10 Hexan merupakan senyawa yang mengandung 98 sampai dengan
100,5 C
13
H
6
Cl
6
O
2
, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Berwarna putih agak cokelat dan agak berbau fenol. Tidak larut dalam air, namun mudah
larut dalam aseton, etanol, kloroform, eter, dan larutan encer alkali hidroksida tertentu Depkes 1995.
Etil asetat merupakan cairan tidak berwarna dengan bau khas, rasa aneh, seperti aseton dan membakar. Etil asetat didapat secara destilasi lambat campuran
etil alkohol, asam asetat dan asam sulfat. Berdasarkan kelarutannya, etil asetat dapat larut dalam eter, alkohol, minyak lemak, dan minyak atsiri Depkes 1995.
Fraksinasi adalah prosedur pemisahan yang bertujuan memisahkan golongan utama kandungan yang satu dari golongan utama yang lain. Pemisahan
jumlah dan jenisnya senyawa menjadi fraksi yang berbeda tergantung pada jenis tumbuhan. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan masuk ke pelarut polar,
begitu pula senyawa yang bersifat nonpolar akan masuk ke pelarut nonpolar Harborne 1987.
2.5. Biologi Tikus Putih
Sistem taksonomi tikus diklasifikasikan ke dalam kingdom Animalia, filum Chordata, subfilum Vertebrata, kelas Mamalia, ordo Rodentia, subordo
Myomorpha, family Muridae, subfamily Murinae, dengan genus Rattus, dan digolongkan ke dalam spesies Rattus norvegicus Myers et al. 2008
Tikus putih Rattus norvegicus merupakan salah satu hewan percobaan atau hewan laboratorium yang sering digunakan dalam riset medis. Keuntungan
utamanya adalah ketenangan dan kemudahan penanganannya. Tikus putih merupakan rodensia yang mudah dipelihara, praktis juga dapat berkembang biak
dengan cepat, sehingga dapat diperoleh keturunan dalam jumlah yang banyak dalam waktu singkat serta anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan
baik. Di Indonesia hewan percobaan ini sering dinamakan tikus besar, sedangkan hewan percobaan lain yang lebih kecil, Mus musculus dinamakan mencit Smith
Mangkoewidjojo 1988.
11
Gambar 2 Tikus putih Rattus norvegicus galur Sprague Dawley
.
Jika dibandingkan dengan tikus liar, tikus laboratorium lebih cepat menjadi dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman, umumnya lebih
mudah berkembang biak, dan lebih ringan dibandingkan berat badan tikus liar. Jika tikus liar dapat hidup selama selama 4 sampai dengan 5 tahun, tikus
laboratorium jarang hidup lebih dari 3 tahun Smith Mangkoewidjojo 1988. Ada dua sifat yang membedakan tikus dari hewan percobaan lainnya, yaitu
bahwa tikus tidak mudah muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung, dan tikus tidak mempunyai kantung
empedu Bivin et al. 1979. Data biologi dan fisiologis untuk volume darah normal tikus putih berkisar
antara 57-70 mlkg; sel darah merah berkisar antara 7,2-9,6 x 10
6
mm
3
; sel darah putih berkisar antara 5-13 x 10
3
mm
3
; netrofil tikus putih berkisar antara 9-34; limfosit berkisar antara 63-84; monosit berkisar antara 0-5; eosinofil berkisar
antara 0-6; nilai kadar PCV berkisar antara 45-47; sedangkan nilai kadar Hb berkisar antara 15-16 g100 ml Smith Mangkoewidjojo 1988.
2.6. Gambaran Darah Tikus Putih