BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yaitu Sub DAS Cipeureu yang terletak di dalam kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat, dan Sub DAS
Cibadak. Kedua lokasi tersebut terletak di Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, pada bulan Mei sampai dengan 1 Agustus 2010.
Gambar 2 Peta lokasi penelitian.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
GPS Garmin 60 CSX 2.
Ring sampel tanah 3.
Botol ukuran 60 ml 4.
Meteran 5.
Oven 6.
Desikator 7.
Gelas ukur 8.
Timbangan digital 9.
Corong 10.
Labu takar 11.
Bola pimpong 12.
Palu 13.
Komputer, MS Excel 2007, MS Word 2007, Software Arcview 3.3, alat
– alat tulis 14.
Plastik 15.
Kertas label 16.
Kertas saring 17.
Data spasial meliputi: a.
Peta digital topografi Hutan Pendidikan Gunung Walat skala 1:25000. Sumber: Manajemen Hutan Pendidikan Gunung
Walat b.
Peta digital penutupan lahan Hutan Pendidikan Gunung Walat skala 1:25000. Sumber: Manajemen Hutan Pendidikan Gunung
Walat c.
Peta jenis tanah Hutan Pendidikan Gunung Walat skala 1: 25000. Sumber: Manajemen Hutan Pendidikan Gunung Walat
d. Peta penutupan lahan Kabupaten Sukabumi skala 1:25000.
Sumber: Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Sukabumi
e. Peta jenis tanah Kabupaten Sukabumi skala 1:25000. Sumber:
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Sukabumi f.
Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1209-121 Cibadak skala 1:25000. Sumber: Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan
Nasional
3.3 Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis data
Data yang dikumpulkan adalah: 1.
Data curah hujan 2. Data debit aliran sungai
3. Data konsentrasi sedimen aliran 4. Data sifat fisik tanah
5. Data kemiringan lereng 6. Data penggunaan lahan dan konservasi tanah
7. Data batas wilayah Sub DAS
3.3.2 Metode Pengumpulan Data 1. Data curah hujan
Data curah hujan didapat dari stasiun curah hujan Sekarwangi. Data curah hujan yang digunakan yaitu data curah hujan tahunan tahun 2005 sampai dengan
tahun 2009.
2. Data debit aliran sungai
Debit aliran sungai di titik patusan outlet Sub DAS Cipeureu diukur secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan aliran dan luas penampang basah titik
patusan. Luas penampang di titik patusan Sub DAS Cipeureu menggunakan luas penampang basah flume, sedangkan di Sub DAS Cibadak menggunakan luas
penampang basah sungai alami.
Kecepatan aliran sungai diukur secara manual dengan menggunakan
pelampung bola pimpong dan dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari, yaitu pukul 07.00, pukul 12.00 dan pukul 17.00. Langkah-langkah pengukuran yaitu
sebagai berikut:
a. Bola pimpong dilemparkan beberapa meter di sebelah pangkal flume Sub
DAS Cipeureu dan pangkal sungai yang telah ditentukan Sub DAS Cibadak, kemudian gerakannya diikuti
b. Mencatat waktu yang diperlukan oleh aliran untuk menghanyutkan
pelampung mulai dari pelampung melewati garis pertama hingga garis terakhir hilir
c. Pengukuran kecepatan aliran tersebut dilakukan sebanyak tiga kali ulangan
pengukuran Luas penampang basah sungai diukur
dengan langkah sebagai berikut: a.
Menentukan lokasi segmen aliran air yang akan diukur b.
Mengukur lebar aliran air dengan menggunakan meteran dengan cara mengukur jarak dari satu dinding ke dinding lainnya tepat di permukaan
aliran air c.
Mengukur kedalaman segmen aliran
3. Data konsentrasi sedimen aliran
Konsentrasi sedimen aliran sungai diukur melalui pengukuran konsentrasi sedimen contoh air. Pengambilan sampel air sungai dilakukan bersama-sama
dengan pengukuran debit, yaitu dilakukan setiap hari pada pukul 07.00, pukul 12.00 dan pukul 17.00. Langkah-langkah pengukuran kandungan sedimen aliran
dilakukan sebagai berikut: a.
Mengambil contoh air di titik lokasi yang telah ditentukan, yaitu di bagian tengah aliran dan diambil dari jeluk bagian tengah, sebanyak 60 ml.
b. Menyaring contoh air dengan menggunakan kertas saring yang
sebelumnya kertas tersebut sudah dioven selama ± 2 jam pada suhu 105 C dan diketahui beratnya berat awal. Disaring sampai benar-benar tidak
ada airnya lagi. c.
Mengeringkan sedimen yang tersaring tersebut menggunakan oven listrik dengan suhu 105
C selama 24 jam. d.
Setelah dikering oven selama 24 jam, sedimen didiamkan sesaat dengan memasukkan ke dalam desikator, kemudian ditimbang untuk mengetahui
berat kering sedimen.
4. Data sifat fisik tanah
Sifat fisik tanah yang diukur meliputi: a. Kerapatan bongkah bulk density
b. Porositas c. Kadar air pada retensi 1 pF, 2 pF, 2.54 pF, 4.2 pF
d. Pori drainase e. Jumlah air tersedia
f. Permeabilitas g. C-organik
h. Tekstur tanah. Data sifat fisik tanah point a-f didapat dari hasil analisis data contoh
tanah tidak terganggu undisturbed soil samples . Contoh tanah diambil dengan menggunakan ring sample untuk mewakili kedalaman 0-15 cm. Sedangkan sifat
fisik tanah poin g dan h didapat dari hasil analisis data contoh tanah terganggu disturbed soil samples di titik pengambilan yang sama dengan titik pengambilan
contoh tanah terganggu. Lokasi pengambilan contoh tanah ditentukan berdasarkan perbedaan kelas kemiringan lahan.
Jumlah contoh tanah yang diambil sebanyak 8 contoh dari Sub DAS Cipeureu dan 4 contoh dari Sub DAS Cibadak. Selanjutnya contoh tanah yang
telah diambil dianalisis sifat fisik tanahnya di Laboratorium Fisika Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
5. Data kemiringan lereng
Data kemiringan lereng di dua lokasi pengamatan diperoleh dari analisis digital yang bersumber dari peta digital topografi Hutan Pendidikan Gunung
Walat skala 1:25000 dan peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1209-121 Cibadak skala 1:25000.
6. Data penggunaan lahan dan konservasi tanah
Data penggunaan lahan dan konservasi lahan didapat dari peta digital tutupan lahan Hutan Pendidikan Gunung Walat skala 1:25000, peta tutupan lahan
Kabupaten Sukabumi, wawancara dan studi literatur.
7. Data batas wilayah sub DAS
Data batas wilayah sub DAS Cipeureu dan sub DAS Cibadak didapat dengan menggunakan software ArcView versi 3.3. Tahapan pembuatan batas
wilayah sub DAS sebagai berikut:
a. Persiapan data Generating DEM dari data kontur
Langkah yang dilakukan dalam persiapan data adalah sebagai berikut: 1. Mengaktifkan program ArcView
2. Mengaktifkan Extension Spatial Analyst Untuk mengaktifkan Extension Spatial Analyst, pilih menu File
– Ekstension, kemudian pilih Extension Spatial Analyst
3. Menampilkan data spasial yang akan dianalisis. Buat New View, lalu tampilkan data kontur yang akan dianalisis.
Gambar 3 Kontur Kecamatan Cibadak. 4. Membangun Digital Elevation Model DEM dari data spasial yang
dianalisis, dengan cara menggunakan mengklik Sub Menu Create TIN From Features dalam Menu Surface
Gambar 4 Triangulated Irregular Network TIN dari shapefile. 5. Membuat Digital Elevation Model DEM dalam GRID berdasarkan
DEM TIN, dengan cara menggunakan Sub Menu Convert to Grid dalam Menu Theme, kemudian menentukan spesifikasi output Grid.
Gambar 5 Digital Elevation Model DEM dalam bentuk grid.
b. Generalisasi jaringan sungai