21 Pencampuran dan pengocokan dilakukan berulang hingga didapat larutan dengan
pelarut etil asetat yang jernih. Larutan kemudian dipisah dan ditempatkan pada gelas erlenmeyer yang berbeda. Kedua filtrat kemudian dievaporasikan sehingga
didapat fraksi etil asetat F-EtOAc dan fraksi air F-H
2
O dalam bentuk ekstrak kental. Pencampuran fraksi ekstrak daun katuk disajikan pada Gambar 4.
- EtOH, 13 L - Evaporasi
- Hexan, 500 mL - EtOH,500 mL
- Evaporasi - Evaporasi
- Etil asetat, 500 mL - Aquadest, 500 mL - Evaporasi - Evaporasi
Gambar 4 Prosedur fraksinasi ekstrak daun katuk.
3.4.2. Pembuatan Bubuk Ekstrak dan Fraksi Daun Katuk
Ekstrak kental yang diperoleh dari ekstraksi dan fraksinasi dibuat menjadi bentuk bubuk menurut prosedur Suprayogi et al. 2009. Pembuatan bubuk
ekstrak dan fraksi dilakukan dengan menambahkan tepung pada masing-masing ekstrak dan fraksi sehingga diperoleh persentase bahan bubuk E-Eto 25, F-H
13, F-H
2
O 25, dan F-EtOAc 25. Pembuatan bubuk ini diperlukan untuk mempermudah pembuatan pakan.
Daun Katuk Kering Giling
Ekstrak Etanol Daun Katuk
Fraksi Hexan Fraksi Etanol
Fraksi Etil asetat Fraksi Air
22
3.4.3. Pembuatan Pakan
Pakan yang diberikan berbentuk pelet yang dibuat secara manual dengan bahan utama terdiri atas tepung jagung, tepung ikan, bungkil kedelai, premiks,
garam, CaCO
3
, minyak kelapa dan terigu. Hasil pencampuran bahan-bahan utama ini merupakan pakan kontrol. Untuk pakan perlakuan, bahan utama ini
ditambahkan dengan bubuk ekstrak dan fraksi yang telah disiapkan sebelumnya yaitu fraksi hexan, air, etil asetat, dan ekstrak etanol. Penambahan dan
pencampuran ekstrak dan fraksi pada daun katuk dilakukan untuk mendapatkan pakan yang mengandung E-Eto 4,53, F-H 0,87, F-H
2
O 3,22, dan F-EtOAc 0,45. Pembuatan prosedur baku ekstrak dan fraksi ini disesuaikan dengan
proporsi fraksinasi dari fraksi-fraksi tersebut terhadap ekstrak kasarnya. Komposisi nutrisi pakan yang meliputi konsentrasi daun katuk, protein kasar,
lemak kasar, dan energi yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Komposisi Nutrisi Pakan
Kelompok Konsentrasi Daun
Katuk Protein
Kasar Lemak Kasar
Energi Kal100 g
Kontrol 20,01
6,55 3499
E-EtOH 4,53 20,06 6,54 3497
F-H 0,87 20,03
6,55 3498
F-H
2
O 3,22 20,04 6,54
3498 F-EtOAc 0,45
20,02 6,55 3499
Sumber: Suprayogi et al. 2009
3.4.4. Pelaksanaan Penelitian
Tikus yang digunakan sebanyak 15 ekor yang dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok K, F-H, E-Eto, F-EtOAc, dan F-H
2
O. Tikus diberikan pakan perlakuan sejak kebuntingan hari pertama tikus bunting selama ± 21 hari
hingga hari ke-10 laktasi. Berdasarkan penghitungan penelitian serupa yang dilakukan Suprayogi et al. 2009, diketahui rataan dosis ekstrak dan fraksi yang
dikonsumsi oleh tikus pada setiap perlakuan adalah F-H sebanyak 57,5 mghariekor, E-Eto sebanyak 297,5 mghariekor, F-EtOAc sebanyak 40
mghariekor, dan F-H
2
O sebanyak 209 mghariekor. Pengamatan dilakukan
23 sampai hari ke-10 laktasi, mengingat peningkatan produksi air susu tikus
mencapai puncak antara hari ke 7 sampai hari ke 14 Knight Peaker 1982.
3.4.5. Pengamatan Pengaruh Ekstrak Dan Fraksi Daun Katuk Terhadap Gambaran Darah Tikus