hal ini lebih disebabkan oleh karakteristik bisnis properti yang bersifat jangka panjang. Selain itu perekonomian Indonesia juga memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali stabil ketika terjadi guncangan terhadap bisnis properti. -.08 -.04 .00 .04 .08 .12 .16 .20 25 50 75 100 Response of _PE to Cholesky One S.D. LN_NKPP Innovation Sumber : Hasil Olahan Gambar 5.9. Respon PE terhadap Guncangan Variabel NKPP

5.2. Implikasi Kebijakan

Sejauh ini kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah mengenai sekor properti dapat dikatakan telah cukup baik. Terutama melihat dari hasil kerja keras pemerintah serta pihak-pihak terkait dalam mengupayakan pemulihan industri properti pasca krisis ekonomi. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pada saat krisis ekonomi tahun 19971998, sektor properti merupakan salah satu sektor yang terkena dampak paling besar. Bahkan beberapa kalangan memperkirakan bahwa industri properti akan memerlukan waktu yang lama untuk bisa bangkit kembali. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah salah satunya yaitu melalui restrukturisasi utang oleh BPPN Badan Penyehatan Perbankan Nasional pada tahun 2001. Restrukturisasi utang ini mampu membuat industri properti kembali tumbuh. Selain itu adanya kebijakan pemerintah dalam mensubsidi masyarakat berpenghasilan rendah menjadi pemicu semakin tumbuhnya bisnis properti. Adapun terkait dengan penelitian ini diantaranya melihat hasil uji VARVECM yang menunjukkan bahwa 3 dari 8 variabel yang digunakan dalam penelitian ini berpengaruh secara signifikan terhadap investasi bisnis properti. Nilai kapitalisasi proyek properti berpengaruh signifikan dalam meningkatkan perkembangan bisnis properti di Indonesia sehingga pemerintah diharapkan memberikan stimulus untuk meningkatkan nilai kapitaliasi proyek properti. Adapun kebijakan yang dapat dijadikan stimulus ataupun insentif dalam meningkatkan perkembangan bisnis properti diantaranya adalah kemudahan dalam pemberian izin bagi pengembang untuk melakukan pembangunan proyek properti, mempermudah pembiayaankredit di lingkungan perbankan bagi konsumen dan produsen, merangsang bertambahnya jumlah lembaga keuangan yang berpartisipasi dalam pembiayaan sektor properti, serta meningkatkan subsidi pemerintah khususnya bagi kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Namun demikian pembiayaan dari perbankan harus dilakukan dengan sangat hati-hati demi menghindari masalah kredit macet NPL yang dapat berdampak buruk bagi perekonomian. Berdasarkan analisis IRF guncangan terhadap NPL berpengaruh negatif terhadap nilai kapitalisasi proyek properti walaupun sempat direspon positif. Angka kredit macet yang besar tetap menjadi kekhawatiran bagi perbankan karena dapat mempengaruhi stabilitas perbankan. Begitu pula dengan pemberian izin bagi pengembang harus tetap memperhatikan tingkat penyerapanpermintaan properti di masyarakat. Jangan sampai pembangunan proyek properti melebihi pertumbuhan daya serap pasar. Jika hal ini terjadi maka akan terdapat kelebihan jumlah penawaran yang dapat merugikan banyak pihak, baik itu perbankan, pengembang ataupun pelaku bisnis properti lainnya. Selain itu jumlah penawaran yang berlebih dapat memicu penurunan harga properti. Laju inflasi berpengaruh signifikan dalam menurunkan nilai kapitalisasi proyek properti, maka diharapkan pemerintah dan otoritas moneter Bank Indonesia mampu menjaga stabilitas inflasi di Indonesia. Hal ini diantaranya dapat dilakukan dengan mengefektifkan pelaksanaan paket kebijakan Inflation Targetting Framework ITF. Hasil analisis IRF menunjukkan bahwa hampir sebagian besar guncangan yang terjadi pada variabel makro direspon negatif oleh bisnis properti baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa bisnis properti sangat rentan terhadap guncangan variabel makro. Oleh karena itu, pemerintah harus menjaga kestabilan ekonomi dan lebih berhati-hati dalam mengambil kebijakan untuk menghindari terjadinya gejolak ekonomi. Selain faktor ekonomi, kestabilan politik serta keamanan juga harus diwujudkan oleh pemerintah, karena keadaan yang aman dan stabil akan membuat pelaku usaha leluasa dalam mengembangkan usahanya.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Perkembangan industri properti di Indonesia saat ini nampaknya menunjukkan pertumbuhan yang cukup meyakinkan. Hal ini ditandai dengan maraknya pembangunan proyek-proyek properti seperti perumahan, apartemen, hotel, serta pusat-pusat perbelanjaan. Dapat dilihat saat ini promo mengenai produk-produk properti begitu gencar dan marak di berbagai media baik itu media massa ataupun media elektronik. Selain itu perkembangan tersebut dapat dilihat dari nilai kapitalisasi proyek properti yang meningkat secara signifikan sejalan dengan maraknya pembangunan di sektor properti. Terbukanya peluang bisnis properti secara otomatis memberi peluang bagi bisnis-bisnis pendukung seperti konsultan, pialang, agen-agen properti dan industri yang menopang bisnis properti ini seperti industri semen, cat, besi, kayu, beton, dan sebagainya. Oleh karena itu dari perspektif makroekonomi, industri properti memiliki cakupan usaha yang cukup luas, sehingga bergairahnya bisnis properti pada gilirannya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Oleh sebab itu, bisnis properti menjadi indikator penting bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perkembangan industri properti Indonesia saat ini tentunya tidak terlepas dari dukungan pembiayaan industri perbankan dalam bentuk kredit properti. Seperti yang kita ketahui bahwa sumber dari kredit properti berasal dari dana pihak ketiga yang bersifat jangka pendek. Sementara investasi properti lebih