Citangkalak, Cikabayan, Cikatomas dan Legok Pusar yang airnya mengalir sepanjang tahun.
Sub DAS Cipeureu merupakan sub DAS ordo-2, terdiri dari 2 sub-sub DAS ordo-1 yaitu Cipeureu I dan Cipeureu II. Sungai Cipeureu termasuk
sungai perenial yang mengalir sepanjang tahun. Sedangkan Sub DAS Cibadak termasuk sub DAS ordo-1 yang merupakan cabang
sungai Ciheulang.
4.4 Topografi Lapangan
Sub DAS Cipeureu terletak di lereng selatan Gunung Walat, dengan kondisi lapangan yang miring dari utara ke selatan dan bergelombang dari barat ke timur.
Kemiringan lerengnya berkisar dari datar sampai curam. Secara geografis areal tersebut berada di ketinggian 500-661 meter di atas permukaan laut.
Sub DAS Cibadak terletak di lereng Utara Gunung Walat, dengan kondisi lapangan yang miring dari selatan ke utara
dan bergelombang dari barat ke timur. Sub DAS Cibadak bertopografi datar sampai curam, berada di ketinggian 555-658
meter di atas permukaan laut. Penyebaran kelas kemiringan lahan di Sub DAS Cipeureu dan di Sub DAS Cibadak disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9 Penyebaran luas areal Sub DAS Cipeureu HPGW dan Sub DAS Cibadak berdasarkan kelas kemiringan lahan
No Kelas Kemiringan
Sub DAS Cipeureu Sub DAS Cibadak
Luas LS
Luas LS
ha ha
1 Datar 0- 5
5,72 31,8
0,25 0,07
1,3 0,25
2 Landai 5-15
2,87 16,0
1,2 0,84
15,9 1,2
3 Sedang 15-35
8,32 46, 3
4,25 4,01
76,0 4,25
4 Curam 35-50
1,06 5,9
9,5 0,36
6,8 9,5
5 Sangat Curam 50
12 12
Total 17,97
100 5,28
100 Sumber: Hardjowigeno dan Sukmana 1995
Hasil analisis digitasi
4.5 Jenis Tanah dan Geologi
Menurut peta geologi lembar Bogor, Gunung Walat dan sekitarnya dibangun oleh batuan sedimen tersier bawah oligosen yang terdiri dari batu pasir
kwarsa berlapisan silang konglomerat bermassa dasar kuarsa, lempung karbonan, lignin dan lapisan arang tipis. Formasi ini mempunyai ketebalan antara 100 m
sampai 1373 m. Dalam formasi ini tidak ditemukan fosil-fosil marin, tetapi dijumpai sisa-sisa tanaman. Formasi napal batu asih menutupi batu pasir kuarsa
secara selaras, di beberapa tempat daerah ini ditemukan banyak fosil globigerina oligosin Effendi 1974 dalam Manan, dkk1991.
4.5.1 Tanah Sub DAS Cipeureu
Hasil analisa mineralogi tanah oleh Manan, dkk 1991 menunjukkan bahwa susunan mineral pasir total didominasi oleh kuarsa penuh, diikuti adanya sanidin.
Hal ini menunjukkan bahwa bahan induk tanah di Sub DAS Cipeureu berasal dari batuan sedimen tua tersier bersifat masam. Cadangan mineral umumnya rendah,
kecuali di beberapa tempat, yang banyak dipengaruhi bahan-bahan volkan, yang diduga berasal dari Gunung Pangrango. Komplek liatnya didominasi oleh tipe liat
kaolinit, haulisit yang memiliki daya menahan hara dan air rendah. Jenis tanah yang terdapat di Sub DAS Cipeureu adalah tanah latosol dan tanah podsolik.
Latosol merupakan tanah yang tergolong cukup baik jika dilihat dari sudut kimia fisik yang berhubungan langsung dengan penggunaan praktis di lapangan.
Sifat gembur, struktur ramah dan tekstur liat dengan kadang-kadang berdebu atau berlempung merupakan cirri khas baiknya sifat fisik. Sifat kimia, pH H20 berkisar
antara 4,4 sampai 4,9; kapasitas tukar kation KTK berkisar antara 14,6 sampai 24,5 mendukung adanya pendominasian tipe liat 1:1. Rata-rata kejenuhan basa
pada lapisan olah tergolong sedang F=30; C-organik pada lapisan olah cukup yaitu rata-rata lebih dari 2,5; sedangkan rata-rata N-total di lapisan olah
tergolong sedang lebih dari 0,2. Permeabilitas tanah lapisan atas rata-rata 2,91 cmjam, sedangkan tanah sub.soil rata-rata permeabilitasnya adalah 2,01 cmjam.
Padanan nama tanah seperti ini dalam sistem taksonomi USDA 1975 adalah Tropohumult.
Tanah podsolik adalah yang paling luas penyebarannya di Indonesia. Perbedaan utama dengan latosol adalah kedalaman tanah podsolik ini umumnya 1
meter. Sifat morfologi tanah dari profil F2 sukar dibedakan dengan latosol, tetapi sifat kimia-fisiknya memiliki beberapa data yang mendukung podsolik. Sifat
tersebut diantaranya adalah permeabilitas yang lambat, yaitu untuk lapisan top soil sebesar 0,78 cmjam, sedangkan untuk lapisan sub soil sebesar 0,009 cmjam.
Pada horison A berkadar C-organik 2,5 dengan nilai nisbah C dan N lebih dari 12 CN=14,5sehingga khusus untuk profil F2 dalam klasifikasi Dudal
Soepraptohardjo 1957 tergolong Latosol-Podsolik.
4.5.2 Tanah Sub DAS Cibadak
Jenis tanah yang terdapat di Sub DAS Cibadak adalah tanah podsolik. Tanah podsodik dinilai yang paling dominan dan terdapat pada bagian tengah
kearah barat kecamatan Cibadak. Jenis tanah ini adalah tanah yang berasal dari bahan liat dengan solum dalam dan disertai dengan batas antar lapisan jelas Profil
Kecamatan Cibadak 2005.
4.6 Tutupan Lahan
Tutupan lahan Sub DAS Cipeureu terdiri dari : tegakan pinus Pinus merkusii, agathis Agathis lorantifolia, puspa Schima walichii, dan lahan
kosong. Sedangkan tutupan lahan Sub DAS Cibadak seluruhnya berupa lahan terbuka. Komposisi keadaan penutup tanah oleh tajuk pada Sub DAS Cipeureu
seperti tertera pada Tabel 10 di bawah ini: Tabel 10 Luas penutupan lahan Sub DAS Cipeureu berdasarkan kelas
kemiringan lahan
No Jenis Tutupan Lahan
Kelas Kemiringan Luas ha
0-5 5-15
15-35 35-50
1 Agathis + Puspa
- 0,57
0,44 0,14
1,15 2
Pinus 0,10
0,31 1,29
0,09 1,79
3 Pinus+Mahoni
- -
0,06 -
0,06 4
Puspa 0,96
2,00 9,95
0,77 13,67
5 Lahan Kosong
0,17 -
1,07 0,06
1,30 Total
1,22 2,87
12,81 1,06
17,97 Sumber: -Peta tutupan lahan Hutan Pendidikan Gunung Walat
-Hasil analisis digitasi
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Curah Hujan
Curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian berdasarkan hasil pengukuran di stasiun curah hujan Sekarwangi selama periode Januari 2005 - Juli 2010
disajikan dalam Gambar 12.
Gambar 12 Grafik curah hujan bulanan Sub DAS Cipeureu dan Cibadak Januari 2005-Juli 2010.
Statistik curah hujan yang tercatat di stasiun curah hujan Sekarwangi menunjukkan rata-rata curah hujan selama 5 tahun sebesar 2124,5 mmthn dengan
curah hujan tahunan maksimum terjadi pada tahun 2008 sebesar 2721 mmthn dan curah hujan tahunan minimum terjadi pada tahun 2006 sebesar 1365 mmthn.
Hasil klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson memperlihatkan bahwa Sub DAS Cipeureu dan Sub DAS Cibadak termasuk tipe B, dengan nilai Q
sebesar 30, rata-rata bulan basah yaitu sebanyak 8 bulan dan bulan kering sebanyak 2 bulan. Musim penghujan terjadi mulai bulan November sampai bulan
Februari dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember. Musim kemarau terjadi mulai bulan Juli hingga bulan September, dengan bulan terkering terjadi
pada bulan Agustus.
Data curah hujan selama 5 tahun yang diperoleh dari stasiun hujan Sekarwangi disajikan dalam Lampiran 1. Sedangkan data hujan selama
pengamatan disajikan dalam Lampiran 2.
5.2 Transformasi Hujan - Debit Aliran
Hyetograph dan hidrograph Sub DAS Cipeureu dan Sub DAS Cibadak disajikan dalam
Gambar 13 debit total dan Gambar 14 debit langsung. Data selengkapnya hasil pengukuran hujan dan debit total di kedua lokasi selama