c. Apakah pasien menggunakan tangannya sebagai bentuk komunikasi non verbal?
3. Cognitive impairments
Perawat harus memahami kerusakan yang dapat melemahkan fungsi kognitif pasien. Semisal, seorang perawat sedang dihadapkan dengan seorang pasien
yang menderita tumor otak, dimana penyakit tersebut bisa mempengaruhi kemampuan dalam hal memahami. Untuk itu, perawat harus memahami
beberapa hal berikut : a. Apakah pasien memberikan respons saat diajukan pertanyaan, baik secara
verbal maupun nonverbal? b. Apakah pasien bisa mengungkapkan kata atau kalimat secara tepat dan benar?
c. Apakah pasien mampu mengingat dengan baik dan benar?
4. Structural deficits
Perawat harus memperhatikan mengenai kondisi organ pasien, seperti ada atau tidaknya gangguan pada struktur tubuh pasien, utamanya yang berhubungan
dengan tempat keluarnya suara, semisal wilayah hidung atau bibir. Tentunya, hal ini akan berpengaruh dalam hal komunikasi.
5. Paralysis
Gangguan ini berkenaan dengan kelemahan saraf. Untuk itu, perawat harus memperhatikan kemampuan nonverbal yang dimiliki oleh pasien, yang dapat
ditunjukkan melalui pemberian informasi.
Tentunya, beberapa hambatan yang sudah disebutkan harus jadi pegangan bagi seorang perawat dalam rangka pengumpulan data.
B. Tahap perumusan diagnosis
Perumusan diagnosis merupakan tindak lanjut dari tahap pengkajian atau pengumpulan data. Penentuan diagnosis tanpa mengkomunikasikannya dengan
pasien bisa mengakibatkan kesalahan. Sesungguhnya, perumusan diagnosis keperawatan adalah hasil dari penilaian yang dilakukan oleh perawat dengan
melibatkan pasien, keluarga pasien, atau orang terdekat dan berpengaruh bagi pasien. Sederhananya, perawat yang komunikatif serta sikap pasien yang kooperatif
merupakan faktor yang cukup vital dalam penetapan diagnosis.
C. Tahap perencanaan
4
Dalam mengembangkan rencana tindakan keperawatan peran interaksi sekaligus komunikasi dengan pasien sangatlah penting. Pada tahap perencanaan,
perawat dituntut untuk memilih prioritas masalah yang harus diselesaikan,
merumuskan tujuan, serta menentukan kriteria hasil yang hendak dicapai. Dalam menentukan tujuan serta intervensi yang akan di ambil terhadap
pasien, perawat harus memperhatikan hal berikut: 1. Gangguan fisik atau anatomis. Gangguan ini relatif lebih mudah untuk ditangani
2. Perbedaan budaya. Perbedaan budaya relatif lebih sulit untuk ditangani dan membutuhkan waktu yang lama.
D. Tahap realisasi
Tahap realisasi merupakan implementasi dari tahap perencanaan. Tahap ini lebih menekankan pada kevakapan dan keterampilan yang dimiliki oleh perawat
dalam berkomunikasi dengan pasien. Umumnya, dalam konteks ini terdapat dua aktivitas yang bisa dilakukan oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien,
yaitu: 1. Mendekati pasien guna memenuhi kebutuhan fisik pasien.
2. Saat pasien mengalami masalah psikiologis Adapun beberapa tindakan yang bisa dijadikan sebbagai pijakan oleh
perawat dalam melakukan komunikasi dengan pasien saat menghampiri antara lain:
a. Pancarkan raut muka kejujuran. Hal itu akan berguna dalam menciptakan suasana yang hangat serta penuh rasa saling mempercayai diantara pasien dan
perawat. b. Lakukan kontak mata dengan pasien secara baik guna menunjukan kesungguhan
dan dan perhatian. c. Fokus kepada pasien. Hal tersebut dilskuksn supaya komunikasi bisa berjalan
secara terarah serta bisa mencapai tujuan yang diinginkan. d. Mempertahankan postur terbuka. Tujuan melakukan hal ini adalah untuk
menumbuhkan keberanian sekaligus kepercayaan diri pasien guna mengikuti tindakan keperawatan yang dilaksanakan.
e. Jadilah pendengar yang baik, yaitu dengan mendengarkan secara sungguh- sungguh sekaligus mengeksplorasi perasaan pasien. Tujuan hal ini adalah untuk
5
menunjukan rasa perahtian serta meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawat.
f. Ciptakan suasana rileks dan hindari kondisi yang tegang saat bersama pasien. Catatan, perawat jangan terlalu santai karena bisa merusak hubungan dengan
pasien.
Pada dasarnya, kecakapan dan keterampilan dalam membangun komunikasi tidak hanya terletak pada komunikasi verbal atau kecakapan dalam menyusun
kalimat yang nyaman guna didengarkan oleh pasien. Berikut adalah beberapa arahan yang disampaikan oleh beberapa pakar komunikasi kesehatan dalam
membangun komunikasi yang baik dengan pasien: 1. Saat sedang duduk di dekat pasien, pastikan menghadap kepadanya. Hal itu
bertujuan guna menunjukan bahwa keberadaan perawat sepenuhnya siap mendengarkan apa yang hendak dikatakan oleh pasien
2. Hindari postur tertutup, dikarenakan bisa menghambat pasien dalam menyampaikan perasaannya. Pastikan untuk menunjukan postur terbuka guna
menunjukan bahwa seorang perawat terbuka dengan semua hal yang hendak diutarakan oleh pasien.
3. Pastikan postur untuk condong ke arah pasien. Tujuannya adalah menunjukan bahwa seorang perawat terlibat dan tertarik dengan komunikasi yang sedang
berlangsung dengan pasien. 4. Pastikan untuk mempertahankan kontak mata, yang merupakan salah cara
efektif dalam menunjukan keterlibatan seorang perawat sekaligus kesediaannya dalam mendengarkan pasien.
5. Ciptakan kondisi yang rileks guna membangun suasana yang hangat, nyaman, serta dengan nuansa keharmonisan
E. Tahap Evaluasi