Curah Hujan Transformasi Hujan - Debit Aliran

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Curah Hujan

Curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian berdasarkan hasil pengukuran di stasiun curah hujan Sekarwangi selama periode Januari 2005 - Juli 2010 disajikan dalam Gambar 12. Gambar 12 Grafik curah hujan bulanan Sub DAS Cipeureu dan Cibadak Januari 2005-Juli 2010. Statistik curah hujan yang tercatat di stasiun curah hujan Sekarwangi menunjukkan rata-rata curah hujan selama 5 tahun sebesar 2124,5 mmthn dengan curah hujan tahunan maksimum terjadi pada tahun 2008 sebesar 2721 mmthn dan curah hujan tahunan minimum terjadi pada tahun 2006 sebesar 1365 mmthn. Hasil klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson memperlihatkan bahwa Sub DAS Cipeureu dan Sub DAS Cibadak termasuk tipe B, dengan nilai Q sebesar 30, rata-rata bulan basah yaitu sebanyak 8 bulan dan bulan kering sebanyak 2 bulan. Musim penghujan terjadi mulai bulan November sampai bulan Februari dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember. Musim kemarau terjadi mulai bulan Juli hingga bulan September, dengan bulan terkering terjadi pada bulan Agustus. Data curah hujan selama 5 tahun yang diperoleh dari stasiun hujan Sekarwangi disajikan dalam Lampiran 1. Sedangkan data hujan selama pengamatan disajikan dalam Lampiran 2.

5.2 Transformasi Hujan - Debit Aliran

Hyetograph dan hidrograph Sub DAS Cipeureu dan Sub DAS Cibadak disajikan dalam Gambar 13 debit total dan Gambar 14 debit langsung. Data selengkapnya hasil pengukuran hujan dan debit total di kedua lokasi selama pengamatan disajikan dalam Lampiran 3 dan Lampiran 4. Statistik hujan dan debit langsung di kedua Sub DAS disajikan dalam Tabel 11. Gambar 13 Hyetograph dan hidrograph debit total Sub DAS Cipeureu dan Sub DAS Cibadak hasil pengukuran di lapangan. Gambar 14 Hyetograph dan hidrograph debit langsung Sub DAS Cipeureu dan Sub DAS Cibadak hasil pengukuran di lapangan. Hujan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kenaikan maupun penurunan debit. Sifat hujan akan berpengaruh terhadap debit, terutama jumlah, intensitas dan lama hujan. Berdasarkan Gambar 13, tingginya curah hujan tidak langsung selalu diikuti oleh kenaikan debit. Hal ini terjadi karena pengaruh curah hujan yang tinggi, hujan dengan durasi panjang dan intensitas yang tinggi akan mengakibatkan peningkatan debit secara positif, tetapi hujan dengan durasi yang lama tetapi intensitas hujan yang kecil tidak memberikan pengaruh peningkatan debit. Hal ini dikarenakan tanah tidak menjadi jenuh dengan cepat sehingga limpasan yang terbentuk kecil karena air lebih banyak meresap ke dalam tanah. Hal ini dapat terlihat dari debit Sub DAS Cibadak yang tidak langsung naik seiring dengan tingginya curah hujan pada tanggal 10 Mei 2010, 15 Juli 2010, dan di Sub DAS Cipeureu pada kejadian hujan tanggal 11 Mei 2010. Pada saat ini laju infiltrasi tanah masih tinggi. Kenaikan debit di Sub DAS Cibadak dan Sub DAS Cipeureu terjadi satu hari setelah terjadinya hujan. Berdasarkan Gambar 13, terlihat beberapa perubahan debit yang tidak disertai adanya kejadian hujan. Hal tersebut dapat terlihat dari debit Sub DAS Cipeureu yang mengalami kenaikan pada tanggal 22-24 Juli 2010 tanpa adanya kejadian hujan. Seperti halnya kenaikan debit di Sub DAS Cibadak pada tanggal 25-26 dan 30 Juli 2010 tanpa adanya kejadian hujan. Hal ini diduga karena data hujan yang tercatat di stasiun hujan Sekarwangi tidak sama dengan hujan yang turun di kedua Sub DAS perbedaan penyebaran hujan. Tabel 11 Statistik hujan dan debit langsung Sub DAS Cipeureu dan Sub DAS Cibadak selama pengamatan Sub DAS Curah Hujan R mmhari Debit Q mmhari QR Min Max Rata- Rata Min Max Rata- Rata Min Max Rata- Rata Cipeureu 50 9,43 0,42 5,47 2,96 0,05 1,26 0,35 Cibadak 50 9,43 0,35 12,87 5,66 0,13 1,64 0,58 Berdasarkan Gambar 13 dan Tabel 11 dapat dilihat bahwa debit rata-rata dan maksimum Sub DAS Cibadak lebih besar dibandingkan Sub DAS Cipeureu, sedangkan debit minimum di Sub DAS Cibadak lebih rendah. Gambar 13 juga menunjukkan bahwa fluktuasi debit Sub DAS Cipeureu lebih kecil dibandingkan dengan Sub DAS Cibadak, dan pada saat tidak ada hujan, debit Sub DAS Cipeureu masih cukup besar, relatif terhadap debit pada saat hujan, sedangkan debit Sub DAS Cibadak pada saat tidak ada hujan menurun drastis dan hampir mencapai nol. Berdasarkan Gambar 14, debit langsung Sub DAS Cipeureu lebih rendah dibandingkan debit langsung Sub DAS Cibadak. Besarnya rata-rata persentase hujan yang menjadi debit langsung rasio debit langsung dengan hujan, di Sub DAS Cipeureu yaitu sebesar 35 lebih kecil dibandingkan dengan Sub DAS Cibadak 58. Berdasarkan teori siklus air dan persamaan neraca air, hujan yang jatuh di suatu permukaan lahan akan diintersepsi oleh vegetasi penutup lahan, dan yang sampai di permukaan tanah akan diinfiltrasi, mengisi ruang di dalam tanah, mengalir sebagai limpasan dan akhirnya menjadi debit aliran sungai. Sub DAS Cipeureu merupakan Sub DAS berhutan rapat dan memiliki tajuk berlapis, dan berdasarkan hasil penelitian Fermanto 2000, intersepsi di Sub DAS Cipeureu adalah sebesar 28,61. Berdasarkan data tersebut, dan rasio hujan-limpasan di Sub DAS Cipeureu sebesar 35, diduga 65 hujan diinfiltrasikan kedalam tanah, sebagian mengisi ruang dalam tanah, dan sebagian mengisi aliran Sungai Cipeureu, yang ditunjukkan dengan masih adanya debit aliran Sungai Cipeureu. Sedangkan Sub DAS Cibadak merupakan Sub DAS tanpa penutup lahan dan bersolum sangat tipis, sehingga dengan rasio hujan-limpasan sebesar 58, maka 42 hujan masuk kedalam lapisan batuan dan tidak muncul sebagai aliran di Sungai Cibadak, dan diduga mengisi air tanah yang muncul di tempat lain di bagian hilir outlet Sub DAS Cibadak tempat penelitian. Hubungan hujan dengan debit aliran langsung di kedua sub DAS disajikan dalam bentuk diagram pencar scatter diagram dalam Gambar 15. Gambar 15 Diagram pencar hubungan antara curah hujan dengan debit langsung di Sub DAS Cipeureu dan Sub DAS Cibadak. Dari diagram pencar hubungan antara jumlah curah hujan dengan debit langsung dapat dilihat bahwa hubungan hujan dengan debit cenderung linear, namun terdapat variasi debit langsung pada kejadian jumlah hujan harian yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah hujan harian tidak benar-benar 5 10 15 20 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 Debit m m ha ri Curah Hujan mm Sub DAS Cipeureu 5 10 15 20 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 Debit m m ha ri Curah Hujan mm Sub DAS Cibadak memiliki hubungan linear dengan debit langsung, yang diduga dipengaruhi oleh intensitas kejadian hujan dalam hari hujan tersebut, kapasitas intersepsi dan kapasitas infiltrasi relatif terhadap intensitas hujan.

5.3 Muatan Sedimen