2. Biaya beban keuangan tidak langsung
Biaya ini bersifat implisit. Biaya yang termasuk dalam kategori ini adalah biaya dalam situasi yang sangat berat
tetapi tidak bangkrut.
2.3.2 Biaya keagenan Agency Theory
Selain biaya kebangkrutan yang berpengaruh terhadap struktur modal dan nilai perusahaan adalah biaya keagenan.
Dimana perusahaan bertindak sebagai agen, dimana para pemegang saham mengharapkan agen melakukan kepentingan pemegang
saham. Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976, manajemen merupakan agen dari
pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka
sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan fungsinya dengan baik, manajemen
harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang disebut dengan
biaya agensi. Biaya agensi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa
manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham.
Biaya pengawasan berfungsi sebagai disinsentif dalam penerbitan obligasi, terutama dalam jumlah yang besar.
2.4 Pecking Order Theory
Menurut Myers 1984 menyatakan bahwa ada semacam tata urutan pecking order bagi perusahaan dalam menggunakan modal.
Apabila perusahaan membutuhkan pendanaan eksternal, pertama kali akan
menerbitkan hutang sebelum menerbitkan saham baru. Penerbitan saham baru menduduki urutan terakhir sebab penerbitan saham baru merupakan
tanda atau sinyal bagi pemegang saham dan calon investor tentang kondisi perusahaan saat sekarang dan prospek mendatang yang tidak baik. Kontra
terhadap Trade off theory, maka yang paling menarik dari the pecking order theory menurut Myers 1984 adalah:
1. Perusahaan akan lebih mengutamakan internal financing, karena
pecking order theory membedakan ekuitas yang diperoleh dari laba ditahan dan penerbitan saham baru karena urutan pilihan atau
prioritas sumber pendanaan menempatkan laba ditahan pada posisi yang paling atas, sedangkan penerbitan saham baru berada pada
urutan terbawah. 2.
Perusahaan menyesuaikan target pembayaran dividen terhadap peluang investasi. Hal ini membawa implikasi bahwa kebijakan
dividen lebih relevan dengan keputusan investasi daripada dengan keputusan pendanaan.
3. Kebijakan deviden bersifat sticky, sehingga dampak fluktuasi
profitabilitas dan peluang pada aliran kas internal bisa lebih besar atau lebih kecil dari pengeluaran investasi.
4. Bila dana eksternal dibutuhkan, maka barulah perusahaan memilih
sumber dana dari utang karena dipandang lebih aman dari ekuitas. Ekuitas merupakan pilihan terakhir dari Pecking order theory
sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan investasi.
2.5 Analisis Laporan Keuangan
Agar laporan keuangan menjadi lebih berarti maka dilakukan analisis keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen perusahaan analisis
keuangan dilakukan agar mengetahui posisi keuangan perusahaan. Dalam praktiknya terdapat dua macam metode dalam menganalisis laporan
keuangan, yaitu: 1.
Analisis Vertikal statis merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan saja. Analisis
dilakukan antara pos-pos pada satu periode saja. Informasi yang diperoleh juga hanya untuk satu periode.
2. Analisis Horizontal Dinamis merupakan analisis yang dilakukan
dengan membandingkan laporan keuangan untuk beberapa periode.
Selain kedua metode di atas, ada pula teknik analisis keuangan yang dapat digunakan perusahaan. Terdapat sembilan teknik analisis yang
dapat dilakukan yaitu analisis perbandingan antar laporan keuangan, analisis trend, analisis persentase per komponen, analisis sumber dan
penggunaan dana, analisis sumber dan penggunaan kas, analisis rasio, analisis kredit, analisis laba kotor, serta analisis titik pulang pokok.
2.5.1 Rasio Keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Home dalam Kasmir 2010 merupakan indeks yang menghubungkan dua
angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang
bersangkutan. Adapun jenis dari rasio keuangan adalah sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas : menggambarkan kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Selain itu juga menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan maupun didalam perusahaan.
2. Rasio Aktivitas : rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan atau rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari. 3.
Rasio Solvabilitas : rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Artinya besarnya jumlah hutang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan
dengan menggunakan modal sendiri. 4.
Rasio Profitabilitas : rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu
periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektivitas menajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan
investasi.
2.5.2 Analisis Tren
Analisis tren merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam presentase tertentu. Dalam analisis tren
perbandingan analisis dapat dapat dilakukan dengan menggunakan analisis horisontal atau dinamis.
Selain menggunakan analisis rasio penelitian ini juga menggunakan analisis tren bertujuan untuk melihat tren dari
struktur modal. Dalam analisis trend harus ditentukan terlebih dahulu tahun dasar sebagai pembanding, baru dicarikan angka
indeksnya Kasmir, 2010. Dalam analisis tren dalam presentase, penganalisis tidak
dapat membandingkan atau tidak dapat memperoleh gambaran tentang perubahan dalam masing-masing unsur dari tahun ke tahun
dalam hubungannya dengan total aktiva, total utang, dan modal sendiri, dan jumlah atau nilai penjualan neto. Jumingan, 2008
2.6 Regresi dan Korelasi Linear Sederhana
Salah satu tujuan analisis data ialah untuk memperkirakan memperhitungkan besarnya efek kuantitatif dari perubahan suatu kejadian
terhadap kejadian lainnya. Regresi sederhana adalah suatu alat ukur yang juga digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variabel.
Analisis regresi lebih akurat dalam melakukan analisis korelasi, karena pada analisis itu kesulitan dalam menunjukkan slop. Jadi dengan analisis
regresi, peramalan atau perkiraan nilai variabel terikat pada nilai variabel bebas lebih akurat pula. Regresi linear adalah regresi yang variabel
bebasnya berpangkat paling tinggi satu. Dalam regresi sederhana akan dibahas hanya dua variabel yaitu
variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang nilai-nilainya tidak bergantung pada variabel lainnya, biasanya
disimbolkan dengan X, sedangkan variabel terikat adalah variabel yang
nilai-nilainya bergantung pada variabel lainnya, biasanya disimbolkan dengan Y.
Analisis korelasi merupakan cara untuk mengetahui ada atau tidak adanya hubungan antar variabel misalnya hubungan dua variabel. Korelasi
yang terjadi pada dua variabel dapat berupa korelasi positif, korelasi negatif, tidak ada korelasi, ataupun korelasi sempurna. Korelasi positif
adalah korelasi dari dua variabel, yaitu apabila variabel satu meningkat atau menurun maka variabel lainnya cenderung untuk meningkat atau
menurun pula. Korelasi negatif yaitu apabila variabel yang satu meningkat atau menurun maka variabel lainnya cenderung menurun atau meningkat.
Tidak ada korelasi yaitu kedua variabel tidak menunjukkan adanya hubungan. Sedangkan korelasi sempurna yaitu apabila kenaikan atau
penurunan variabel yang satu berbanding dengan kenaikan atau penurunan variabel lainnya. Hasan I, 2008
2.7 Biaya Modal