Latar Belakang Pola Musiman Ikan Kurisi (Nemipterus japonicus, Bloach 1791) di Perairan Selat Sunda, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Selat Sunda termasuk perairan laut dalam dengan kisaran kedalaman air 26 meter sampai 1800 meter. Berdasarkan zonasi yang telah dibuat oleh Boersma 1987 in Rakhmani 2008, Paparan Selat Sunda terdiri dari paparan dalam, paparan luar dan lereng. Selat Sunda merupakan selat yang menghubungkan Pulau Jawa dengan selatan Pulau Sumatra. Perairan Selat Sunda memiliki potensi perikanan yang meliputi sumberdaya ikan dan non ikan. Menurut Wisudo dan Nuraini 1994 menyatakan bahwa pada tahun 1992 tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di Selat Sunda diduga baru mencapai 21,26. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi sumberdaya ikan SDI di Selat Sunda jauh lebih baik dibandingkan dengan Laut Jawa yang sebagian besar kelompok-kelompok jenis ikannya telah “over exploited”. Sumberdaya ikan yang berada di Perairan Selat Sunda diantaranya yaitu ikan kurisi, kuniran, tembang, kembung dan raja gantang. Ikan kurisi Nemipterus japonicus merupakan salah satu ikan demersal ekonomis penting yang banyak tersebar dan tertangkap di Perairan Indonesia. Potensi sumberdaya ikan kurisi yang besar ini belum dikelola secara optimal. Sejauh ini informasi tentang ikan kurisi sangat sedikit, terbatas pada jumlah tangkapan dan areal penangkapannya . Hasil tangkapan ikan kurisi yang didaratkan di TPI Labuan biasanya dijual dalam bentuk segar. Harga ikan kurisi di pasaran relatif terjangkau oleh masyarakat pada umumnya. Pemenuhan terhadap permintaan ikan kurisi yang terus meningkat menyebabkan semakin tinggi tingkat eksploitasi terhadap sumberdaya ikan kurisi. Menurut Widodo dan Suadi 2006 proses penipisan stok di wilayah Indonesia merupakan konsekuensi alamiah dari penangkapan dalam perikanan yang pemanfaatannya bersifat open access. Kondisi open access menyebabkan tidak ada pemilikan individual atas daerah penangkapan, nelayan secara individu tidak dapat melindungi stok ikan. Penipisan stok berlangsung sering diiringi dengan kombinasi lingkungan yaitu penurunan produksi perikanan, penurunan hasil tangkapan yang didaratkan. Pemanfaatan stok tersebut secara umum terlihat pada besarnya tangkapan ikan kurisi. Ikan kurisi yang didaratkan di PPP Labuan ini diperkirakan mengalami over-exploitation atau penangkapan secara berlebih. Hal ini yang 2 mendorong perlunya kajian mengenai potensi sumberdaya ikan kurisi agar tetap lestari dan berkelanjutan.

1.2. Perumusan Masalah