Suku Bunga SBI Nilai Tukar

4.2.2. Laju Inflasi

Gambar 4.1 memperlihatkan perkembangan laju inflasi Indonesia pada kurun waktu 2001 sampai 2008, terlihat bahwa laju inflasi pada periode-periode tersebut relatif stabil. Stabilnya laju inflasi terutama disebabkan oleh kestabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Laju inflasi tahun 2003 tercatat 6,8 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2002 sebesar 11,9 persen. Ditinjau dari faktor yang mempengaruhinya, faktor ekternal yang mempengaruhi rendahnya laju inflasi yakni kecenderunan menurunnya harga-harga dunia yang tercermin dari terjadinya deflasi. Sedangkan dari sisi internal, penurunan inflasi dikarenakan oleh relatif stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dengan kecenderungan yang semakin menguat serta tidak adanya gangguan yang cukup berarti di sisi penawaran jasa dan barang dalam negeri Lenggu, 2006. Pada tahun 2005-2006 terjadi kenaikan laju inflasi, hal ini disebabkan terutama oleh kenaikan harga BBM yang diumumkan oleh pemerintah pada pertengahan tahun 2005. Kenaikan harga BBM ini sebagai dampak dari kenaikan harga minyak dunia dan besarnya defisit anggaran yang harus ditanggung oleh pemerintah. Kenaikan BBM pada akhirnya berdampak pada kenaikan harga di semua sektor terutama sektor transportasi.

4.2.3. Suku Bunga SBI

Sejalan dengan upaya menekan laju inflasi, suku bunga SBI pada tahun 2001 ditetapkan cukup tinggi yakni 16,6 persen jauh lebih tinggi dibandingkan suku bunga SBI pada tahun 2000 yaitu 1,53 persen. Pada tahun 2002, penguatan nilai tukar rupiah dan relatif rendahnya laju inflasi telah memberikan peluang penurunan suku bunga secara bertahap menjadi 14,95 persen. Penurunan suku bunga ini berlanjut hingga tahun 2004. Namun pada tahun 2005-2006 suku bunga SBI kembali mengalami peningkatan akibat tekanan inflasi serta melemahnya nilai tukar rupiah. Pada tahun 2007-2008 suku bunga SBI kembali mengalami penurunan seiring dengan menurunnya laju inflasi Indonesia. Perkembangan suku bunga SBI periode tahun 2001-2008 dapat dilihat pada Gambar 4.1. 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 pe s bi inflas i Sumber : Bank Indonesia, 2009 Gambar 4.1. Perkembangan Variabel Pertumbuhan Ekonomi, Suku Bunga SBI, dan Laju Inflasi

4.2.4. Nilai Tukar

Perkembangan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika menunjukkan kecenderungan menguat selama tahun 2002 dan 2003. Faktor utama yang mendorong menguatnya nilai tukar rupiah adalah aliran dana masuk dari luar negeri berupa divestasi aset-aset pemerintah dan pembelian obligasi dalam negeri oleh asing. Faktor lain yang mendukung penguatan rupiah adalah suku bunga riil dalam negeri yang lebih tinggi dibandingkan suku bunga luar negeri. Terjadi pelemahan nilai tukar pada tahun 2004-2005, dipicu oleh faktor internal dan eksternal. Di sisi internal, pelemahan rupiah tidak terlepas dari kondisi defisit neraca pembayaran yang semakin besar. Peningkatan defisit tersebut disebabkan antara lain oleh peningkatan permintaan valuta asing valas dometik guna memenuhi kebutuhan impor maupun pembayaran utang luar negeri yang belum dapat diimbangi oleh peningkatan pasokan valas dari hasil ekspor dan Foreign Direct Investment FDI. Di sisi eksternal, meningkatnya laju inflasi Amerika mendorong penguatan mata uang US dollar secara global. Pada tahun 2006 nilai tukar rupiah sedikit menguat namun tahun 2007 dan 2008 kembali mengalami pelemahan. Pergerakan nilai tukar rupiah di Indonesia periode tahun 2001-2008 dapat dilihat pada Gambar 4.2.

4.2.5. Indeks Harga Saham Gabungan IHSG