3.4 Pengolahan Data 3.4.1 Transformasi hujan - debit aliran
Transformasi hujan-limpasan dihitung dengan persamaan: R
Q R
d P
b d
Q Q
Q
…..……………………………………………….17
dimana: R
P
= Respon hidrologi terhadap hujan R = Curah hujan mm
Q = Limpasan totalm
3
detik Q
d
= Limpasan langsung m
3
detik Q
b
= Limpasan dasar m
3
detik Debit aliran dihitung dengan persamaan berikut:
V A
Q
.................................................................................................18
dimana: Q = Debit aliran m
3
detik A = Luas penampang melintang m
2
V = Kecepatan aliran rata-rata mdetik Transformasi hujan - limpasan di kedua Sub DAS dianalisis dari:
1. Hyetograph dan hydrograph
2. Hujan netto hujan yang menjadi debit, debit thd CH
3. Ratio QmaxQmin
4. Diagram pencar dan regresi curah hujan dengan debit
3.4.2 Muatan sedimen
Muatan sedimen harian dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Q
Cs Qs
...................................................................................................19 dimana:
Qs = Debit sedimen grdetik
Cs = Konsentrasi sedimen contoh air mgl
Q = Debit aliran air sungai m
3
detik
3.4.3 Pendugaan laju erosi dengan metode USLE
Laju erosi permukaan tahunan diduga dengan menggunakan USLE yaitu persamaan 2, 7, 8,9, Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4, Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel
7.
3.4.4 Perhitungan erosi dengan Nisbah Pengangkutan Sedimen Sediment
Delivery Ratio
Perhitungan Nisbah Pengangkutan Sedimen Sediment Delivery Ratio menggunakan persamaan 15 dan 16.
3.4.5 Tingkat Bahaya Erosi Tingkat bahaya erosi TBE ditentukan berdasarkan laju erosi tahunan rata-
rata dan kedalaman tanah. Klasifikasi TBE mengacu pada klasifikasi Departemen Kehutanan 1998 sebagimana disajikan dalam
Tabel 8. Tabel 8 Klasifikasi tingkat bahaya erosi
Solum cm Kelas Bahaya Erosi
I II
III IV
V Laju Erosi Tanah ton ha tahun
15 15
– 60 60 - 180
180 – 480
480 Tebal 90
SR R
S B
SB Sedang 60 - 90
R S
B SB
SB Tipis 30 - 60
S B
SB SB
SB Sangat tipis 30
B SB
SB SB
SB Sumber: Departemen Kehutanan 1998 dalam Purwowidodo 2002
Keterangan: SR Sangat Ringan, RRingan, SSedang, BBerat, SBSangat Berat
BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Letak dan Luas
Sub DAS Cipeureu terletak di dalam kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Secara geografis Sub DAS Cipeureu terletak antara 6
⁰
5400 −
6
⁰
5402 LS dan 106
⁰
4802 – 106
⁰
4900 BT. Secara administrasi pemerintahan terletak di wilayah Desa Batununggal dan Hegarmanah, Kecamatan Cibadak,
Kabupaten Sukabumi. Luas Sub DAS Cipeureu adalah 17,97 ha atau sekitar 5 dari luas hutan pendidikan Gunung Walat. Sub DAS Cipeureu merupakan sub
DAS ordo-2, terdiri dari 2 sub-sub DAS ordo-1, yaitu Cipeureu I dan Cipeureu II. Luas kedua sub DAS tersebut masing-masing seluas 8,3 ha dan 9,6 ha.
Secara geografis Sub DAS Cibadak terletak antara 6
⁰
5371 − 6
⁰
5427 LS dan 106
⁰
4818 – 106
⁰
4934 BT. Secara administrasi pemerintahan terletak di wilayah Desa Karang Tengah, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi dengan
luas 5,28 hektar. Sub DAS Cibadak merupakan Sub DAS ordo 1 dan sungainya bermuara di Sungai Ciheulang.
4.2 Iklim
Iklim Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Sub DAS Cibadak menurut Klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk tipe B, dengan dengan nilai Q
persentase rata- rata bulan kering terhadap bulan basah sebesar 14,3 − 33 dan
banyaknya curah hujan tahunan berkisar antara 1600 – 4400 mm. Suhu udara
maksimum di siang hari 29° C dan minimum 19° C di malam hari Rencana Pengembangan HPGW 2009
− 2013 dan Profil Kecamatan Cibadak 2005. Berdasarkan perhitungan data curah hujan selama 5 tahun 2005-2009,
iklim Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Sub DAS Cibadak termasuk tipe B klasifikasi Schmidt dan Ferguson, dengan nilai Q sebesar 30 dan
rata-rata hujan tahunan sebesar 2124,5 mmtahun.
4.3 Hidrologi
Hutan Pendidikan Gunung Walat merupakan sumber air bersih yang penting bagi masyarakat sekitarnya terutama di bagian selatan. Sungai-sungai
mengalir dari bagian utara ke selatan HPGW, antara lain: Sungai Cipeureu,