Rekapitulasi Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN

2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 Year L a b a B e r s ih MAPE 4 MAD 279 MSD 112078 Accuracy Measures Actual Fits Forecasts Variable Trend Analysis Plot for Laba Bersih Quadratic Trend Model Yt = 5173 - 1265 t + 488.5 t 2 Gambar 16. Analisis Trend dan proyeksi jumlah Laba Bersih Salah satu alternatif upaya untuk meningkatkan nilai laba bersih dari sisi pengelolaan struktur modal berdasarkan analisis hubungan yang dilakukan sebelumnya adalah dengan meningkatkan nilai laba ditahan dan jumlah DPK. Peningkatan pada proyeksi laba ditahan dan DPK memiliki hubungan signifikan terhadap proyeksi peningkatan nilai profitabilitas yaitu nilai laba bersih.

4.6. Rekapitulasi Hasil

Pada penelitian ini dilakukan analisis deskriptif untuk mengetahui keadaan struktur modal dan profitabilitas yang ada pada PT Bank Rakyat Indonesia persero Tbk. Keadaan struktur modal digambarkan oleh parameter struktur modal bank dan rasio-rasio keuangan bank yang terkait yaitu Capital Ratio CR, Capital Adequacy Ratio CAR, Rasio Ekuitas dan Aktiva Produktif REA, Primary Ratio PR, dan Assets to Loan Ratio ALR. Sedangkan keadaan profitabilitas digambarkan oleh rasio rentabilitas yaitu Return on Equity ROE dan Return on Assets ROA. Analisis korelasi dan analisis trend pada penelitian ini menggunakan bantuan program Minitab 16. Analisis korelasi ini digunakan untuk mengetahui hubungan struktur modal yang terdiri dari modal saham, laba ditahan, modal lainnya, DPK, dan hutang lainnya dengan laba bersih. Hasil Analisis deskriptif pada Capital Ratio CR menunjukkan nilai yang menurun pada periode 2006-2009 dan kembali meningkat pada 2010 dan 2011. CR merupakan rasio antara modal ekuitas dan penghapusan penyisihan kredit dari total kredit yang diberikan. CR menunjukkan kemampuan struktur modal bank dalam mengatasi risiko tidak kembalinya kredit. Nilai Capital Adequacy Ratio CAR yang dimiliki BRI secara umum telah memenuhi standar BI yaitu 8 persen dengan memperhitungkan resiko kredit, operasional dan pasar pada periode 2006-2011. REA memiliki kecenderungan yang sama dengan CR yaitu menurun pada tahun 2006-2009 lalu meningkat pada tahun 2010 dan 2011. Perkembangan nilai CR, CAR dan REA dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Perkembangan Nilai CR, CAR dan REA BRI Tahun CR CAR REA 2006 26,14 18,82 12,14 2007 23,16 15,84 11,50 2008 18,85 13,18 9,77 2009 18,56 13,20 9,11 2010 20,51 13,76 9,66 2011 23,04 14,96 11,52 Penelitian ini juga melakukan penilaian berdasarkan rasio keuangan yang berkaitan dengan struktur modal. Pada Analisis likuiditas dengan menggunakan Assets to Loan Ratio ALR tergambar bahwa kenaikan kredit yang tidak diimbangi dengan peningkatan aset akan menyebabkan tingkat likuiditas menurun. Nilai Primary Ratio PR juga memiliki kecenderungan yang sama dengan CR dan REA yakni menurun pada 2006-2009, kemudian meningkat pada tahun 2010 dan 2011. Perkembangan nilai ALR dan PR yang dimiliki BRI pada periode 2006-2011 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Perkembangan Nilai ALR dan PR BRI Tahun ALR PR 2006 58,35 10,91 2007 55,94 9,54 2008 65,47 9,09 2009 65,66 8,60 2010 61,09 9,07 2011 60,74 10,60 Keadaan profitabilitas BRI pada periode 2006-2011 digambarkan oleh nilai Return on Equity ROE dan Return on Assets ROA. Nilai ROE dan ROA yang dimiliki BRI berada diatas standar minimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia yaitu 12,5 untuk ROE dan 1,25 untuk ROA, sehingga dapat dikategorikan keadaan profitabilitas BRI sangat baik. Perkembangan nilai ROE dan ROA dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Perkembangan Nilai ROE dan ROA BRI Tahun ROE ROA 2006 33,75 4,36 2007 31,64 4,61 2008 34,50 4,18 2009 35,22 3,37 2010 43,83 4,64 2011 42,49 4,93 Hasil dari analisis korelasi menujukkan bahwa peubah bebas yang memiliki hubungan kuat dan signifikan dengan laba bersih adalah jumlah laba ditahan dan jumlah dana pihak ketiga. Hubungan yang dimiliki oleh laba ditahan dan dana pihak ketiga adalah hubungan dengan tingkat korelasi yang sangat kuat dan bernilai positif, artinya jika jumlah laba ditahan dan dana pihak ketiga mengalami peningkatan, maka laba bersih juga akan meningkat. Peubah yang memiliki hubungan yang lebih kuat adalah laba ditahan karena mempunyai nilai korelasi yang lebih tinggi dan p-value yang lebih kecil dibawah α sebesar 0.05 dibandingkan dengan DPK. Analisis trend dilakukan terhadap jumlah modal saham, jumlah laba ditahan, jumlah modal lainnya, jumlah DPK, jumlah hutang lainnya dan Laba bersih. Analisis ini menujukkan proyeksi yang meningkat dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 kecuali untuk nilai modal saham yang memiliki proyeksi tetap pada tahun 2012-2014 yaitu sebesar Rp 6,17 triliun dengan model analisis trend yaitu S-Curve. Laba ditahan, modal lainnya, DPK, hutang lainnya dan laba bersih pada periode 2006-2011 memiliki pola kecenderungan yang meningkat, dengan model analisis trend yaitu trend quadratic. Nilai proyeksi yang dihasilkan analisis trend terhadap unsur struktur modal dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Nilai Proyeksi Struktur Modal dan Laba Bersih BRI Triliun Rp 2012 2013 2014 Modal Saham 6,17 6,17 6,17 Laba Ditahan 53,76 70,81 90,56 Modal Lainnya 4,10 4,66 53,43 DPK 436,46 494,72 553,52 Hutang Lainnya 67,47 93,42 125,41 Laba Bersih 20,25 26,32 33,35 Dari hasil pembahasan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yaitu keadaan struktur modal yang dimiliki BRI cenderung mengalami penurunan pada periode 2006-2009 dan kembali membaik pada tahun 2010 dan 2011. Hal ini disebabkan oleh keadaan perekonomian global dan dunia sedang mengalami krisis pada tahun 2008. Meskipun keadaan struktur modal BRI sempat mengalami penurunan, namun BRI berhasil mempertahankan tingkat keamanan dan kesehatannya yang ditandai oleh nilai-nilai rasio yang masih diatas standar minimum. Analisis hubungan antara struktur modal terhadap profitabilitas menunjukkan bahwa peubah laba ditahan dan DPK memiliki hubungan yang sangat kuat dan nyata dengan laba bersih. Peubah laba ditahan dan DPK memiliki nilai korelasi positif dengan Laba bersih, hal ini berarti bahwa peningkatan laba ditahan dan DPK maka tingkat profitabilitas atau laba bersih akan meningkat. Indikator yang memiliki hubungan yang paling kuat dengan laba bersih adalah laba ditahan yang ditandai dari nilai korelasi yang lebih besar dan p-value yang lebih kecil. Untuk memperjelas rekapitulasi hasil dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.7. Implikasi Manajerial