Pola Musim Penangkapan Ikan Kurisi

34 Berdasarkan Sulistiyawati 2011, ikan kurisi di Teluk Banten didapatkan upaya penangkapan telah melebihi upaya penangkapan optimum, selain itu berdasarkan hasil tangkapan ikan kurisi di Teluk Banten telah melebihi jumlah tangkapan yang diperbolehkan sehingga disimpulkan bahwa ikan kurisi di Teluk Banten telah mengalami overfishing.

4.6. Pola Musim Penangkapan Ikan Kurisi

Analisis pola musim penangkapan bertujuan untuk melihat musim atau waktu penangkapan yang tepat bagi ikan kurisi sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam operasi penangkapan ikan. Analisis pola musim penangkapan ikan kurisi di perairan selat sunda menggunakan metode rata-rata bergerak moving average dengan menghitung nilai indeks musim penangkapan IMP pada setiap bulannya. Hasil perhitungan pola musim penangkapan ikan kurisi dapat dilihat pada Lampiran 6. Pergerakan nilai IMP ikan kurisi dapat dilihat pada Gambar 13. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola musim penangkapan ikan adalah cuaca dan iklim pada suatu daerah. Menurut Nuraini 2004 in Sulistiyawati 2011 menyatakan bahwa cuaca yang buruk biasanya akan mempengaruhi tingkah laku ikan kurisi yang akan migrasi ke tempat yang lebih dalam. Oleh karena itu ketika cuaca buruk biasanya banyak nelayan yang tidak melaut, beberapa nelayan tetap melaut dengan hasil tangkapan yang tidak maksimal artinya hasil tangkapan ikan kurisi hanya sedikit. Pola musim yang berlangsung di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh pola arus dimana terjadi interaksi antara udara dan laut Nontji 1987 in Sulistyawati 2011. 35 Gambar 13. Nilai rata-rata indeks musim penangkapan ikan kurisi Berdasarkan Gambar 13, pergerakan nilai IMP ikan kurisi mengalami kenaikan dari bulan Juli ke bulan Agustus, kemudian mengalami penurunan dari bulan Agustus sampai bulan Oktober, dan mengalami kenaikan kembali pada bulan November. Kemudian mengalami penurunan yang besar pada bulan November sampai Januari, lalu mulai mengalami kenaikan kembali sampai bulan Mei. Dari bulai Mei sampai Juni mengalami penurunan kembali. Nilai IMP tertinggi terdapat pada bulan Agustus yaitu sebesar 154,45 dan nilai IMP terendah pada bulan Januari sebesar 25,83 . Analisis pola musim penangkapan bertujuan untuk melihat musim atau waktu penangkapan ikan kurisi yang tepat, sehingga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam operasi penangkapan ikan. Indeks musim penangkapan ikan kurisi dihitung dengan memakai data tangkapan per satuan upaya bulanan ikan kurisi dari Selat Sunda yang didaratkan di PPP Labuan. Data bulanan tersebut kemudian diurutkan dari tahun 2001 sampai 2011 kemudian dihitung menggunakan metode rata-rata bergerak dan setelah itu dilakukan perhitungan dengan prosedur yang berlaku. Kriteria yang dipakai untuk menentukan musim penangkapan ikan kurisi adalah jika nilai indeks musim penangkapan IMP lebih besar dari 100, sedangkan jika nilai kurang dari 100 maka bukan musim penangkapan ikan. Nilai indeks musim penangkapan juga mengidentifikasikan kehadiran ikan di perairan 36 tersebut. Jika nilai IMP lebih dari 100 maka kehadiran ikan di perairan tersebut cukup melimpah dibandingkan kondisi normal. Apabila nilai IMP dibawah 100 maka jumlah ikan dibawah kondisi normal. Selain musim penangkapan, dapat diketahui pola musim paceklik. Musim paceklik ditentukan apabila nilai IMP kurang dari 50. Berdasarkan Gambar 13, musim penangkapan ikan kurisi adalah pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober dan November dengan nilai IMP masing-masing sebesar 123,14, 106,50, 119,05, 154,45, 149,02, 120,65 dan 131,06. selain itu, pada bulan Febuari, Maret, April dan Desember diduga bukan merupakan musim penangkapan ikan kurisi karena nilai IMP yang dibawah 100, sedangkan pada bulan Januari merupakan musim paceklik dimana nilai IMP kurang dari 50. Menurut Nontji 2007 in Yuwana 2011, angin yang berhembus di Perairan Indonesia terutama angin musim moonsoon yang dalam setahun terjadi dua kali pembalikan arah yang mantap masing-masing disebut dengan angin musim barat dan musim timur, sedangkan diantara dua kali perubahan musim tersebut terdapat juga dua kali musim peralihan yaitu musim peralihan Barat-Timur dan musim peralihan Timur-Barat. Bulan Desember, Januari dan Febuari adalah musim angin di belahan bumi bagian utara dan musim panas di belahan bumi bagian selatan. Pada saat itu, terjadilah pusat tekanan tinggi di atas daratan Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan Australia. Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asian menuju Australia, yang di Indonesia umumnya dikenal sebagai angin musim barat West Moonsoon. Sebaliknya pada bulan Juli hingga Agustus, terjadi pada pusat tekanan tinggi di atas daratan Australia dan pusat tekanan rendah di atas daratan Asia hingga Indonesia berhembuslah Angin Musim Timur East Moonsoon. Dalam bulan Maret, angin barat masih berhembus tetapi kecepatannya berkurang, dalam bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini dikenal sebagai musim pancaroba. Demikian pula yang terjadi dalam bulan Oktober dan November arah angin tidak menentu dan periode ini dikenal sebagai musim pancaroba akhir tahun. Apabila dikaitkan dengan musim perairan di Indonesia, maka musim penangkapan ikan kurisi di Selat Sunda terjadi empat musim yaitu musim timur, musim barat, musim pancaroba awal dan musim pancaroba akhir. 37 Berdasarkan hasil wawancara nelayan Labuan, beberapa nelayan menyatakan bahwa pada bulan Januari merupakan musim dimana hasil tangkapan ikan dalam jumlah yang sedikit. Pada bulan Febuari hingga bulan Agustus merupakan musim dimana hasil tangkapan nelayan dalam jumlah yang besar. Namun, beberapa nelayan menyatakan bahwa musim penangkapan berawal dari bulan Januari hingga Agustus, hal ini dapat disebabkan karena pada tahun tersebut, kondisi cuaca dan kondisi perairan tidak dapat diprediksi sehingga hasil tangkapan nelayan pun tidak dapat ditentukan. Apabila pola musim penangkapan ikan kurisi dikaitkan dengan daerah penangkapan ikan kurisi maka didapatkan bahwa pada musim panen dan musim paceklik didapatkan bahwa nelayan menangkap ikan kurisi di daerah yang sama. Namun, hal yang berbeda adalah pada saat musim paceklik. Pada musim paceklik nelayan menangkap ikan di daerah yang berbeda dan cukup jauh dari PPP Labuan. Nelayan Labuan melakukan andon, yaitu menangkap ikan di daerah yang cukup jauh dengan lama waktu yang tidak ditentukan biasanya 10 hingga 30 hari lamanya lihat Tabel 4. Tabel 4. Matriks hubungan musim dengan daerah penangkapan Daerah Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Rakata Panaitan Binuangeun Tanjung Lesung Carita Papole Sebesi Leukeucang Lampung musim tangkapan musim paceklik musim sedang 38 Jika dilihat dari Tabel 4, terlihat bahwa pada musim paceklik banyak nelayan yang menjadi andon ke daerah Perairan Lampung, Binuangeun selama 8-30 hari. Pada musim sedang dan musin panen nelayan menangkap di daerah yang sama, yang membedakan hanyalah hasil produksinya. Hasil produksi pada musim panen akan lebih banyak daripada hasil produksi pada musim sedang.

4.7. Analisis CPUE dan RPUE