penguapan yang terjadi pada tanaman melalui kehilangan air melalui stomata Allen et al.
1998 dan sangat sulit dibedakan proses dan pengukuran di lapangan, sehingga pendugaan
nilai kehilangan air tanaman kentang dalam penelitian ini dihitung melalui neraca air
dalam bentuk ETa+Ro Evapotranspirasi ditambah dengan run off.
Iklim tropis memiliki variasi radiasi dan suhu diurnal yang tidak berbeda jauh,
sehingga menyebabkan nilai ETa dari bulan kebulan yang tidak terlalu besar. Nilai ETa di
daerah tropis berkisar antara 4 sampai 6.5 mmhari. Asumsi nilai ETa pada penelitian ini
adalah 4 mmhari karena lahan penanaman kentang pada penelitian ini adalah lahan tadah
hujan, sehingga digunakan ETa paling minimum. Selain itu Kabupaten Cianjur
merupakan daerah berketinggian lebih dari 1000 mdpl yang masuk kedalam kategori
dataran tinggi, sehingga digunakan asumsi ETa paling minimum ETa dataran tinggi
lebih kecil daripada ETa dataran rendah.
Lampiran 4
menunjukkan nilai
perhitungan komponen neraca air masing- masing
perlakuan selama
pengukuran. Kehilangan air tanaman dan run off Ro
tertinggi adalah pada perlakuan J1A1J2A2 berturut-turut 191.9 mm dan 57.5 mm selama
39 HST sampai dengan 75 HST. Selama pengukuran nilai total ETa+Rominggu lebih
besar daripada total CHminggu kecuali pada pengukuran ke-2 9-16 April. Jika ETa+Ro
lebih besar dari CH berarti kadar air tanah akan berkurang, dan jika terjadi terus menerus
akan menyebabkan defisit air bagi tanaman. Nilai komponen neraca air pada Lampiran 4
sangat
berbeda-beda setiap
perlakuan. Kehilangan air dalam bentuk ETa+Ro 1 April
- 7 Mei dari berbagai perlakuan berkisar antara 146-191 mm, sedangkan untuk Ro
berkisar antara antara 28-58 mm atau sekitar 19-30 dari total kehilangan air tanaman
kentang.
Secara keseluruhan total nilai kehilangan air tanaman kentang di lokasi penelitian dalam
bentuk evapotranspirasi ditambah dengan Ro adalah 169 mm selama 36 hari pengukuran
atau 4.6 mmhari. Menurut Doorenbos dan Kassam 1979 dalam Kurnia 2004 nilai
kebutuhan air tanaman yang dibutuhkan oleh kentang yaitu 350-625 mmmasa tanam 80-
90 hari tanam.
4.5 Hubungan Simpanan KAT terhadap
Laju Pertumbuhan Tanaman Kentang.
Curah hujan yang tinggi belum tentu menyebabkan simpanan kadar air dalam tanah
dan kehilangan air tanaman dalam bentuk ETa+Ro besar Gambar 4, hal tersebut
bergantung pada laju infiltrasi tanah dan simpanan KAT pada minggu sebelumnya.
Jika tanah dalam kondisi yang padat berarti laju infiltrasi tanah rendah sehingga saat CH
tinggi air sulit terinfiltrasi ke dalam tanah menyebabkan run off besar. Begitu pula
sebaliknya saat kondisi tanah tidak padat gembur laju infiltrasi tinggi sehingga dapat
menyebabkan simpanan KAT besar Ro kecil
Gambar 4 Curah hujan terukur dan simpanan kadar air tanah
selama pengukuran. Laju
pertumbuhan merupakan
suatu peningkatan tinggi tanaman tiap satuan waktu.
Berdasarkan data tinggi tanaman maka dapat dihitung laju pertumbuhan tanaman kentang
cmhari seperti pada Tabel 5.
Tabel 5 Laju pertumbuhan tanaman kentang
LAJU PERTUMBUHAN TANAMAN cmhari Perlakuan
Hari Setelah Tanam HST 33
39 47
54 61
J1A 0,87
0,51 0,66
0,12 0,38
J1B 1,19
0,76 0,66
0,07 0,23
J1C 0,87
0,80 0,30
0,08 0,21
J2A 0,75
0,60 1,27
1,06 0,42
J2B 0,72
0,45 0,25
0,14 0,30
J2C 0,59
0,57 0,41
0,41 0,74
Rata-Rata J1 0,97
0,69 0,54
0,09 0,27
Rata-Rata J2 0,94
0,72 0,74
0,40 0,29
Rata-rata laju pertumbuhan tanaman J2, 20x30cm lebih tinggi dari pada J1,
20x20cm, sedangkan laju pertumbuhan tanaman kentang pada penelitian ini menurun
setiap minggu seiring dengan bertambah umur tanaman Gambar 5.
Gambar 5 Laju pertumbuhan tanaman kentang.
Tanda negatif pada Tabel 6 menunjukkan terjadi pengurangan simpanan kadar air tanah
akibat evapotranspirasi tanaman, dan begitu juga sebaliknya tanda positif menunjukkan
ada simpanan kadar air dalam tanah. Lokasi penelitian merupakan lahan tadah hujan yang
selama pengukuran nilai CH kurang dari ETa untuk
setiap minggunya.
Hal tersebut
menyebabkan nilai simpanan air dalam tanah rata-rata perminggu mengalami pengurangan
akibat penggunaan air oleh tanaman kecuali pada pengukuran minggu ke-2 9-16 April.
Ketersediaan air tanah bagi tanaman berpengaruh
terhadap laju
pertumbuhan tanaman kentang dan setiap perlakuan
memiliki respon yang berbeda-beda terhadap adanya simpanan air dalam tanah. Hubungan
simpanan ketersediaan
air terhadap
pertumbuhan tanaman kentang pada masing- masing perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6
sampai 11. Gambar 6 Hubungan simpanan KAT
terhadap laju pertumbuhan tanaman perlakuan J2A.
Gambar 7 Hubungan simpanan KAT terhadap laju pertumbuhan
tanaman perlakuan J1B. Tabel 6 Simpanan kadar air tanah tanaman kentang selama pengukuran.
Pengukuran ∆KAT
Total ∆KAT
J2A1 J1B1
J1C1 J2B1
J1A1 J2C1
mmminggu J2C2
J1A2 J1B2
J1C2 J2A2
J1B2 1-9 A
15.9 -30.6
-13.1 -11.5
-19.3 -13.6
-72.2 9-16 A
16.1 26.3
18.9 27.8
30.9 23.4
143.4 16-23A
2.5 2.0
-0.6 3.4
-15.3 -0.7
-8.7 23-30 A
-0.2 -2.7
-9.0 -19.7
-10.6 -9.0
-51.2 30-7 M
-19.0 8.5
-2.7 1.0
-9.0 -2.2
-23.4
Gambar 8 Hubungan simpanan KAT terhadap laju pertumbuhan
tanaman perlakuan J1C.
Gambar 9 Hubungan simpanan KAT terhadap laju pertumbuhan
tanaman perlakuan J2B.
Gambar 10 Hubungan simpanan KAT terhadap laju pertumbuhan
tanaman perlakuan J1A. Gambar 11 Hubungan simpanan KAT
terhadap laju pertumbuhan tanaman perlakuan J2C.
Berdasarkan Gambar
6 hingga
11 hubungan antara simpanan KAT terhadap laju
pertumbuhan tanaman pada masing-masing perlakuan memiliki kecenderungan yang
berbeda. Saat simpanan KAT besar maka laju pertumbuhan belum tentu tinggi, begitu juga
sebaliknya, sehingga laju pertumbuhan pada penelitian ini tidak hanya dipengaruhi oleh
simpanan kadar air tanah saja, melainkan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak
teramati dalam penelitian ini.
4.6 Analisa Tanah laboratorium