2. Saham dibagi dengan perubahan nilai nominal saham dari Rp 1.000.000 menjadi Rp 500,00.
3. Peningkatan modal dasar BRI dari Rp 5 triliun, terbagi 5.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 1.000.000 per saham, menjadi Rp 15 triliun
yang terbagi 30.000.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 500 Rupiah penuh per saham.
4. Pemanfaatan cadangan umum dan khusus pada tangal 30 Juni 2003 sebesar Rp 1.386.616 untuk menutupi akumulasi kerugian per tanggal 30
Juni 2003. 5. Rencana kuasi-reorganisasi BRI pada tanggal 30 Juni 2003 untuk
menghilangkan akumulasi kerugian sebesar Rp 24.699.387 terhadap tambahan modal disetor.
6. Tindak lanjut atas perubahan Anggaran Dasar : a. Menyetujui perubahan status BRI menjadi Perusahaan Perseroan
Terbatas Terbuka, yang setelah itu nama BRI akan diubah menjadi PT Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk.
b. Menyetujui untuk mengubah semua ketentuan dalam anggaran dasar BRI dengan revisi sesuai denganUU No 8 tahun 1995 tentang “Pasar
Modal” dan ketentuan-ketentuan lainnya. 7. Berdasarkan surat dari Ketua Bapepam Mo S-2646PM2003 tanggal 31
Oktober 2003, pernyataan pendaftaran disampaikan oleh BRI sehubungan dengan IPO saham BRI dari 3.811.765.000 Seri B saham
biasa yang terdiri dari 204.706.000 saham seri B yang umum dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan 1.764.705.000 seri B baru saham
biasa diterbitkan dengan nilai nominal Rp 500 rupiah penuh per saham dan harga penawaran awal Rp 875 rupiah penuh setiap saham kepada
masyarakat yang berlaku efektif pada tanggal 31 Oktober 2003. Dengan ini, secara bersamaan seluruh saham BRI telah dicatatkan pada Bursa
Efek Indonesia.
4.2.1 Keadaan Struktur Modal BRI
PT Bank Rakyat Indonesia persero Tbk mengelola sumber- sumber dana dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Sumber dana
yang menyusun struktur modal tersebut terdiri dari ekuitas dan hutang.
Puspopranoto 2004 menjelaskan bahwa bank mempunyai karakterikstik tertentu yang memberikan warna pada kegiatan
operasionalnya, dan karena itu mudah dibedakan dari jenis usaha lainnya. karakteristik dari usaha bank adalah sebagai berikut:
a. Modal yang relatif sangat kecil, ini berarti rasio modalaktiva total bank sangat rendah. Pada kenyataannya, kredit yang
diberikan bank bersumber dari dana milik pihaklain masyarakat. Pada umumnya rasio modalaktiva dibawah
indikator perbankan global 10. Dengan rasio tersebut, berarti jika bankir menanamkan seluruh dananya pada obligasi dan
harganya merosot 10 atau mengalokasikannya dalam bentuk kredit dan hanya 90 yang dibayar kembali, maka bank akan
bangkrut, karena itu manajemen bank terkenal konservatif karena kekeliruan dalam membuat langkahkebijakan usaha akan
berisiko besar. b. Sebagian besar pasiva berupa kewajiban yang mudah dicairkan.
Dana pihak lain ini sebagian besar bersifat jangka pendek. Ini berimplikasi bahwa pada setiap hari kerja sejumlah deposan bank
bisa datang dan menarik semua uang miliknya atau mentransfer ke bank lain. Jadi, bank tidak hanya meminjamkan dana milik
orang lain, tetapi juga memberikan kesempatan kepada orang- orang tersebut menarik kembali dananya pada setiap saat.
Kedua aspek tersebut di atas membawa implikasi bahwa masalah sentral dari manajemen bank adalah bagaimana merekonsiliasi sasaran
bank yang dapat saling berbenturan, yaitu solvabilitas, likuiditas dan profitabilitas. Dengan solvabel berarti tidak bangkrut dan ini
merupakan masalah yang akut karena kecilnya modal. Dengan likuid berarti bank mampu membayar apa yang diminta para deposan. Tentu
saja karena bank adalah perusahaan bisnis, ia harus memperoleh keuntungan untuk kepentingan pihak pemegang saham.
Perkembangan keadaan struktur modal BRI pada periode 2006- 2011 dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Perkembangan Struktur Modal BRI Terlihat pada grafik tersebut, jumlah ekuitas yang dimiliki BRI
pada periode 2006-2011 bila dibandingkan dengan jumlah hutang maka nilai ekuitas sangat kecil, hal ini sesuai dengan pendapat
Puspopranoto yang telah dijelaskan diatas, bahwa bank memiliki karakteristik unik dalam struktur modalnya. Perbandingan antara
rata-rata jumlah ekuitas dengan rata-rata jumlah hutang pada periode ini adalah 9,63 untuk komposisi ekuitas dan 90,37 untuk
komposisi hutang yang digunakan oleh BRI dari total pasiva. Jumlah hutang yang sangat besar dikarenakan oleh kegiatan bank sebagai
penghimpun dana dari masyarakat atau disebut penghimpun dana pihak ketiga DPK yang kemudian dianggap hutang oleh bank.
Penyaluran kredit yang merupakan bisnis utama BRI selalu mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Perkembangan
penyaluran kredit ini menunjukkan BRI berupaya untuk melakukan ekspansi kredit. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan
profitabilitas. Keuntungan dari kegiatan ini diperoleh dari hasil selisih antara bunga pinjaman dengan bunga simpanan yang
diberikan oleh bank kepada nasabah, setelah dikurangi dengan beban-beban dari kegiatan operasional bank. Pada periode 2006-
- 50.00
100.00 150.00
200.00 250.00
300.00 350.00
400.00 450.00
2006 2007
2008 2009
2010 2011
T riliu
n R
p
Ekuitas Hutang
DPK Kredit
2011, jumlah kredit yang disalurkan mengalami peningkatan terbesar di tahun 2008 yaitu meningkat sebesar 41.36 dari tahun 2007
dimana jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp 161,11 triliun dan pada akhir periode yaitu tahun 2011 jumlahnya mencapai
Rp 285,41 triliun. Peningkatan penyaluran kredit sejalan dengan peningkatan
penghimpunan dana pada BRI selama periode 2006-2011. Kedua kegiatan ini menunjukkan bahwa BRI setiap tahunnya berusaha
meningkatkan fungsi intermediasi yang merupakan fungsi penting perbankan dalam menciptakan kestabilan perekonomian negara. BRI
mengelola struktur modal dari berbagai sumber dana untuk memenuhi kebutuhan dananya.
Dana yang dihimpun dari dana pihak ketiga terdiri dari tabungan, deposito dan giro yang kemudian disalurkan kembali
dalam bentuk pinjaman untuk konsumsi atau untuk usaha mikro, koperasi dan ritel. Pada periode 2006-2011 BRI menyalurkan kredit
per tahun rata-rata sebesar 79.37 dari total dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun. Perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan
dengan jumlah dana yang dihimpun per tahunnya dan rasio kredit macet atau NPL dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan Jumlah Penyaluran Dana dengan Jumlah Penghimpunan Dana dan Nilai NPL BRI
Tahun Kredit terhadap DPK
NPL 2006
96.02 4.81
2007 68.82
3.44 2008
79.94 2.80
2009 81.29
3.52 2010
74.02 2.78
2011 76.13
2.30 Rata-Rata
79.37 3.28
Sumber: Annual Report BRI, Diolah
Berdasarkan nilai kredit terhadap dana pihak ketiga dapat dilihat tingkat keefektifan dalam menjalankan fungsi intermediasi
perbankan. BRI cenderung memiliki penurunan keefektifan penyaluran kredit terhadap jumlah dana yang dihimpun. Nilai NPL
sebagai rasio kredit macet dikelola BRI sehingga pada periode 2006- 2011 nilai NPL tidak melebihi standar yang diberlakukan BI yaitu
5. Menurut Dendawijaya 2005 yang termasuk kategori kredit macet adalah kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan
pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.
Proporsi rata-rata jumlah ekuitas yang terdiri dari modal saham, laba ditahan, dan sumber modal lainnya seperti agio saham
dan cadangan-cadangan, serta jumlah hutang yang terdiri dari DPK dan kewajiban lainnya seperti pinjaman subordinasi, pinjaman antar
bank, kewajiban derivatif dan lain-lain yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Rata-rata Proporsi Struktur Modal Miliar Rp
Deskripsi Jumlah Rata-Rata
Proporsi Ekuitas
Modal Saham 6.161
2 Laba Ditahan
19.287 6
Modal Lainnya 3.290
1 Hutang
Total DPK 237.626
79 Kewajiban Lain
32.915 12
Sumber: Annual Report BRI, Diolah
Jumlah unsur inti struktur modal sepanjang periode 2006-2011 mengalami perubahan, namun komposisinya tetap yaitu dengan
jumlah hutang yang jauh lebih besar dibandingkan jumlah ekuitas. Jumlah hutang didominasi oleh total jumlah dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun oleh BRI dengan kontribusi rata-rata adalah sebesar 79 dari total struktur modal. Jumlah rata-rata proporsi
struktur modal dapat dilihat dengan lebih jelas pada Gambar 5.
Gambar 5. Grafik jumlah rata-rata proporsi struktur modal
2 7
1
79 11
Modal Saham laba ditahan
Modal lainnya Total DPK
kewajiban lainnya
Tiap unsur struktur modal masing-masing memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap jumlah total struktur modal.
Kontribusi terkecil dalam struktur modal adalah modal lainnya yang terdiri dari agio saham dan cadangan-cadangan modal rata-rata
sebesar 1 persen. Peningkatan ekuitas pada setiap tahunnya didominasi oleh jumlah laba ditahan yang kontribusinya rata-rata
sebesar 7 persen yang diputuskan oleh BRI agar mampu menjaga kondisi ketahanan dan keamanan dalam risiko penyaluran kredit.
Selanjutnya untuk lebih menggambarkan keadaan struktur modal BRI akan dilihat dari nilai-nilai parameter strutur modal dan
didukung oleh beberapa rasio keuangan.
4.2.2 Capital Ratio CR