adalah aquades, resin strip ukuran 9 x 62 mm, HCl, NaHCO
3
, NaOH, dan H
2
SO
4
. Penetapan P dilakukan dengan metode kolorimetri pewarnaan. Pewarnaan P
dalam larutan menggunakan metode Murphy dan Rilley MR 1962. Bahan- bahan yang digunakan dalam metode Murphy dan Rilley adalah NH
4 6
Mo
7
O
24
ammonium molybdat, C
6
H
8
O
6
ascorbic acid, C
8
H
4
K
2
O
12
Sb.3H
2
O antimony pottashium tartrat dan H
2
SO
4
. Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan contoh tanah adalah
cangkul, karung, tali rafia, dan GPS. Alat-alat yang digunakan untuk analisis laboratorium adalah pipet 5 ml, 10 ml, 15 ml dan 20 ml, erlenmeyer, tabung
sentrifuge 50 ml, vacum pump, kertas saring milipore 0.45 µm, vunel porselen, gelas piala, gelas ukur, labu takar 50 ml dan 100 ml, alat ukur spectrophotometer,
timbangan, oven, lemari pendingin, autoclave, kertas saring, corong gelas dan pipet tetes.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif atau non eksperimental. Peneliti hanya melakukan analisis pada contoh tanah yang diambil tanpa
memberikan perlakuan dan menggambarkannya dalam bentuk data dan tulisan.
3.3.1. Pengambilan Contoh Tanah
Sebanyak 23 contoh tanah sawah diambil di Pulau Jawa Tabel 1. Contoh tanah tersebut diambil pada lapisan olah dengan kedalaman 0-20 cm yang
diambil secara komposit. Contoh tanah komposit kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label. Setiap contoh tanah sawah yang
diambil pada masing-masing lokasi dicatat titik koordinatnya.
Tabel 1. Lokasi Contoh Tanah Sawah yang Digunakan untuk Penetapan Distribusi Hara P pada Tanah Sawah Di Pulau Jawa
Provinsi Lokasi
Jenis Tanah Taksonomi Tanah, 2004 Jawa Barat
Karawang Inceptisols
Jatisari Inceptisols
Pamanukan Inceptisols
Indramayu Inceptisols
Palimanan Inceptisols
Cicalengka Inceptisols
Cikarawang Ultisols
Jawa Tengah Brebes
Inceptisols Suradadi
Inceptisols Batang
Ultisols Kendal
Inceptisols Demak
Vertisols Jekulo
Vertisols Borobudur
Inceptisols Kutoarjo
Inceptisols Karanganyar
Inceptisols Buntu
Inceptisols Jogjakarta
Vertisols Jawa Timur
Bojonegoro Vertisols
Tambak Rejo Vertisols
Nganjuk Vertisols
Jombang Inceptisols
Ponorogo Vertisols
3.3.2. Analisa Contoh Tanah
Contoh tanah yang telah diambil dikeringudarakan dalam ruangan berventilasi. Contoh tanah kemudian di tumbuk dan diayak menggunakan ayakan
yang berukuran 2 mm.
3.3.2.1. Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat tanah awal. Analisis pendahuluan yang dilakukan meliputi C-Organik yang diperoleh dengan
metode Walkey and Black, N-Total diperoleh dengan menggunakan metode
Kjehdahl, KTK dan Basa-basa yang dapat ditukar diperoleh dari hasil ekstraksi dengan 1 N NH
4
OAc pH 7, EC yang diukur dengan alat EC meter, dan pH H
2
O 1:1 yang diukur dengan alat pH meter.
3.3.2.2. Fraksionasi P
Diagram alir metode Fraksionasi P Hartono et al. 2006 disajikan pada
Gambar 2. Resin-P
inorganik
P
i
adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang sangat tersedia bagi tanaman. NaHCO
3
-P
i
, -P
organik
P
o
adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang berkorelasi kuat dengan serapan P oleh tanaman
dan mikroba dan terikat di permukaan mineral Mattingly 1975 atau bentuk presipitasi Ca-P dan Mg-P Olsen dan Sommers 1982. NaOH-P
i
, -P
o
adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai P yang terikat lebih kuat secara kemisorpsi
oleh Fe dan Al hidrous oksida. HCl-P
i
adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai Ca-P yang mempunyai kelarutan rendah Schmidt et al. 1996. Residual-P
adalah fraksi P yang diinterpretasikan sebagai “occluded” P dan P organik yang sangat sukar larut.
Tanah ditimbang kedalam tabung sentrifus 50 ml sebanyak 0.50 g. Kemudian ditambahkan 2 lembar resin strip yang telah dijenuhi dengan
bikarbonat lalu ditambahkan 30 ml aquades dan dikocok selama 16 jam. Resin yang telah dikocok dibersihkan dan tanah yang menempel pada resin
dikembalikan ke tabung sentrifuse kembali secara kuantitatif. Resin strip lalu dipindahkan kedalam tabung sentrifuse baru dan ditambahkankan 20 ml 0.50
mol L
-1
HCl, kocok selama 16 jam kemudian dilakukan penetapan Resin-P
i
.
Contoh tanah 0.5 g Tambahkan 2 strip resin yang telah dijenuhi bikarbonat dan
30 ml aquades kocok selama 16 jam. Tempatkan resin kedalam tabung sentrifus 50 ml dan tambahkan 20 ml 0,5 mol L
-1
HCl kocok 16 jam.
Hasil saringan Resin-P
inorganik
P
i
Tambahkan 30 ml 0.5 mol L
-1
NaHCO
3
kocok 16 jam
Ekstrak Bikarbonat P
total
P
t
Digest, NaHCO
3-
P
total
P
t
Endapkan bahan organik dengan asam
NaHCO
3
-P
i
NaHCO
3-
P
organik
P
o
= [NaHCO
3-
P
t
]-[ NaHCO
3-
P
i
]
Tambahkan 30 ml 0.1 mol L
-1
NaOH kocok 16 jam
Ekstrak NaOH P
total
P
t
Digest, NaOH- P
total
P
t
P
organik
P
o
=P
t
-P
i
: NaOH-P
o
Endapkan bahan organik dengan asam NaOH-P
i
NaOH-P
organik
P
o
= [NaOH
-
P
t
]-[ NaOH-P
i
]
Tambahkan 30 ml 1 mol L
-1
HCl kocok 16 jam
Ekstrak HCl-P
i
HCl-P
i
Gambar 2. Diagram Alir Percobaan Fraksionasi P Sampai dengan Penetapan HCl-P
i
.
Penetapan Resin-P
i
dilakukan dengan memipet hasil saringan sebanyak 10 ml kedalam labu takar 50 ml. Indikator nitrophenol ditambahkan sebanyak 5 tetes
ke dalam labu takar tersebut. pH adjustment dilakukan dengan menambahkan 4 mol L
-1
NaOH dan 2.50 mol L
-1
H
2
SO
4
. Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan MR sebanyak 8 ml kemudian ditera hingga 50 ml dengan
aquades dan diukur menggunakan spectrophotometer dengan panjang gelombang 712 λ.
Contoh tanah dalam tabung yang berisi air di sentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit kemudian air disaring dengan vacum pump, hasil
saringan yang berupa air tersebut dibuang. Contoh tanah dalam sentrifus kemudian ditambahkan 30 ml 0.50 mol L
-1
NaHCO
3
dan dikocok 16 jam. Kemudian tabung sentrifus di sentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 15
menit kemudian disaring. Hasil saringan digunakan untuk penetapan NaHCO
3
-P
i
dan NaHCO
3
-P
total.
Penetapan NaHCO
3
-P
i
dilakukan dengan memipet hasil saringan sebanyak 10 ml kedalam labu takar 50 ml. Bahan organik yang terlarut
diendapkan dengan menambahkan 1.60 ml 0.90 M H
2
SO
4
dan dimasukkan kedalam frizeer selama 30 menit kemudian di saring. Indikator nitrophenol
ditambahkan sebanyak 5 tetes ke dalam labu takar tersebut. pH adjustment dilakukan dengan menambahkan 4 mol L
-1
NaOH dan 2.50 mol L
-1
H
2
SO
4
. Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan MR sebanyak 8 ml kemudian ditera
hingga 50 ml dengan aquades dan diukur menggunakan spectrophotometer dengan panjang gelombang 712 λ.
Penetapan NaHCO
3
-P
total
dilakukan dengan memipet 5 ml hasil saringan kedalam erlenmeyer 250 ml. Larutan 0.90 mol L
-1
H
2
SO
4
sebanyak 10 ml dan 0.60 g ammonium peroxidisulfat ditambahkan ke dalam Erlenmeyer tersebut.
Erlenmeyer tersebut kemudian di autoklaf selama 30 menit. Larutan dipindahkan kedalam labu takar 50 ml dan ditambahkan indikator nitrophenol sebanyak 5 tetes
kemudian dilakukan pH adjustment dengan 4 mol L
-1
NaOH 2.50 mol L
-1
H
2
SO
4
. Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan MR sebanyak 8 ml kemudian ditera
hingga 50 ml dengan aquades dan diukur menggunakan spectrophotometer
dengan panjang gelombang 712 λ. NaHCO
3
-P
o
adalah selisih NaHCO
3
-P
t
dengan NaHCO
3
-P
i
. Contoh tanah dalam tabung ditambahkan 30 ml 0.10 mol L
-1
NaOH dan dikocok selama 16 jam. Setelah dikocok tanah di sentrifus dengan kecepatan 3500
rpm selama 15 menit dan ekstrak NaOH disaring. Hasil saringan digunakan untuk penetapan NaOH-P
i
dan NaOH-P
total.
Penetapan NaOH-P
i
dilakukan dengan memipet hasil saringan sebanyak 10 ml kedalam labu takar 50 ml. Bahan organik
yang terlarut diendapkan dengan menambahkan 1.60 ml 0.90 M H
2
SO
4
dan dimasukkan kedalam frizeer selama 30 menit dan di saring. Indikator nitrophenol
ditambahkan sebanyak 5 tetes ke dalam labu takar tersebut. pH adjustment dilakukan dengan menambahkan 4 mol L
-1
NaOH dan 2.50 mol L
-1
H
2
SO
4
. Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan MR sebanyak 8 ml kemudian ditera
hingga 50 ml dengan aquades dan diukur menggunakan spectrophotometer dengan panjang gelombang 712 λ.
Penetapan NaOH-P
total
dilakukan dengan memipet 5 ml hasil saringan kedalam erlenmeyer 250 ml. Larutan 0.90 mol L
-1
H
2
SO
4
sebanyak 10 ml dan 0.60 g ammonium peroxidisulfat ditambahkan ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer
tersebut kemudian di autoklaf selama 30 menit. Setelah diautoklaf larutan dipindahkan kedalam labu takar 50 ml, ditambahkan indikator nitrophenol
sebanyak 5 tetes kemudian dilakukan pH adjustment dengan 4 mol L
-1
NaOH dan 2.50 mol L
-1
H
2
SO
4
. Kemudian Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan MR sebanyak 8 ml kemudian ditera hingga 50 ml dengan aquades dan diukur
menggunakan spectrophotometer dengan panjang gelombang 712 λ. NaOH-P
o
adalah selisih NaOH-P
t
dengan NaOH-P
i
. Contoh tanah dalam tabung ditambahkan dengan 30 ml 1 mol L
-1
HCl dan dikocok selama 16 jam kemudian di sentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama
15 menit dan ekstrak HCl disaring. Hasil saringan digunakan untuk penetapan HCl-P
i.
Penetapan HCl-P
i
dilakukan dengan memipet hasil saringan sebanyak 10 ml kedalam labu takar 50 ml. Indikator nitrophenol ditambahkan sebanyak 5 tetes
ke dalam labu takar tersebut. pH adjustment dilakukan dengan menambahkan 4 mol L
-1
NaOH dan 2.50 mol L
-1
H
2
SO
4
. Pewarnaan dilakukan dengan
menambahkan MR sebanyak 8 ml kemudian ditera hingga 50 ml dengan aquades dan diukur menggun
akan spectrophotometer dengan panjang gelombang 712 λ. Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah menghitung Residual-P.
Residual-P adalah selisih P
total
metode pengabuan basah dengan fraksi Resin-P
i
, NaHCO
3
-P
i
, -P
o
, NaOH-P
i
, -P
o
dan HCl-P
i
. 3.3.2.3. P
total
Penetapan P
total
dilakukan dengan menggunakan campuran larutan asam nitrat pekat dengan asam perklorat pekat dengan perbandingan 2:1. Tanah
ditimbang sebanyak 0.5 g ke dalam tabung destruksi ditambahkan 10 ml campuran larutan nitrat perklorat. Diamkan selama satu malam dalam tabung
destruksi. Setelah itu didestruksi dengan digester hingga tanah berwarna putih. Tambahkan aquades dan disaring di labu takar 100 ml lalu ditera dengan aquades
hingga tanda tera.
3.3.3. Pengolahan Data dan Penentuan Distribusi Hara P pada Tanah Sawah
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel untuk perhitungan distrubusi fraksi P pada tanah sawah. Data yang telah diolah
menghasilkan nilai Resin-P
i
mg kg
-1
, NaHCO
3
-P
i
mg kg
-1
, -P
o
mg kg
-1
, NaOH-P
i
mg kg
-1
, -P
o
mg kg
-1
dan HCl-P
i
mg kg
-1
serta dihasilkan nilai P
total
mg kg
-1
dengan metode pengabuan basah. Analisis sidik ragam dilakukan untuk mengetahui perbedaan nilai fraksi P pada setiap lokasi dan jenis tanah. Lokasi
dibagi menjadi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan mempertimbangkan aspek iklim yang berbeda pada ketiga lokasi tersebut.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Pendahuluan
Hasil analisis pendahuluan disajikan pada Tabel 2. Status sifat kimia tanah dinilai berdasarkan kriteria penilaian Balai Penelitian Tanah 2009 yang disajikan
pada Tabel Lampiran 2. Provinsi Jawa Barat memiliki kisaran pH tanah antara 5.40 hingga 7.30.
pH terbesar berada di Palimanan sebesar 7.30 dan terkecil berada di Karawang dan Cicalengka dengan nilai pH 5.40. Provinsi Jawa Barat memiliki rata-rata pH
sebesar 6.20 agak masam. N
total
pada provinsi ini berkisar antara 0.10 hingga 0.30. N
total
terbesar berada di Pamanukan dan Cicalengka yaitu sebesar 0.30 dan terkecil berada di Palimanan sebesar 0.10. Rata-rata N
total
pada provinsi ini termasuk rendah yaitu sebesar 0.20. Ca
dd
pada provinsi Jawa Barat berkisar antara 7.70 hingga 20.0 cmol
+
kg
-1
. Ca
dd
terbesar berada di Pamanukan sebesar 20.0 cmol
+
kg
-1
dan terkecil berada di Cicalengka sebesar 7.70 cmol
+
kg
-1
. Rata- rata Ca
dd
pada provinsi ini tergolong tinggi yaitu sebesar 16.0 cmol
+
kg
-1
. KTK pada provinsi Jawa Barat berkisar antara 21.0 hingga 40.0 cmol
+
kg
-1
. KTK terbesar berada di Pamanukan sebesar 40.0 cmol
+
kg
-1
dan terkecil di Cikarawang sebesar 21.0 cmol
+
kg
-1
. Rata-rata KTK provinsi ini tergolong tinggi yaitu sebesar 32.2 cmol
+
kg
-1
. Provinsi Jawa Tengah memiliki kisaran pH tanah antara 5.40 hingga 8.30.
pH terbesar berada di Demak sebesar 8.30 dan terkecil berada di Batang dengan nilai pH 5.40. Provinsi Jawa Tengah memiliki rata-rata pH sebesar 6.80 netral.
N
total
pada provinsi ini berkisar antara 0.10 hingga 0.30. N
total
terbesar berada di Batang dan Buntu yaitu sebesar 0.30 dan terkecil berada di Brebes, Jekulo dan
Jogjakarta sebesar 0.10. Rata-rata N
total
pada provinsi ini termasuk rendah yaitu sebesar 0.20. Ca
dd
pada provinsi Jawa Tengah berkisar antara 6.60 hingga 41.0 cmol
+
kg
-1
. Ca
dd
terbesar berada di Demak sebesar 41.0 cmol
+
kg
-1
dan terkecil berada di Batang sebesar 6.60 cmol
+
kg
-1
. Rata-rata Ca
dd
pada provinsi ini tergolong sangat tinggi yaitu sebesar 21.2 cmol
+
kg
-1
. KTK pada provinsi Jawa