5
yang bersifat ekonomi atau komersial, tetapi menganjurkan dengan persyaratan bahwa tingkat pemanfaatan tidak melampaui daya dukung lingkungan perairan atau
kemampuan pulih sumberdaya ikan MSY, sehingga generasi mendatang tetap memiliki aset sumberdaya ikan yang sama atau lebih banyak dari generasi saat ini.
2.3. Sistem Perikanan Laut
Perikanan merupakan semua kegiatan yang terorganisir berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari tahap
praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. menurut Charles 2001 in Mallawa 2006,
mengatakan bahwa sistem perikanan merupakan sebuah kesatuan yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu, 1 Sistem alam natural system yang mencakup
ekosistem, ikan dan lingkungan biofisik; 2 Sistem manusia human system yang terdiri dari unsur nelayan, pelaku pasar dan konsumen, rumah tangga perikanan dan
lingkungan sosial ekonomi yang terkait dalam sistem ini; 3 Sistem perikanan pengelolaan perikanan yang mencakup unsur-unsur kebijakan dan perencanaan
perikanan, pembangunan perikanan, rezim pengelolaan perikanan dan riset perikanan. Sehingga, dalam pengelolaan sumberdaya perikanan harus
memperhatikan ketiga komponen tersebut. Keanekaragaman jenis ikan dan alat tangkap serta tingginya populasi
penduduk yang terjadi mengakibatkan sulitnya menerapkan pengembangan sistem perikanan yang sesuai untuk keberlanjutan sumberdaya ikan serta potensi perikanan
lainnya di Indonesia. Sistem perikanan yang kompleks dapat didekati dari perspektif keragaman yang terdiri dari empat jenis keragaman dalam sistem ini,
yaitu keragaman spesies, keragaman genetik, keragaman fungsi dan keragaman sosial ekonomi Adrianto 2002.
2.4. Surplus Produksi
Menurut Sparre dan Venema 1999 pada umumnya hasil tangkapan C per trip upaya penangkapan f atau CPUE, dapat digunakan sebagai indeks kelimpahan
6
relatif. Metode surplus produksi mendasarkan diri pada asumsi bahwa CPUE merupakan fungsi dari f, baik bersifat linier seperti pada model Schaefer maupun
bersifat eksponensial seperti pada model Fox. Tujuan penggunaan model surplus produksi adalah untuk menentukan tingkat upaya optimum biasa disebut fmsy atau
effort MSY, yaitu suatu upaya yang dapat menghasilkan suatu hasil tangkapan maksimum lestari tanpa mempengaruhi produktivitas stok secara jangka panjang,
yang biasa disebut hasil tangkapan maksimum lestari maximum sustainable yieldMSY Sparre dan Venema 1999. Dari model ini dapat diperoleh estimasi
besarnya kelimpahan atau biomassa dan estimasi potensi dari suatu jenis atau kelompok jenis species group sumberdaya ikan Widodo et al. 1998 in Syakila
2009. Model surplus produksi merupakan model yang sangat sederhana dan murah
biayanya Widodo et al. 1998 in Syakila 2009. Model ini dikatakan sederhana karena data yang diperlukan sangat sedikit, sebagai contoh tidak perlu menentukan
kelas umur sehingga dengan demikian tidak perlu penentuan umur dan hanya memerlukan data tentang hasil tangkapan atau produksi yang biasanya tersedia
disetiap tempat pendaratan ikan, dan upaya penangkapan Sparre dan Venema 1999. Selain itu, model ini dikatakan murah biayanya karena dalam penggunaan
model ini biaya yang dikeluarkan lebih sedikit bila dibandingkan dengan model lain seperti dengan penggunaan trawl dan echosounder yang tergolong sangat mahal
karena pelaksanaan kegiatan tersebut harus menggunakan kapal riset khusus, sehingga jumlah dana yang harus dikeluarkan untuk mengkaji seluruh perairan
sangat besar Wiyono 2005 in Sulistiyawati 2011. Hal ini merupakan salah satu alasan mengapa model surplus produksi banyak digunakan di dalam estimasi stok
ikan di perairan tropis. Model surplus produksi dapat diterapkan bila dapat diperkirakan dengan baik
tentang hasil tangkapan total berdasarkan spesies dan hasil tangkapan per trip upaya catch per trip effortCPUE per spesies atau CPUE berdasarkan spesies dan upaya
penangkapannya dalam beberapa tahun Sparre dan Venema 1999. Namun, jumlah upaya penangkapan yang dapat menggambarkan upaya yang benar-benar efektif dan
bukan sekedar nominal amat sulit ditentukan. Oleh sebab itu, penggunaan model ini memerlukan kehati-hatian dan sedapat mungkin dibarengi dengan berbagai
7
informasi tambahan. Model ini dapat dipergunakan dalam menganalisis sumberdaya pelagis besar, pelagis kecil, demersal kecil, demersal besar, udang dan krustasea
lainnya, serta moluska Widodo et al. 1998 in Syakila 2009. Persyaratan untuk
analisis model surplus produksi adalah sebagai berikut Sparre dan Venema 1999 :
1 Ketersediaan ikan pada tiap-tiap periode tidak mempengaruhi daya tangkap relatif
2 Distribusi ikan menyebar merata 3 Masing-masing alat tangkap menurut jenisnya mempunyai kemampuan tangkap
yang seragam. Asumsi yang digunakan dalam model surplus produksi menurut Sparre dan
Venema 1999 adalah : 1 Asumsi dalam keadaan ekuilibrium
Pada keadaan ekuilibrium, produksi biomassa per satuan waktu adalah sama dengan jumlah ikan yang tertangkap hasil tangkapan per satuan waktu
ditambah dengan ikan yang mati karena keadaan alam. 2 Asumsi biologi
Alasan biologi yang mendukung model surplus produksi telah dirumuskan dengan lengkap oleh Ricker 1975 in Sparre dan Venema 1999 sebagai
berikut : a. Menjelang densitas stok maksimum, efisiensi reproduksi berkurang, dan
sering terjadi jumlah rekrut lebih sedikit daripada densitas yang lebih kecil. Pada kesempatan berikutnya, pengurangan dari stok akan meningkatkan
rekrutmen. b. Bila pasokan makanan terbatas, makanan kurang efisien dikonversikan
menjadi daging oleh stok yang besar daripada oleh stok yang lebih kecil. c. Pada suatu stok yang tidak pernah dilakukan penangkapan terdapat
kecenderungan lebih banyak individu yang tua dibandingkan dengan stok yang telah dieksploitasi
3 Asumsi terhadap koefisien kemampuan menangkap Pada model surplus produksi diasumsikan bahwa mortalitas penangkapan
proporsional terhadap upaya. Namun demikian, upaya ini tidak selamanya benar sehingga kita harus memilih dengan tepat upaya penangkapan yang
8
benar-benar berhubungan langsung dengan mortalitas penangkapan. Suatu alat tangkap baik jenis maupun ukuran yang dipilih adalah yang mempunyai
hubungan linear dengan laju tangkapan.
2.5. Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan